Potret Buram Jihad

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Jihad memang bukan lagi ‘sesuatu’ yang baru. Seiring maraknya aksi-aksi terorisme di berbagai belahan dunia, jihad menjadi istilah yang sangat populer dan acap menghiasi berbagai media. Di sini, pandangan masyarakat sebenarnya beragam. Sebagian ada yang ‘memaklumi’ karena ada akumulasi motif yang melatari tindakan pelakunya, terlepas dari apa dan siapa sasaran aksinya. Namun, kasus-kasus kekerasan yang mengatasnamakan jihad itu tak pelak memicu sentimen negatif terhadap salah satu amalan yang disyariatkan Islam ini. Terlebih, para pelaku umumnya mengklaim aksinya merupakan salah satu bentuk jihad melawan pihak-pihak (termasuk kepentingannya) yang selama ini dianggap telah banyak menistakan Islam. Berbekal klaim ini, masyarakat umum pun kian yakin bahwa jihad memang identik dengan kekerasan.

Di pihak lain, ada tokoh-tokoh Islam yang justru berusaha mempreteli amalan jihad dari bangunan syariat. Dengan berbagai argumen dan propaganda, mereka berusaha mereduksi jihad sedemikian rupa sehingga jihad tak lebih dari sekedar istilah belaka. “Jihad adalah kesungguhan,” kata mereka. Jadi orang yang berjihad adalah orang yang bersungguh-sungguh dalam banyak hal. Demikian manis racun propaganda ini ditebarkan -meski secara etimologis dan terminologis salah- di kalangan kaum muslimin. Walhasil, mereka pun menutup mata ketika ada saudara-saudaranya seiman diperangi, dibunuh secara keji, diusir dari negeri-negeri mereka, dan seterusnya.

Potret ‘buram’ jihad di atas memang menuntut kita untuk meluruskannya. Karena itu, jihad menjadi tema yang layak diangkat sebagai Kajian Utama kita kali ini. Di dalamnya juga ada kajian khusus yang membantah tulisan-tulisan dalam buku “Aku Melawan Teroris”. Imam Samudra, sang penulis memang sangat populer karena terkait dengan sejumlah aksi peledakan bom di tanah air  Untuk itulah kami sengaja memuat bantahan ini mengingat racun yang ‘sang teroris’ tebarkan dalam bukunya itu amat berbahaya bagi umat.

Di rubrik Sakinah, pembaca juga akan disuguhi sejumlah tema menarik. Di antaranya adalah kiat-kiat menjadi istri yang baik. Galibnya, wanita memang mengangankan dirinya menjadi wanita/ istri yang shalihah. Namun kepada siapa mereka bercermin selama ini? Kepada artis X atau supermodel Y atau biduanita Z? Lalu siapakah sebaik-baik teladan bagi para muslimah? Jawaban lengkapnya dapat anda simak di rubrik Mengayuh Biduk.

Sakinah kali ini juga menyoroti hukum Melepas Hijab di hadapan sesama wanita dan budak yang dimiliki. Kajian ini menjadi urgen mengingat para muslimah cenderung mengabaikan hal ini, sehingga tanpa sadar mereka sering memamerkan auratnya meski itu dilakukan di depan sesama wanita. Sebagai agama nan sempurna, Islam sesungguhnya detil menjelaskan bagaimana batasan aurat wanita yang boleh diperlihatkan kepada sesama jenis. Lebih jauh, pembaca dapat menyelaminya dalam Wanita dalam Sorotan. Dan masih banyak kajian lainnya yang bisa anda simak.

Terakhir, redaksi mengajak pembaca  untuk turut membantu saudara-saudara kita di Aceh yang tengah mengalami musibah. Meski agak ‘terlambat’ karena terbentur jadwal terbit, Anda masih dapat mengirimkan sumbangan melalui rekening yang tertera dalam maklumat di majalah kita ini.
Selamat menyimak!

والسلام عليكم و رحمة الله و بركاته