MERAIH MANISNYA IMAN

Abdullah bin al-Abbas bin Abdil Muththalib c berkata,
مَنْ أَحَبَّ فِي اللهِ وَأَبْغَضَ فِي اللهِ وَوَالَى فِي اللهِ وَعَادَى فِي اللهِ، فَإِنَّمَا تَنَالُ وِلَايَةَ اللهُ بِذَلِكَ، وَلَنْ يَجِدَ عَبْدٌ طَعْمَ الْإِيْمَانِ-وَإِنْ كَثُرَتْ صَلَاتُهُ وَصَوْمُهُ-حَتَّى يَكُونَ كَذَلِكَ، وَقَدْ صَارَتْ عَامَّةُ مُؤَاخَاةِ النَّاسِ عَلَى أَمْرِ الدُّنْيَا، وَذَلِكَ لاَ يُجْدِي عَلَى أَهْلِهِ شَيْئًا
“Barang siapa mencintai karena Allah l, membenci karena Allah l, membela karena Allah l, dan memusuhi karena Allah l, dengan itu ia peroleh kecintaan Allah l.
Seorang hamba juga tidak akan mendapatkan manisnya iman meskipun banyak shalat dan puasanya hingga ia memiliki sifat-sifat itu.
Sungguh, kebanyakan persaudaraan manusia adalah karena urusan dunia (bukan lagi karena Allah l), dan yang seperti itu tidaklah memberi manfaat sedikit pun pada dirinya.”
(Riwayat Abu Dawud, “Kitab as-Sunnah” no. 4681, dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam ash-Shahihah no. 380)