Menyadari Kesalahan dalam Shalat Setelah Salam

Pertanyaan:

Saya udah selesai shalat Subuh, sudah bicara satu-dua patah kata dan sudah menengok ke kanan dan kiri. Akan tetapi, saya belum beranjak dari tempat shalat. Saya merasa ada kurang rukunnya. Lalu saya langsung menambah satu rakaat lagi tanpa bertakbir terlebih dahulu.

Apakah shalat saya sah? Kalau tidak sah, apakah harus mengulang dari awal?

Jawab:

Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 482) dan Muslim (no. 573) dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu,

صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيِ الْعَشِيِّ، إِمَّا الظُّهْرَ، وَإِمَّا الْعَصْرَ، فَسَلَّمَ فِي رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ أَتَى جِذْعًا فِي قِبْلَةِ الْمَسْجِدِ، فَاسْتَنَدَ إِلَيْهَا مُغْضَبًا، وَفِي الْقَوْمِ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرَ، فَهَابَا أَنْ يَتَكَلَّمَا، وَخَرَجَ سَرَعَانُ النَّاسِ: قُصِرَتِ الصَّلَاةُ.

Suatu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengimami para sahabat shalat siang hari, bisa jadi Zuhur atau Asar. Tiba-tiba beliau salam pada rakaat yang kedua. Beliau lalu berpindah tempat menuju sebuah potongan kayu di arah kiblat masjid untuk bersandar. Seakan-akan beliau marah (murung).

Di antara orang-orang yang hadir waktu itu ada Abu Bakr dan Umar. Mereka berdua segan untuk berbicara. Orang-orang yang segera keluar menuju pintu masjid mengatakan, “Shalatnya di-qashar.”

صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيِ الْعَشِيِّ، إِمَّا الظُّهْرَ، وَإِمَّا الْعَصْرَ، فَسَلَّمَ فِي رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ أَتَى جِذْعًا فِي قِبْلَةِ الْمَسْجِدِ، فَاسْتَنَدَ إِلَيْهَا مُغْضَبًا، وَفِي الْقَوْمِ أَبُو بَكْرٍفَقَامَ ذُو الْيَدَيْنِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ أَقُصِرَتِ الصَّلَاةُ أَمْ نَسِيتَ؟

Seseorang yang dijuluki Dzulyadain berdiri (mendekati beliau) dan bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah shalatnya di-qashar atau Anda lupa?”

Baca juga: Hukum Mengqashar Shalat dalam Safar

فَنَظَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَمِينًا وَشِمَالًا، فَقَالَ: مَا يَقُولُ ذُو الْيَدَيْنِ؟ قَالُوا: صَدَقَ، لَمْ تُصَلِّ إِلَّا رَكْعَتَيْنِ.

Nabi shallallahu alaihi wa sallam melihat ke kanan dan ke kiri seraya bertanya, “Apa benar yang dikatakan oleh Dzulyadain?”

Mereka menjawab, “Dia benar, Anda hanya shalat dua rakaat.”

فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ كَبَّرَ، ثُمَّ سَجَدَ، ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ، ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ، ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَعَ. قَالَ: وَأُخْبِرْتُ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّهُ قَالَ: وَسَلَّمَ.

Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyempurnakan kekurangan shalatnya dua rakaat, lalu salam. Beliau kemudian bertakbir, lalu sujud. Beliau kemudian bertakbir lagi lalu bangun dari sujud. Kemudian beliau bertakbir lagi, lalu sujud, kemudian bangkit dari sujud.

Perawi mengatakan, “Diberitakan kepadaku dari Imran bin Hushain bahwa (setelah itu) Nabi salam lagi.”

Kesimpulan

Jika seseorang ingat ada salah satu rukun (selain takbiratul ihram), dia hendaknya segera kembali ke posisi rukun tersebut untuk menyempurnakan shalatnya kemudian diakhiri dengan sujud sahwi setelah salam. Demikian juga seandainya dia baru ingat kekurangan setelah salam, tanpa disadari sudah sempat berbicara atau bergerak, menoleh ke kiri dan ke kanan, atau berpindah tempat; selama waktunya masih relatif dekat.

Akan tetapi, kalau dia baru ingat setelah melewati waktu yang panjang, sebaiknya dia mengulangi shalatnya dari awal walaupun sudah lewat waktunya. Hal ini berdasarkan keumuman hadits,

مَنْ نَسِيَ الصَّلَاةَ فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا

“Barang siapa lupa dari suatu shalat, hendaknya dia mengerjakannya ketika sadar.” (HR. al-Bukhari & Muslim dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu)

Baca juga: Apabila Makmum Masbuk Lupa Menambah Rakaat

Syaikh Ibnu Utsaimin berkata dalam kitab asy-Syarhul Mumti (3/376),

Jika kekurangan rukun tersebut) baru disadari setelah salam, sedangkan letaknya bukan pada rakaat terakhir, dia harus melakukan satu rakaat penuh. Akan tetapi, jika letaknya pada rakaat terakhir, dia cukup memulainya dari rukun yang lupa saja, tidak harus satu rakaat penuh.”

Wallahu a’lam bish-shawab.

Ditulis oleh Ustadz Abu Ishaq Abdullah