Pentingnya Doa dalam Menghadapi Wabah Penyakit

pentingnya doa dalam hadapi wabah

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Pada pembahasan seri sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa di antara solusi menghadapi wabah penyakit dan bencana adalah tobat dan memperbanyak istighfar. Pada artikel ini, insya Allah akan dibahas secara ringkas tentang solusi penting berikutnya dalam menghadapi wabah penyakit dan musibah, yakni doa.

Doa Adalah Ibadah

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah.

Kemudian beliau membaca ayat,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Dan Rabb mu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina. (Ghafir: 60) (HR. at-Tirmidzi no. 2969. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 3372)

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Perhatikan sabda dan ayat yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam di atas. Beliau menjelaskan bahwa doa itu seluruhnya adalah ibadah. Dalam ayat yang dibaca oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam, sangat jelas bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memerintah para hamba-Nya untuk berdoa hanya kepada-Nya.

Allah subhanahu wa ta’ala juga menjanjikan bahwa doa yang dipanjatkan pasti akan dikabulkan. Bahkan, Allah subhanahu wa ta’ala mengancam hamba-hamba-Nya yang tidak mau berdoa dan beribadah hanya kepada-Nya akan dimasukkan ke dalam Neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.

Oleh karena itu, ketika seorang berdoa kepada Allah, sangat penting menghadirkan di dalam kalbunya dengan penuh ketundukan, kerendahan diri, dan kekhusyukan; bahwa dia sedang beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala (bukan sekadar meminta hajat dan menyampaikan permohonannya). Hal ini sebagaimana ibadah-ibadah yang lain, seperti shalat, zakat, puasa, haji, umrah, sedekah, dll.

Seseorang yang sedang berdoa meminta agar diberi kesehatan dan dilindungi dari berbagai penyakit, hendaknya sadar dan paham bahwa dia sedang tunduk dan merendahkan diri beribadah kepada Allah; bukan hanya melafalkan untaian permohonan. Terkadang seseorang yang berdoa terlalu memikirkan materi permintaan dan permohonan hajatnya hingga dia lupa bahwasanya dia sedang beribadah kepada Allah.

Lebih dari itu, doa adalah salah satu ibadah yang paling afdal. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih mulia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala daripada doa.” (HR. at-Tirmidzi no. 3370 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 3370)

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Doa adalah salah satu ibadah yang paling agung, tetapi sangat mudah dilakukan. Orang yang berdoa tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar, tidak pula harus mengerahkan banyak tenaga. Doa bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja (kecuali di tempat yang terlarang).

Jika demikian, mengapa kita tidak memperbanyak doa? Mari kita memperbanyak doa, terkhusus memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala supaya kita dilindungi oleh Allah subhanahu wa ta’ala dari berbagai bencana dan wabah penyakit.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَعْجَزُ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ عَنِ الدُّعَاءِ

“Manusia yang paling lemah adalah yang lemah dalam berdoa.” (HR. Abu Ya’la no. 6649, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah no. 601)

Manusia adalah Makhluk yang Lemah dan Sangat Membutuhkan Allah

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَخُلِقَ ٱلۡإِنسَٰنُ ضَعِيفًا

“Manusia diciptakan penuh dengan kelemahan.” (an-Nisa: 28)

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Dalam menghadapi segala macam permasalahan hidup, seharusnya doa adalah yang pertama, di tengah, di akhir, dan di seluruh keadaan. Jangan sampai semua ikhtiar dan usaha-usaha kita untuk mencegah wabah dan mengobati suatu penyakit menyebabkan kita terlalaikan dari berdoa dan bergantung hanya kepada Allah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ أَنتُمُ ٱلۡفُقَرَآءُ إِلَى ٱللَّهِۖ وَٱللَّهُ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ

Hai manusia, sungguh kalian adalah hamba yang fakir (sangat butuh) kepada Allah; dan Allah subhanahu wa ta’ala Dialah Yang Mahakaya (tidak membutuhkan makhluk-Nya) lagi Maha Terpuji. (Fathir: 15)

Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah al-Fauzan mengatakan, “Sungguh, kalian adalah hamba yang fakir (sangat butuh) kepada Allah. Kalian tidak akan bisa lepas dari Allah subhanahu wa ta’ala dalam seluruh keadaan walaupun sekejap. Oleh karena itu, hendaknya kalian terus menerus berdoa kepada Allah, seumur hidupmu.” (Khutbah Jumat beliau yang berjudul Mawaadhi’ ad-Dua Lillaah Azza wa Jalla)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللَّهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“Apabila engkau meminta, mintalah hanya kepada Allah. Jika engkau membutuhkan pertolongan, minta tolonglah hanya kepada Allah.” (HR. at-Tirmidzi no. 2516, dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma. Hadits ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 2516)

Buah dari Doa Dijamin Oleh Allah

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Sebagaimana dalam ayat yang dibacakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada awal pembahasan, Allah subhanahu wa ta’ala menjanjikan pengabulan doa bagi para hamba-Nya. Pada ayat yang lain, Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌۖ أُجِيبُ دَعۡوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِۖ فَلۡيَسۡتَجِيبُواْ لِي وَلۡيُؤۡمِنُواْ بِي لَعَلَّهُمۡ يَرۡشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu terbimbing dalam kebenaran.” (al-Baqarah: 186)

Selanjutnya, kita juga harus memahami makna dikabulkannya doa. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إثْمٌ، وَلاَ قَطِيعَةُ رَحِمٍ؛ إِلاَّ أَعْطَاهُ بِهَا إِحْدَى ثَلَاثٍ: إِمَّا أَنْ يُعَجِّلَ لَهُ دَعْوَتَهُ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنَ السُّوْءِ مِثْلَهَا. قَالُوا: إذًا نُكْثِرُ. قَالَ: اللهُ أَكْثَرُ

Tidaklah seorang muslim berdoa dengan sesuatu pun, selama (doanya) tidak mengandung dosa atau memutus silaturahmi; kecuali Alah akan memberinya salah satu dari tiga hal:

  • disegerakan baginya pengabulannya,

  • atau disimpan baginya di akhirat,

  • atau dihindarkan darinya bencana atau keburukan yang semisal dengannya.

(Ketika mendengar hadits ini) para sahabat bertanya, “Kalau demikian (yakni setiap orang yang berdoa pasti akan mendapatkan salah satu dari tiga hal tersebut), kami akan memperbanyak doa.”

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Sungguh, pengabulan Allah subhanahu wa ta’ala lebih banyak daripada doa kalian.” (HR. Ahmad no. 11133, dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai hasan sahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 1633)

Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu berkata,

ﺇِﻧِّﻲ ﻻَ ﺃَﺣْﻤِﻞُ ﻫَﻢَّ اﻹِْﺟَﺎﺑَﺔِ، ﻭَﻟَﻜِﻦْ ﻫَﻢَّ اﻟﺪُّﻋَﺎءِ، ﻓَﺈِﺫَا ﺃُﻟْﻬِﻤْﺖُ اﻟﺪُّﻋَﺎءَ ﻓَﺈِﻥَّ اﻹِْﺟَﺎﺑَﺔَ ﻣَﻌَﻪُ

“Sungguh, aku tidak terlalu merisaukan apakah doaku dikabulkan atau tidak (karena pasti dikabulkan). Akan tetapi, yang aku khawatirkan, apakah aku mendapatkan taufik dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk berdoa ataukah tidak. Sebab, apabila aku telah diberi taufik untuk berdoa, sungguh pengabulan itu pasti menyertainya.” (ad-Dau wa ad-Dawa hlm. 17)


Baca juga:

Bagian 1: Hanya kepada Allah Kita Berserah Diri 

Bagian 2: Di Antara Sebab Wabah & Musibah Adalah Dosa & Maksiat

Bagian 3: Bencana Bukan Akibat Dosa?


Berdoa
dalam Keadaan Khusyuk dan Yakin

Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

Ketika kita berdoa, terkadang kita hanya mengulang-ulang permintaan kita. Pada saat berdoa, biasanya seseorang akan memulai dengan dirinya sendiri, keluarganya, anak-anaknya, orang tuanya, rezekinya, dst. Saking seringnya kita melafalkan suatu doa dan urutannya, terkadang membuat hati ini lalai dan tidak khusyuk. Bahkan, sering kalbu kita tidak hadir atau tidak memahami apa yang kita ucapkan ketika berdoa.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Hendaknya kalian berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam keadaan yakin bahwa doa kalian pasti akan dikabulkan. Ketahuilah, Allah subhanahu wa ta’ala tidak mengabulkan doa yang berasal dari kalbu yang lalai dan kosong.” (HR. at-Tirmidzi no. 3479, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 3479)

Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa tunduk khusyuk dan menghadirkan hati ketika berdoa kepada Allah. Ketika meminta perlindungan dari virus Corona misalnya, jangan lupa hati kita benar-benar khusyuk dan khidmat memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala seraya bersandar sepenuhnya kepada-Nya, disertai perasaan yakin bahwa hanya Allah-lah yang mampu dan akan memberikan perlindungan kepada kita dari segala macam penyakit, termasuk dari virus Corona.

Adapun contoh lafal-lafal doa yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah untuk memohon perlindungan dari berbagai penyakit, termasuk dari virus Corona, insya Allah subhanahu wa ta’ala akan dibahas pada seri berikutnya.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang berserah diri kepada-Nya, seraya tunduk dan merendahkan diri, berdoa memohon perlindungan dari segala macam penyakit dan mara bahaya.

Ditulis oleh Ustadz Abu Ismail Arif