Surat Pembaca Edisi 90

Bahasan Poligami Ditulis Wanita

Dalam pembahasan masalah poligami di edisi 85, sebagai masukan kenapa banyak kaum hawa kurang begitu tertarik pada poligami karena para penyampai fatwa atau penjelasan adalah dari para ustadz saja (pria), mungkin hal tersebut akan lebih mengena kepada kaum hawa bila penyampainya adalah ustadzah (wanita) pula. Mungkin untuk ke depan, bagaimana Asy-Syariah memberikan pembahasan-pembahasan tentang poligami yang penyampainya adalah ustadzah. Porsinya ustadzah 60% dan ustadz 40%. Eko P-Bugisan Selatan 081331xxxxxx

jawaban redaksi

Kesan buruk poligami (baca: menikah lagi) sudah telanjur mengakar di masyarakat. Ini diperparah dengan propaganda musuh-musuh Islam dan buruknya praktik poligami di masyarakat. Jadi, penolakan poligami bukan soal jenis kelamin siapa yang memfatwakan atau menafsirkan. Memang ada alasan semacam ini dari kalangan feminis, bahwa poligami disuarakan oleh ulama yang menganut budaya patriarki (kedudukan laki-laki lebih tinggi). Dari sini sebenarnya sudah tampak, yang dimaukan oleh kalangan feminis tidak semata-mata menolak poligami, tetapi menolak syariat yang mendudukkan laki-laki lebih tinggi. Bahkan, tidak hanya ini, poligami sejatinya hanyalah secuil dari syariat-syariat yang terus dan akan terus ditolak dengan dalih persamaan hak, kesetaraan gender, ketidakadilan, demokrasi, dan sebagainya. Siapa yang menulis di majalah ini, tetap saja akan mengutip penjelasan ayat atau hadits yang dijelaskan para ulama (baca: laki-laki). Yang menulis ustadzah sekalipun, itu tidak banyak membantu jika akal atau hawa nafsu kita banyak bermain dalam urusan ini. Lebih dikhawatirkan lagi, akan merembet pada penolakan hadits, karena hadits disampaikan oleh Rasul n yang notabene adalah laki-laki. Oleh karena itu, mari tundukkan hati dan akal kita di bawah bimbingan syariat. Allah l tidak mungkin menciptakan syariat yang sia-sia dan menzalimi para hamba-Nya. Jika ada kezaliman, jangan salahkan syariatnya, tapi salahkan manusia sebagai pelaku-pelakunya. Sudahkah mereka mempraktikkan syariat sesuai dengan bimbingan Rasul Nya? Sudah luruskah niat mereka dalam berpoligami? Sudahkah kita mempersiapkan poligami

secara lahir & batin dengan baik, bukan karena dorongan syahwat semata, lantas memahami berbagai konsekuensinya? Semoga pertanyaan ini bisa menjadi jawaban dari kegalauan kita terhadap poligami. Wallahu alam.

Bahas Tuntas Syiah

Semoga majalah Asy-Syariah selalu tetap eksis dalam membimbing umat, amin. Saya punya usul agar majalah ini membahas juga tentang kejahatan Syiah, karena masyarakat kami sering tertipu oleh “permusuhan” mereka dengan Amerika Serikat dan Yahudi, semoga dipertimbangkan. Muhamad Rijal-Aceh Tamiang 082363xxxxxx

Jawaban redaksi

Sering sekali umat terkecoh dengan berita-berita di media yang sering menggambarkan heroisme Syiah (Iran) saat memusuhi AS. Padahal konspirasi politik berbicara lain, di belakang itu mereka justru bahu-membahu membantai kaum muslimin. Lebih-lebih jika kita mengingat Syiah lahir dari rahim Yahudi. Lihatlah buktinya di Yaman dan Suriah, berapa banyak nyawa kaum muslimin yang dibantai Syiah? Tunggu kehadiran bahasan Syiah di edisi 92, insya Allah.