Merenungi Akibat Amal Saleh dan Akibat Maksiat (7)

 

Jurang

Renungan Ketujuh

Tak jarang, seseorang berpikir pendek ketika akan melakukan suatu perbuatan. Apalagi terdorong hawa nafsu, seolah ia menjadi buta karenanya. Yang penting tujuannya tersampaikan, meski kenikmatan sesaat. Ternyata perbuatan itu berbuntut panjang, penderitaan, kegelisahan, dan tanggung jawab di dunia ataupun akhirat.

Asy-Syaikh Abdurahman al-Mu’allimi mengatakan, “Seseorang hendaknya merenungi apa yang menjadi harapan bagi orang yang lebih mengutamakan kebenaran, yaitu keridhaan Rabb sekalian alam, bantuan-Nya yang bagus di dunia, dan kemenangan yang langgeng di akhirat.

Selain itu, renungi apa yang bakal diperoleh oleh seorang pengekor hawa nafsu, yaitu kemurkaan Allah ‘azza wa jalla, dan kemarahan-Nya di dunia, serta azab yang pedih di akhirat.”

Apakah orang yang berakal akan ridha dirinya membeli kelezatan mengikuti hawa nafsunya dengan (membayarkan) kebaikan bantuan Rabb sekalian alam, keridhaan-Nya, kedekatan kepada-Nya, serta kenikmatan yang besar di sisi-Nya? Siapkah ia menerima kemurkaan dan siksa-Nya yang pedih?

Tidak sepantasnya seseorang terjatuh pada keadaan seperti ini, walau orang yang paling dangkal akalnya sekalipun. Sama saja, apakah dia seorang yang beriman dan sangat yakin dengan akibat ini, atau yang menduga bahwa akibatnya akan begini, atau bahkan yang ragu sekalipun pada akibat tersebut dan keberadaannya.

Dua orang yang terakhir ini (saja) akan bersikap hati-hati.

Sebagaimana halnya jual beli tersebut pasti dilakukan oleh orang yang dikenal sebagai pengikut hawa nafsu, demikian pula akan dilakukan oleh orang yang lunak terhadap dirinya, tidak menegur dirinya, dan tidak berhati-hati.

Wallahul Muwaffiq.

Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc.