Surat Pembaca Edisi 54

Asy Syariah Sarat Iklan?

Bismillah, Asy Syariah makin bulan makin sesuai dengan problema umat. Namun sayang kalau dulu sarat ilmu sekarang ini sarat iklan buku. Kalau empat lembar iklan, berapa ilmu diabaikan?

Abu Abdillah Yusdi-Tegal

0815754xxxxx

 

Selama ini, alhamdulillah, kami memiliki kebijakan khusus soal iklan. Bagi kami, iklan hanyalah kebutuhan yang sangat sekunder untuk mengisi ruang yang kosong. Jadi kami, insya Allah, tidak menomorduakan naskah. Dalam praktiknya terkadang memang ada naskah yang ditunda, namun lebih dikarenakan soal teknis. Karena naskah tersebut jika dipaksakan untuk mengisi sisa ruang yang ada tetaplah tidak mencukupi. Sehingga berlebihan bila anda katakan sekarang sarat iklan buku.

Iklan Asy Syariah sendiri, sebagaimana yang anda lihat, tetaplah kami batasi. Kami saat ini hanya menerima iklan buku, ma’had (pondok pesantren), majelis taklim, dan daurah. Iklan komersial, termasuk dalam hal ini herbal, tetap kami hindari. Di luar iklan buku, kami bahkan tidak memasang tarif. Pertimbangannya, itu semua (termasuk iklan buku) juga bagian dari mendakwahkan ilmu.

Selain itu, Asy Syariah berupaya memupus anggapan bahwa hidup mati sebuah majalah tergantung dari iklan. Anggapan bahwa majalah yang minim iklan, ibarat majalah “ecek-ecek” yang tengah menunggu ajal, adalah anggapan yang keliru. Justru majalah-majalah yang sarat iklan yang tidak syar’i (seperti iklan kerudung dengan model wanita cantik, iklan sinetron/film, iklan novel, dll) itulah yang justru patut kita pertanyakan. Jazakumullahu khairan atas masukannya.

 

 

Bahasan Tentang Amir

Tolong dibahas masalah keamiran (imamah) yang ada di jamaah-jamaah hizbi. Selama ini yang banyak disoroti oleh masyarakat cuma keamiran di LDII. Padahal bid’ah ini juga menjangkiti kelompok hizbiyun yang lain.

Irfan-Blitar

0819378xxxxx

 

Tentang keamiran (imamah) berikut ba’iat insya Allah akan dibahas di beberapa edisi mendatang. Jazakumullahu khairan.