Perilaku Menyimpang Remaja

Sabar, satu sikap yang sangat urgen kala mendidik remaja. Kesabaran mutlak diperlukan mengingat banyak onak duri saat menyelami ritme kehidupannya. Sikap remaja yang sarat kelabilan menjadi pernik masalah tersendiri. Lebih-lebih lingkungan yang begitu kuat menyeret sang remaja untuk menyelisihi jalan kebenaran. Semua ini tentu bisa memperberat upaya orang tua atau pendidik dalam membimbing anak usia baru baligh ini.

Sebuah hadits dari sahabat mulia Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu kiranya bisa menjadi peredam galau para pendidik atau orang tua. Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ تَعَالَى وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

“Senantiasa mendapat cobaan pada seorang mukmin dan mukminah, baik dari dirinya, anaknya, dan hartanya, hingga ia berjumpa Allah subhanahu wa ta’ala dalam keadaan tiada membawa dosa padanya.” (HR. at-Tirmidzi, no.2399)

Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah menjelaskan hadits di atas, bahwa hadits tersebut menjadi dalil manakala seseorang yang bersabar dan mengharap pahala di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, kelak Allah subhanahu wa ta’ala memupus dosa-dosanya. Apabila seorang individu ditimpa musibah pada diri, anak, atau hartanya, lalu ia bersabar hingga tiada lagi dosa melekat padanya. Hadits ini pun menjadi dalil bahwa cobaan yang menimpa pada diri, anak, dan hartanya menjadi kaffarah (pemupus) bagi dosa-dosanya. (Syarhu Riyadhi ash-Shalihin, 1/116)

Yang jelas, dan sudah termaktub dalam al-Qur’an, keberadaan anak bisa menjadi ujian bagi orang tua atau pendidik. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَأَوۡلَٰدُكُمۡ فِتۡنَةٞۚ وَٱللَّهُ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ ١٥

“Sesungguhnya harta dan anak-anakmu adalah cobaan (bagimu) dan di sisi Allah pahala yang besar.” (at-Taghabun: 15)

Kesabaran para nabi Allah subhanahu wa ta’ala kala membimbing anak-anaknya bisa dijadikan cermin tuk berkaca diri. Kesabaran untuk terus-menerus, tiada henti, tiada lelah apalagi dihinggapi kejenuhan, dalam mengarahkan dan membimbing buah hati ke jalan yang diridhai-Nya.

Kesungguhan upaya terus ditunaikan walau saat kritis menerpa. Tiada batas akhir guna memberikan arahan kepada sang anak kecuali saat ajal tiba.

Telisik kisah Nabiyullah Nuh ‘alaihissalam. Saat keadaan mencekam, Nabi Nuh ‘alaihissalam masih menunaikan tugasnya sebagai orang tua. Air bah nan meluap tinggi tiada lantas menyusutkan langkah untuk menyeru sang anak agar kembali ke jalan yang benar. Kisah nan menggetarkan sanubari terlukis dalam firman-Nya,

وَهِيَ تَجۡرِي بِهِمۡ فِي مَوۡجٖ كَٱلۡجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبۡنَهُۥ وَكَانَ فِي مَعۡزِلٖ يَٰبُنَيَّ ٱرۡكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ٤٢ قَالَ سَ‍َٔاوِيٓ إِلَىٰ جَبَلٖ يَعۡصِمُنِي مِنَ ٱلۡمَآءِۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلۡيَوۡمَ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَۚ وَحَالَ بَيۡنَهُمَا ٱلۡمَوۡجُ فَكَانَ مِنَ ٱلۡمُغۡرَقِينَ ٤٣

Dan kapal itu berlayar membawa mereka ke dalam gelombang laksana gunung-gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orangorang kafir.” Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah.” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang bisa melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah Yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.” (Hud: 42—43)

Renungkanlah kisah kedekatan antara sang ayah dengan anak-anaknya, melalui kisah Nabiyullah Ya’qub ‘alaihissalam. Saat maut akan menjemput, Nabi Ya’qub radhiallahu ‘anhu masih bercengkrama dengan anak-anaknya. Ia tetap memberi bimbingan agar tauhid terhunjam kukuh pada sang anak. Kisah emas ini diabadikan dalam firman-Nya,

أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ إِذۡ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ قَالُواْ نَعۡبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗا وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ١٣٣

Apakah kamu menjadi saksi ketika maut akan menjemput Ya’qub, saat ia berkata kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab, “Kami akan menyembah Rabbmu dan Rabb nenek moyangmu yaitu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Sembahan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.” (al-Baqarah: 133)

Kala kematian menjelang, tiada lantas menjadi penghalang untuk terus membimbing anak-anaknya ke jalan yang diridhai-Nya. Mengarahkannya menjadi insan bertauhid, yang mengenyahkan syirik.

Begitu pula kisah khalilullah, Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Doa senantiasa dipanjatkan sebagai bagian dari upayanya membimbing anak keturunannya menuju manusia beriman, menegakkan tauhid, merobohkan beragam kesyirikan. Kisahnya terpatri dalam al-Qur’an. Firman-Nya,

وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجۡعَلۡ هَٰذَا ٱلۡبَلَدَ ءَامِنٗا وَٱجۡنُبۡنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ ٣٥

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Rabbi, jadikanlah negeri ini (Makkah) menjadi negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.” (Ibrahim: 35)

Doa menjadi bagian teramat penting. Sebab, betapapun keras upaya manusia, namun ia tetap memerlukan pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala. Kekuatan manusia ada batasnya. Adapun Allah subhanahu wa ta’ala memiliki kekuasaan untuk membolak-balikkan hati seorang hamba. Di sinilah peran doa, memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk memenuhi harapannya. Nabiyullah Ibrahim ‘alaihissalam telah memberi teladan tentang hal itu.

 

Apa itu Perilaku Menyimpang?

Allah subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya, bahwa setan akan senantiasa menghalangi manusia dari jalan-Nya yang lurus. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ١٦ ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ١٧

(Iblis) menjawab, “Karena Engkau telah menghukum saya telah sesat, pasti saya akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Kemudian pasti saya akan datangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.” (al-A’raf: 16—17)

Karena itu, setan menempuh banyak jalan untuk menyesatkan manusia. Sekian banyak manusia terjerembab ke jurang nista, menempuh jalan-jalan sesat. Itulah penyimpangan: saat manusia menyelisihi jalan Allah subhanahu wa ta’ala yang lurus, menempuh jalan-jalan setan.

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu, ia menuturkan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggurat sebuah garis bagi kami. Lantas, beliau bersabda, ‘Ini jalan Allah subhanahu wa ta’ala.’ Kemudian beliau mengguratkan beberapa garis di sebelah kanan dan kiri garis tadi. Setelah itu beliau bersabda, ‘Dan ini jalan, yang masing-masing jalan tersebut, setan mengajak kepadanya.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun membacakan ayat,

‘Dan sungguh inilah jalan yang lurus, maka ikutilah oleh kalian jalan yang lurus itu’.” (HR. Ibnu Hibban. Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani menyatakan hasan dalam al-Misykah 1/59)

Maka dari itu, perilaku menyimpang bisa didefinisikan sebagai perilaku yang menyelisihi jalan Allah subhanahu wa ta’ala yang lurus dan menempuh jalan lain yang ekstrem (berperilaku berlebihan atau perilaku bermudahan), bisa dalam perkara syahwat maupun syubhat (pemikiran rancu), meninggalkan yang wajib, melakukan yang diharamkan, dan berbuat bid’ah. (Inhirafu asy-Syabab, Asbabuhu wa Wasailu ‘Ilajihi, asy-Syaikh Dr. Sulaiman ar-Ruhaili, hlm.18—19)

 

Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang Remaja

Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja bisa diidentifikasi sebagai berikut:

 

  1. Melakukan perbuatan menyerupai orang-orang kafir.

Lihatlah, objek imitasi sebagian remaja muslim kepada figur-figur selebritas kafir. Mereka meniru cara berpakaian, cara menata rambut, membuat tato di bagian tubuh tertentu, menindik telinga, hidung, lidah, hingga meniru gaya hidup, seperti hura-hura, pacaran, dan sebagainya.

 

  1. Mengumbar syahwat.

Selain faktor internal remaja, yang mulai tampak besar postur tubuhnya serta mulai matang organ-organ seksualnya, perilaku menyukai lawan jenis atau perilaku seksual secara umum dipicu pula oleh lingkungan yang bertabur syahwat.

Tak kalah dahsyat adalah berbagai media memompa budaya syahwat sehingga banyak melahirkan perbuatan zina, aborsi, homoseksual, pelecehan seksual, pornoaksi, dan perilaku penyimpangan seksual lainnya.

 

  1. Membentuk geng.

Gaya hidup keluyuran ala anak jalanan “punk” adalah contoh kasus remaja masa kini. Hidup tak teratur, bahkan terkesan jorok, merupakan ciri khas mereka. Mereka membentuk geng dilatari oleh keadaan keluarga yang tak bisa memberi perhatian, kasih sayang, dan kehangatan. Mereka lari dari kenyataan, bersikap anti-kemapanan, tak peduli norma yang ada di masyarakat, hidup suka-suka. Mereka bisa bersatu karena ada persamaan nasib sebagai manusia marjinal (terpinggirkan).

 

  1. Bullying atau bully, perbuatan agresif kepada orang lain dalam rangka mempertunjukkan kekuatan kepada orang lain.

Bullying bisa dalam bentuk verbal atau fisik. Beberapa contoh bentuk bullying, seperti:

  • Kontak fisik langsung, seperti memukul, mendorong, menjambak, menendang, mengunci dalam ruangan tertentu, mencubit, mencakar, memalak (memeras), dan merusak barang milik orang lain.
  • Kontak verbal langsung, seperti mengancam, mempermalukan, merendahkan, berkata kasar, mencerca, mencaci atau mengejek, mengintimidasi, memberi gelaran buruk, menyebarkan rumor, dan yang sejenisnya.
  • Perilaku nonverbal langsung, seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, membuang muka dan meludah, serta mengangkat kepalan tangan dan lainnya.
  • Perilaku nonverbal tidak langsung, seperti mendiamkan seseorang, mengucilkan seseorang, mengirim pesan singkat secara gelap, dan sebagainya.

Korban bullying biasanya yang tak mampu membela diri. Korban kebanyakan dari keluarga yang terlalu kuat memberi proteksi (mengekang) atau dari keluarga yang sama sekali longgar dan tidak memiliki kendali aturan.

Dampak bullying pada remaja, korban merasa tidak aman, tidak tenang karena merasa terancam terus, rendah diri (minder), tak percaya diri. Hidupnya merasa tertekan dan diselimuti ketakutan.

Dampak secara fisik, timbul luka pada tubuh. Ketika mengalami bullying,  biasanya muncul pada diri korban rasa cemas, marah, muak, terancam, dan dendam. Semuanya itu bisa terakumulasi, menyatu, dan menggumpal di dada, namun tak bisa dilampiaskan, sehingga tidak terjadi proses kanalisasi (penyaluran) emosi yang ditekan tersebut.

Perilaku bullying ini menyebabkan seseorang terganggu belajarnya. Bahkan, bisa jadi korban akan mengambil tindakan—dalam upaya mengamankan diri—pindah tempat belajar ke kota lain. Yang lebih mengenaskan apabila bullying justru dilakukan oleh pengurus atau pengajar yang masih berusia belia, bahkan secara usia masih relatif tidak jauh beda dengan korban bullying. Hanya saja, karena yang melakukan bullying ini memiliki kedudukan khusus dalam lembaga, korban tidak berani melakukan mekanisme pertahanan diri. Pasrah.

 

  1. Menjadi pecandu miras dan narkoba.

Kebanyakan remaja yang terjatuh dalam lembah miras dan narkoba disebabkan oleh pergaulan yang salah, walaupun pemicunya bisa berawal dari suasana rumah yang kurang memberi perhatian, kasih sayang, dan kehangatan.

Akibatnya, remaja mencari tempat pelarian untuk menghilangkan kebingungan, tekanan, dan kegalauan hatinya. Dalam suasana hati yang tak nyaman, teman sepergaulan yang tidak baik akan menawarkan rokok, minuman keras, bahkan narkoba. Berawal dari coba-coba, sedikit demi sedikit, akhirnya ketagihan sehingga jadilah sebagai pecandu barang haram.

Hal ini diperparah oleh keterlibatan mafia barang haram yang menggila dalam menyuplai. Pengguna narkoba dari tahun ke tahun terus meningkat. Pada tahun 2010 di Indonesia tercatat 19% atau sekira 14 ribu remaja yang diindikasikan sebagai pecandu narkoba (Kompasiana, 1 Februari 2010).

Jumlah yang sangat memprihatinkan.

 

  1. Suka berbohong.

Remaja yang terlibat perilaku menyimpang akan berupaya menutupi perilakunya tersebut dari orang tua atau pendidiknya. Karena itu, tak sedikit orang tua atau pendidik yang sangat terkejut saat sang remaja itu tertangkap basah melakukan perbuatan menyimpang.

Mengapa? Karena, selama ini yang dikenal dari sang remaja adalah sikapnya yang manis saat berada di rumah atau di lembaga pendidikan. Orang tua atau pendidik tak menyadari adanya perubahan perilaku pada sang remaja selama ini.

Perubahan perilaku tersebut, contohnya, sang remaja lebih suka menyendiri. Dia tidak mau berkumpul dengan anggota keluarga lainnya atau teman-teman sebayanya yang berakhlak baik. Sang remaja pun suka menghindar dari tugas dan tanggung jawabnya. Keseharian diisi dengan rasa malas, tak ada gairah mengisi kehidupan.

Apabila ada kesempatan keluar dari rutinas keluarga atau tempat belajar, ia akan pergi dan berkumpul dengan kelompoknya. Tentu saja, ia akan bergabung dengan teman seusianya yang juga memiliki suasana hati yang tiada menentu. Bersama kelompoknya inilah kebebasan berperilaku tersalurkan. Tak ada lagi batasan norma agama. Tak ada lagi kata dilarang.

 

  1. Tidak takut dosa.

Segala sesuatu yang menjadi keinginannya sesegera mungkin dilampiaskan. Setan telah menarik ke lumpur yang membinasakan. Sang remaja sudah gelap mata hatinya. Dia tidak lagi kenal kata dosa, tidak takut lagi balasan siksa bagi yang durhaka kepada Rabbnya. Hidup di dunia hitam benar-benar menggelapkan pandangannya hingga dirinya tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang jelek.

 

  1. Terjerat syubhat.

Masa remaja merupakan masa yang penuh keingintahuan, termasuk dalam masalah agama. Usia remaja adalah usia mencari identitas diri. Faktor figur menjadi peran penting dalam mengarahkan ke jalan yang benar. Namun, tak sedikit dari remaja yang salah memilih jalan. Lantaran masih sangat terbatas ilmu dan pengalaman, remaja bisa terjerat syubhat pemahaman agama yang menyimpang.

Menelisik kasus terorisme, banyak di antaranya terbina saat usia remaja. Atas nama jihad, semangat anak muda dipompa hingga menggelembung lalu meledak tanpa arah. Remaja menjadi korban syubhat sesat dalam memaknai ajaran luhur jihad.

Syubhat senantiasa berkelebat, sementara dirinya lemah dalam memilah pemahaman yang diterimanya. Sebagaimana ucapan salaf,

إِنِّ الْقُلُوبَ ضَعِيفَةٌ وَالشُّبَهَ خَطَّافَةٌ

“Sesungguhnya hati itu lemah, sedang syubhat (senantiasa) menyambar.” (Siyar A’lami an-Nubala’, dalam Biografi Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, adz-Dzahabi, 5/379)

 

Tanda-Tanda Penyimpangan Perilaku

Waspadailah apabila remaja mengalami perilaku seperti berikut ini:

 

  1. Tanda-tanda di tempat belajar
  • nilai rapor buruk atau turun secara drastis
  • malas pergi ke tempat belajar
  • sering bolos
  • tidak memerhatikan pelajaran dan mengantuk
  • sering ditegur atau dipanggil guru
  • teman lama yang baik ditinggal
  • sering meminjam uang untuk keperluan yang tidak jelas
  • menyembunyikan alat komunikasi atau menyembunyikan data rahasia

 

  1. Tanda-tanda di rumah atau pemondokan
  • jarang ikut acara keluarga
  • tidak memedulikan keperluan dan aturan keluarga
  • suka berbohong
  • suka mencuri
  • kamar berantakan dan suka menggunakan pewangi ruangan (untuk memanipulasi bau rokok atau bau barang terlarang lainnya)
  • barang berharga di rumah sering hilang
  • sering ke kamar kecil dan lama berdiam di kamar kecil
  • menutup diri dan acuh tak acuh
  • malas mengurus diri.

Dengan mengetahui tanda-tanda di atas setidaknya orang tua atau pendidik bisa lebih intensif memantau setiap perilaku anak yang menapak remaja. Walau tanda-tanda di atas tidak secara rinci memberi arah, namun setidaknya bisa menjadi petunjuk awal mewaspadai kemungkinan yang terburuk.

Orang tua atau pendidik diharap lebih intens mendekati para remaja asuhannya dan berusaha membangun komunikasi dua arah yang sehat. Membangun kedekatan hati yang terbimbing syariat.

Wallahu a’lam.

 

Ditulis oleh Al-Ustadz Abulfaruq Ayip Syafruddin