Hafshah Bintu Sirin

(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Imran)

 

Seorang wanita keturunan Anshar yang mulia. Seorang wanita yang faqih terhadap agamanya. Bersaudara dengan orang-orang yang Allah l muliakan dengan ilmu dan bashirah. Hafshah bintu Sirin Al-Anshariyyah Al-Bashriyyah.

Berkunyah dengan nama putranya, Ummul Hudzail. Dia putri tertua, saudari kandung seorang tabi’in mulia, Muhammad bin Sirin t. Ayahnya adalah bekas sahaya Anas bin Malik z karena menjadi tawanan dari Jarjaraya, sebuah wilayah di dataran rendah Nahrawan, antara Wasith dan Baghdad dari sisi timur. Ibunya bernama Shafiyyah. Saudara-saudara sekandungnya yang lain adalah Yahya, Karimah, dan Ummu Sulaim.
Dalam usia dua belas tahun, Hafshah bintu Sirin telah menghafal Al-Qur’an. Kemudian dia mengambil riwayat dari banyak tokoh yang berilmu, di antaranya Anas bin Malik z, Ummu ‘Athiyyah Al-Anshariyyah x, Khairah ibunda Al-Hasan Al-Bashri, dan Abul ‘Aliyah. Banyak pula yang meriwayatkan ilmu darinya, seperti saudaranya Muhammad bin Sirin, Qatadah, Ayyub As-Sikhtiyani, Khalid Al Hadzdza’, Ibnu ‘Aun, Hisyam bin Hassan rahimahumullah, dan yang lainnya.
Dengan ilmu yang Allah l anugerahkan, ia banyak mendapatkan pujian. Iyas bin Mu’awiyah t mengatakan, “Tak kudapatkan seorang pun yang lebih kuutamakan daripada Hafshah.” Lalu beliau ditanya, “Bagaimana dengan Al-Hasan (Al-Bashri, pen.) dan Ibnu Sirin (Muhammad bin Sirin, red.)?” “Adapun aku sendiri, aku tidak mengutamakan seorang pun atas Hafshah,” tegasnya.
Pada usia 70 tahun, Hafshah kembali menghadap Rabbnya. Hafshah bintu Sirin Al-Anshariyah, semoga Allah l meridhainya.
Sumber bacaan:
Ath-Thabaqatul Kubra, Al-Imam Ibnu Sa’d (10/448)
Siyar A’lamin Nubala’, Al-Imam Adz-Dzahabi (4/507,606)
Tahdzibul Kamal, Al-Imam Al-Mizzi (35/151-153)