‘Amrah Bintu Rawahah

(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Imran)

 

Rasa cinta pada buah hati, terkadang mendorong seorang ibu ingin memberikan sesuatu yang terbaik baginya. Namun semuanya tak lepas dari bimbingan Rasul yang mulia. Begitu pulalah yang didapatkan oleh seorang wanita bernama ‘Amrah bintu Rawahah.

‘Amrah bintu Rawahah bin Tsa’labah bin Imri’il Qais bin ‘Amr bin Imri’il Qais bin Malik Al-Agharr x. Ibunya bernama Kabsyah bintu Waqid bin ‘Amr bin ‘Amir bin Zaid bin Manat bin Malik bin Tsa’labah bin Ka’b bin Al-Khazraj. Dia saudara kandung ‘Abdullah bin Rawahah z, seorang sahabat mulia yang turut dalam Perang Badr dan syahid sebagai salah seorang pembawa bendera perang dalam Perang Mu’tah.

‘Amrah menikah dengan Basyir bin Sa’d bin Tsa’labah bin Julas bin Zaid bin Malik z. Dari pernikahan itu, lahirlah An-Nu’man bin Basyir c, yang kelak menjadi seorang sahabat yang mulia.

Ketika An-Nu’man lahir, ‘Amrah membawa bayinya menghadap Rasulullah n. Beliau pun meminta kurma. Beliau mengunyah kurma itu, lalu mentahnik1 An-Nu’man. ‘Amrah memohon agar Rasulullah n mendoakan bayinya agar kelak banyak harta dan keturunannya. Namun beliau menjawab, “Bagaimana pendapatmu, jika kelak dia hidup mulia seperti pamannya (‘Abdullah bin Rawahah, pen.), terbunuh sebagai syahid dan masuk surga ?”

Suatu ketika, ‘Amrah minta agar suaminya mengistimewakan An-Nu’man dengan suatu pemberian yang tidak diberikan kepada saudara-saudaranya yang lain. Basyir tidak segera memenuhi permintaan ‘Amrah.

Setahun berlalu. Barulah saat itu Basyir memenuhi keinginan ‘Amrah. ‘Amrah pun mengatakan, “Aku tidak akan ridha sampai engkau minta persaksian Rasulullah n atas pemberianmu itu!”

Basyir c pun membawa An-Nu’man yang masih kecil menghadap Rasulullah n. Di hadapan beliau, Basyir berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibu anak ini, Bintu Rawahah, menginginkan aku memberi suatu pemberian kepada anaknya, lalu dia minta kepadaku untuk meminta persaksianmu.”

“Apakah kau punya anak lain selain dia?” tanya Rasulullah n. “Ya,” jawab Basyir. “Apakah engkau memberikannya kepada anak-anakmu yang lain pemberian yang serupa?” tanya Rasulullah n lagi. “Tidak,” jawab Basyir.

“Kalau begitu, jangan meminta persaksianku, karena sungguh aku tidak akan memberikan persaksian atas suatu ketidakadilan,” tegas Rasulullah n. Basyir pun pulang dan mengambil kembali pemberiannya terhadap An-Nu’man.

Kisah ini pun memberikan pelajaran kepada seluruh kaum muslimin untuk senantiasa berbuat adil kepada anak-anak mereka.

‘Amrah bintu Rawahah, semoga Allah l meridhainya….

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.

 

Sumber Bacaan

• Al-Ishabah, Al-Hafizh Ibnu Hajar (8/244-245)

• Al-Isti’ab, Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (2/549)

• Ath-Thabaqatul Kubra, Al-Imam Ibnu Sa’d (10/339)

• Shahih Muslim, Kitab Al-Hibat


1 Mengusap-usapkan kurma yang telah dikunyah ke langit-langit mulut bayi yang baru lahir. Ini merupakan sunnah Rasulullah