Menyelami Samudra Keindahan Islam

Islam adalah Agama Seluruh Nabi dan Rasul

Islam adalah agama yang memiliki fadhilah (keutamaan) yang tidak terhingga. Siapa pun yang menyelaminya, dia akan mendapatkan betapa luas dan dalamnya keindahan itu. Di antara keutamaannya, Islam adalah agama seluruh nabi dan rasul. Islam secara syariat adalah:

الْاِسْتِسْ مَالُ لِلهِ بِالتَّوْحِيدِ وَالْاِنْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأهَْلِهِ

“Menyerahkan diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan mentauhidkan-Nya, tunduk kepada Allah Subhanahuwata’ala dengan ketaatan kepada-Nya, serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya.”

Agama Islam inilah yang didakwahkan oleh seluruh nabi dan rasul kepada umatnya, dari rasul yang pertama hingga diutusnya penutup para nabi, Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.  Perbedaan yang ada dari risalah nabi dan rasul hanya pada ahkam (hukum hukum tata cara ibadah) yang memang Allah Subhanahu wa ta’ala menetapkannya berbeda sesuai dengan zaman dan keadaan setiap umat.

Sebagai contoh, dalam syariat terdahulu, tanah tidak dijadikan sebagai alat bersuci. Adapun dalam syariat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tanah menjadi pengganti air untuk bersuci, yakni dengan bertayammum. Dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, terhapuslah semua hukum nabi-nabi terdahulu. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَالْأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلَّاتٍ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ

“Para nabi adalah saudara dengan ibu-ibu yang berbeda, tetapi agama mereka satu.” (HR. al-Bukhari no. 3187)

Makna hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa semua nabi dan rasul berada pada satu pokok agama, yaitu Islam dengan maknanya secara syar’i: Menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya tunduk kepada Alah  dengan ketaatan kepada-Nya, serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelaku syirik.

Adapun dalam ahkam (tata cara ibadahnya) terdapat beberapa perbedaan. Sungguh, ini adalah keindahan Islam. Sebuah kebahagiaan ketika seorang memeluk agama Islam, agama yang dipeluk dan diserukan oleh seluruh nabi dan rasul. Alangkah bahagianya ketika kita masuk ke dalam jannah—insya Allah—bersama dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta seluruh nabi dan rasul.

Perhatikanlah, Saudaraku. Ketika kaum Yahudi dan Nasrani, mengklaim bahwa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam adalah Yahudi atau Nasrani, Allah Subhanahu wa ta’ala membantah persangkaan mereka. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَٰكِن كَانَ حَنِيفًا مُّسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus (berpaling dari kesyirikan) lagi muslim (berserahdirikepada Allah). Sekali-kali dia bukanlah termasuk golongan orang-orang musyrik.” (Ali Imran: 67)

Demikian pula Isa bin Maryam ‘alaihis salam, Demi Allah, beliau bukanlah Nasrani. Beliau tidak mengajari umatnya untuk menyembah dirinya. Beliau tidak pula mengajari manusia untuk menyembah ibunya, Maryam. Yang beliau dakwahkan adalah Islam, memerintahkan manusia untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan meninggalkan peribadahan kepada selain-Nya. Nabi Isa ‘alaihis salam berlepas diri dari ucapan dan keyakinan kaum Nasrani. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِن دُونِ اللَّهِ ۖ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ ۚ إِن كُنتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ ۚ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ ۚ إِنَّكَ أَنتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ () مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ ۚ وَكُنتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَّا دُمْتُ فِيهِمْ ۖ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنتَ أَنتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ ()

Dan (ingatlah) ketika Allah Subhanahuwata’ala berfirman, “Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang ilah (sesembahan) selain Allah?’ Isa menjawab, ‘Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak  mengetahui apa yang ada pada diri-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu, ‘Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabb kalian,’ dan aku menjadi saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Setelah Engkau angkat aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu’.” (al-Maidah: 116—117)

Nabi Isa ‘alaihis salam kini masih hidup di langit. Pada akhir zaman, beliau akan turun ke muka bumi menegakkan syariat Islam beserta hukum-hukum yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahkan dengan tawadhu’ beliau shalat di belakang Imam Mahdi.

… فَبَيْنَمَا إِمَامُهُمْ قَدْ تَقَدَّمَ يُصَلِّي بِهِمُ الصُّبْحَ إِذْ نَزَلَ عَلَيْهِمْ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ الصُّبْحَ فَرَجَعَ ذَلِكَ الْإِمَامُ يَنْكُصُ يَمْشِي الْقَهْقَرِي لِيَتَقَدَّمَ عِيْسَى يُصَلِّي بِالنَّاسِ فَيَضَعُ عِيْسَى يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيْهِ ثُمَّ يَقُولُ لَهُ: تَقَدَّمْ فَصَلِّ، فَإِنَّهَا لَكَ أُقِيمَتْ. فَيُصَلِّي بِهِمْ إِمَامُهُم

“… Tatkala imam mereka (al-Mahdi) maju untuk mengimami shalat Subuh, tiba-tiba turun kepada mereka ‘Isa bin Maryam ‘alaihis salam. Bergegaslah Imam Mahdi mundur ke belakang agar Nabi ‘Isa ‘alaihis salam mengimami manusia. Nabi ‘Isa pun meletakkan tangan beliau di antara pundak al-Mahdi seraya berkata, ‘Maju dan shalatlah, karena untukmu shalat ini ditegakkan’. Akhirnya Imam Mahdi maju mengimami shalat.”

Nabi Musa ‘alaihis salam, salah seorang nabi termulia dari bani Israil, termasuk ulul ‘azmi, agama yang beliau serukan kepada Fir’aun dan pengikutnya juga Islam. Namun, mereka menolaknya. Pada saat yang Allah Subhanahu wa ta’ala tidak menerima lagi tobat, barulah Fir’aun bertobat dan menyatakan keislaman. Perhatikan firman Allah Subhanahu wa ta’ala berikut.

وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ

Dan Kami memungkinkan bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia, “Saya beriman bahwa tidak ada ilah selain ilah yang diimani oleh bani Israil, dan saya termasuk kaum muslimin (orang – orang yang berserah diri kepada Allah).” (Yunus: 90)

Perhatikan ucapan Fir’aun saat ajalnya. Ia menyatakan dirinya seorang muslim, beriman kepada Musa ‘alaihis salam. Namun, ia menyatakannya saat Allah Subhanahu wa ta’ala tidak lagi menerima keislaman seseorang. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ

“Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan?!” (Yunus: 91)

Inilah salah satu keindahan Islam, semua nabi dan rasul menyerukan Islam, memerintahkan umatnya mengesakan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam beribadah dan meninggalkan thaghut, sesembahan selain Allah Subhanahu wa ta’ala .

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلَالَةُ ۚ فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” Lantas di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka dari itu, berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (an-Nahl: 36)

Dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَىٰ تَهْتَدُوا ۗ قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا ۖ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ () قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنزِلَ إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَىٰ وَعِيسَىٰ وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِن رَّبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ ()

Mereka berkata, “Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.” Katakanlah, “Tidak, bahkan (kami mengikuti) agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik.” Katakanlah (hai orang-orang mukmin), “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub, dan anak cucunya, serta apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (al-Baqarah: 135-136)

Islam, Agama yang Diridhai oleh Allah 

Di antara keindahan Islam yang sangat mendasar, Islam adalah satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Allah Subhanahu wa ta’ala tidak menerima dari seorang hamba selain Islam. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barang siapa mencari agama selain agama Islam, sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) darinya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imran: 85)

As-Sa’di rahimahullah berkata, “Barang siapa beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dengan selain agama Islam yang Allah Subhanahu wa ta’ala meridhainya untuk hamba-Nya, sungguh amalannya tertolak, tidak diterima. Sebab, agama Islam sajalah yang mengandung ketundukan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala , ketulusan (dalam beribadah kepada-Nya), dan ketaatan kepada para rasul-Nya. Siapa pun yang tidak membawa Islam berarti ia tidak menempuh sebab keselamatan dari azab Allah Subhanahu wa ta’ala dan keberuntungan dengan pahala-Nya. Semua agama selain Islam adalah batil.” (Tafsir as-Sa’di)

Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali Imran: 19)

Satu kemuliaan ini saja sebenarnya sudah cukup bagi seseorang untuk memeluk agama yang mulia ini, agar dirinya dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dan memperoleh keberuntungan di dunia dan akhirat, serta selamat dari azab-Nya Subhanahu wa ta’ala .

Saudaraku, di Padang Mahsyar kelak, kaum musyrikin mengikuti sesembahan-sesembahan mereka masuk ke dalam neraka. Demikian pula Yahudi dan Nasrani masuk ke dalam neraka sebelum jembatan dipancangkan. Yang tersisa hanya kaum muslimin, yaitu seluruh nabi dan rasul serta orang-orang yang beriman kepada mereka. Termasuk yang masih berdiri bersama kaum muslimin adalah orang-orang yang menampakkan dirinya Islam padahal ia kafir (munafik).

Al-Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits yang sangat panjang dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu no. 269, di antara teksnya adalah,

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ: لِيَتَّبِعْ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتْ تَعْبُدُ؛ فَ يَبْقَى أَحَدٌ كَانَ يَعْبُدُ غَيْرَ اللهِ سُبْحَانَهُ مِنَ الْأَصْنَامِ وَالْأَنْصَابِ إِلَّا يَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ إِلَّا مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللهَ مِنْ بَرٍّ وَفَاجِرٍ وَغُبَّرِ أَهْلِ الْكِتَابِ، فَيُدْعَى الْيَهُودُ فَيُقَالُ لَهُمْ : مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللهِ. فَيُقَالُ: كَذَبْتُمْ، مَا اتَّخَذَ اللهُ مِنْ صَاحِبَةٍ وَلَا وَلَدٍ، فَمَاذَا تَبْغُونَ؟ قَالُوا: عَطِشْنَا، يَا رَبَّنَا فَاسْقِنَا. فَيُشَارُ إِلَيْهِمْ: أَلَا تَرِدُونَ؟ فَيُحْشَرُونَ إِلَى النَّارِ كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ؛ ثُمَّ يُدْعَى النَّصَارَى فَيُقَالُ لَهُمْ: مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ ؟ قَالُوا : كُنَّا نَعْبُدُ الْمَسِيحَ ابْنَ اللهِ. فَيُقَالُ لَهُمْ: كَذَبْتُمْ، مَا اتَّخَذَ اللهُ مِنْ صَاحِبَةٍ وَلَا وَلَدٍ . فَيُقَالُ لَهُمْ : مَاذَ ا تَبْغُونَ ؟ فَيَقُولُونَ عَطِشْنَا، يَا رَبَّنَا فَاسْقِنَا. قَالَ: فَيُشَارُ إِلَيْهِمْ: أَلَا تَرِدُونَ؟ فَيُحْشَرُونَ إِلَى جَهَنَّمَ كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ؛ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ إِلَّا مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللهَ تَعَالَى مِنْ بَرٍّ وَفَاجِرٍ أَتَاهُمْ رَبُّ الْعَالَمِينَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى …

Ketika hari kiamat terjadi, ada penyeru yang mengumumkan, “Setiap umat hendaklah mengikuti apa yang dahulu disembah.” Tidak tersisa orang orang yang dahulu menyembah selain Allah Subhanahu wa ta’ala, yakni berhala, selain berjatuhan ke dalam neraka. Hingga yang tinggal hanya orang-orang yang menyembah Allah Subhanahu wa ta’ala , ada yang baik dan ada yang jahat serta sisa-sisa Ahli Kitab.

Dipanggillah orang-orang Yahudi. Mereka ditanya, “Apa yang dahulu kalian sembah?”

Mereka menjawab, “Kami menyembah Uzair, anak Allah.”

Dikatakan, “Kalian dusta! Allah tidak menjadikan seorang pun sebagai istri atau anak. Lalu apa yang kalian inginkan?”

Mereka menjawab, “Kami haus, wahai Rabb kami, berilah kami minum!”

Lalu ditunjukkan kepada mereka, “Mengapa kalian tidak datang ke sana?”

Mereka digiring ke neraka, seolah-olah neraka itu fatamorgana yang saling menghancurkan. Mereka pun berjatuhan ke dalam neraka.

Kemudian orang-orang Nasrani dipanggil. Mereka ditanya, “Apa yang dahulu kalian sembah?”

Mereka menjawab, “Kami menyembah Isa al-Masih, anak Allah.”

Dikatakan kepada mereka, “Kalian dusta! Allah tidak menjadikan seorang pun sebagai istri atau anak. Apa yang kalian inginkan?”

Mereka menjawab, “Kami haus, wahai Rabb, berilah kami minum.”

Lalu ditunjukkan kepada mereka, “Mengapa kalian tidak datang ke sana?”

Mereka digiring ke neraka Jahanam, seolah-olah neraka itu fatamorgana yang saling menghancurkan. Mereka pun berguguran ke dalam neraka. Ketika yang tinggal hanya orang-orang yang dahulu menyembah Allah Subhanahu wa ta’ala (yang baik dan yang jahat). Allah Subhanahu wa ta’ala datang kepada mereka….

 

Islam Mengeluarkan Manusia dari Kegelapan Menuju Cahaya

Keindahan Islam ini disaksikan oleh semua mata manusia dan dibuktikan oleh sejarah kehidupan manusia. Islam mengeluarkan manusia dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid, mengeluarkan manusia dari kegelapan kemaksiatan menuju cahaya ketaatan, kegelapan dan kebodohan menuju cahaya ilmu. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ ۗ أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka;  mereka kekal di dalamnya.” (al-Baqarah: 257)

Dahulu manusia berada di atas Islam, mentauhidkan Allah Subhanahu wa ta’ala dalam beribadah kepada-Nya. Kemudian muncullah awal kesyirikan di masa Nabi Nuh ‘alaihis salam. Sekelompok manusia ketika itu menjadikan Wadd, Suwa’, Yaghuts, dan Nasr sebagai sesembahan selain Allah Subhanahu wa ta’ala. Allah Subhanahu wa ta’ala pun mengutus Nuh ‘alaihis salam menyeru manusia mengajak mereka keluar dari kegelapan syirik menuju cahaya tauhid.

Demikian seterusnya, Allah Subhanahu wa ta’ala mengutus para rasul-Nya silih berganti. Hingga Allah Subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada manusia seluruhnya, saat kegelapan jahiliah meliputi kehidupan anak manusia. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajari mereka Kitab dan Hikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (al-Jumu’ah: 2)

Sebelum diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, umat manusia secara menyeluruh berada pada masa kejahiliahan. Mereka diperbudak oleh kesyirikan. Dunia juga gelap dipenuhi kezaliman dan kerusakan di muka bumi.

Sebagai contoh, kaum wanita benar-benar dijatuhkan kedudukannya. Wanita adalah barang dagangan dan warisan, tidak ada nilainya sedikit pun. Bahkan, manusia merasa malu dengan karunia Allah Subhanahu wa ta’ala berupa anak perempuan hingga mereka tega menguburkan anak perempuannya hidup-hidup menjemput kematian dengan sangat tragis.

وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُم بِالْأُنثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ () يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِن سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ ()

“Apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak karena buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (an-Nahl: 58—59)

Demikianlah kejahiliahan melingkupi, hingga datang cahaya Islam mengeluarkan manusia dari kegelapan masa jahiliah menuju cahaya hidayah. Manusia lepas dari belenggu kesyirikan, hak-hak manusia terjaga, termasuk kaum wanita, diangkat dan dihormati hak-hak mereka. Manusia pun bersatu dalam ikatan Islam, dan berusaha menjauhkan diri dari kezaliman. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman mengingatkan nikmat ukhuwah,

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai-berai. Ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, kemudian Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara. Kalian telah berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kalian darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kalian, agar kalian mendapat petunjuk.” (Ali Imran: 103)

 

Islam, Fitrah yang Seluruh Manusia Terlahir di Atasnya

Di antara keindahan Islam, Islam adalah agama yang manusia dilahirkan di atasnya. Inilah fitrah yang Allah Subhanahu wa ta’ala tetapkan atas seluruh manusia. Oleh karena itu, seluruh syariat Islam diterima oleh akal sehat dan fitrah yang selamat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ، كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ، هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ

“Semua bayi terlahir di atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti halnya hewan ternak yang dilahirkan, apakah engkau dapatkan lahir dalam keadaan terpotong (dicacati)?” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu)

Fitrah yang dimaksud dalam hadits ini adalah Islam, sebagaimana diterangkan oleh riwayat lain dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikianlah, manusia diciptakan di atas Islam, di atas tauhid, meyakini Allah Subhanahuwata’ala sebagai Rabbul ‘alamin, meyakini bahwa Dia adalah satu-satunya yang berhak diibadahi.

Allah Subhanahu wa ta’ala mengabarkan, manusia seluruhnya telah diambil persaksiannya di hadapan-Nya bahwa mereka adalah para hamba-Nya.

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَن تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ () أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِن قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِّن بَعْدِهِمْ ۖ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ ()

Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Rabb kalian?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau adalah Rabb kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)”, atau agar kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Rabb sejak dahulu,sedangkan kami ini adalah anak anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?” (al-A’raf: 172—173)

Karena Islam adalah fitrah yang manusia terlahir di atasnya, semua ajaran Islam adalah ajaran yang diterima oleh fitrah manusia, menyucikan jiwa mereka, dan tidak memberatkan.

 

Islam adalah Agama yang Mudah

Di antara keindahan Islam, ia adalah agama yang mudah, tidak memberatkan sama sekali. Bahkan, siapa yang berpegang dengannya, ia dapatkan semuanya dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Akidah Islam adalah akidah yang mudah karena sesuai dengan fitrah penciptaan manusia.

Demikian pula ibadah, muamalah, dan akhlak yang diajarkan Islam, semuanya mudah dan mendatangkan maslahat (kebaikan-kebaikan) dunia dan akhirat. Keindahan Islam berupa kemudahan ini ditunjukkan oleh dalil-dalil dari al-Kitab dan as-Sunnah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat- Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (al-Maidah: 6)

يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian.” (al-Baqarah: 185)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menegaskan pokok yang agung ini,

إِنَّ هَذَا الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌإِلَّا غَلَبَهُ

“Sesungguhnya agama Islam ini mudah, dan tidak ada seorang pun memperberat agama ini melainkan ia akan dikalahkan.” (HR. al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu anhu)

Shalat lima waktu, misalnya, Allah Subhanahu wa ta’ala mewajibkannya pada waktu-waktu yang sesuai, tidak mengganggu keseimbangan kehidupan seseorang di dunia ini. Bahkan, dengan shalat, seseorang senantiasa memperoleh dua kebaikan sekaligus, kebaikan dunia dan akhirat. Shalat subuh misalnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فَهُوَ فِي ذِمَّةِ اللهِ

“Barang siapa shalat subuh, dia dalam jaminan Allah.” (HR. Muslim dari sahabat Jundab bin Abdillah al-Qasri radhiyallahu anhu)

Belum lagi faedah-faedah lain yang bersifat duniawi dan ukhrawi dari ibadah shalat; menggugurkan dosa-dosa, mencegah perbuatan keji dan mungkar, shalat berjamaah mempererat ukhuwah, tidak lupa pula keutamaan kalimat “Amin” dalam sabda-sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kalimat inilah yang menyebabkan orang-orang Yahudi sangat iri kepada kaum muslimin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ماَ حَسَدَكُمُ الْيَهُودُ عَلَى شَيْءٍ مَا حَسَدُوكُمْ عَلَى السَّ مَالِ وَالتَّأْمِينِ

“Yahudi tidaklah hasad terhadap sesuatu yang ada pada kalian sebagaimana hasad mereka terhadap kalian dalam hal ucapan salam dan amin.” (HR. al-Bukhari dalam al-Adabal Mufrad, dan dinyatakan sahih oleh al-Albani)

Semua keutamaan shalat semakin memperingan ibadah yang agung ini. Demikianlah semua syariat Islam, mudah dan dimudahkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

 

Islam adalah Agama yang Diperkokoh dengan Bukti yang Kuat

Islam adalah agama yang diperkuat oleh mukjizat, bukti-bukti yang nyata, dan dalil-dalil yang terang. Setiap mata yang menyaksikannya akan yakin bahwa Islam adalah syariat yang datang dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Dalam mendakwahkan Islam, seluruh nabi dan rasul diperkuat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dengan bukti kebenaran dakwah mereka. Tentang Nabi Isa ‘alaihis salam, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

أَنِّي قَدْ جِئْتُكُم بِآيَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ ۖ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُم مِّنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ ۖ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَىٰ بِإِذْنِ اللَّهِ ۖ وَأُنَبِّئُكُم بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mukjizat) dari Rabb-mu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan dirumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” (Ali Imran: 49)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنَ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ نَبِيٍّ إِلاَّ قَدْ أُعْطِيَ مِنَ

“Tidak ada seorang nabi pun, kecuali diberi mukjizat yang dengan semisal itu manusia beriman, dan (di antara) mukjizat yang dianugerahkan kepadaku adalah wahyu yang Allah wahyukan kepadaku, dan aku berharap menjadi nabi yang terbanyak pengikutnya di hari kiamat.” (HR. Muslim no. 152 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu)

Sebagai rasul terakhir, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi oleh Allah Subhanahu wa ta’ala mukjizat yang sangat banyak dan beragam. Ulama menyebutkan bahwa mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mencapai ribuan, bahkan ada yang mengatakan lebih dari 60.000 mukjizat. Subhanallah!

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah, beliau berkata, “Perjalanan hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sungguh termasuk ayat-ayat (mukjizat). Demikian pula akhlaknya, sabda-sabdanya, perbuatan-perbuatannya, syariatnya, umatnya, dan karamah orang-orang saleh dari umat beliau, semua itu termasuk ayat (mukjizat-mukjizat) beliau.”

Mukjizat-mukjizat Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang banyak dan beragam itu bisa dibagi menjadi dua kelompok:

1. Mukjizat-mukjizat yang terjadi di masa hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berakhir dengan wafatnya beliau.

Misalnya, makanan dan minuman yang sedikit menjadi banyak dengan berkah Allah Subhanahuwata’ala, demikian pula keluarnya air yang melimpah dari jari-jemari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua mukjizat itu berakhir dengan wafatnya beliau.

2. Mukjizat yang terus berlangsung sesudah wafatnya hingga hari kiamat.

Contohnya, al-Qur’an dan berita-berita gaib yang beliau kabarkan dalam sabda-sabdanya yang mulia lantas terjadi sebagaimana yang beliau kabarkan, seperti tanda-tanda hari kiamat.

Wahai segenap manusia, sejenak kita lihat sebagian kecil dari mukjizat al-Qur’an, yaitu penjagaan yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (al- Hijr: 9)

Di antara yang Allah Subhanahu wa ta’ala jaga adalah lafadznya. Tidakkah kita renungkan, sejak empat belas abad silam al-Qur’an diturunkan, selama itu pula manusia dan jin seluruhnya ditantang untuk membuat satu surah saja yang terpendek yang semisal dengan al-Qur’an. Adakah orang yang mampu membuatnya? Mana ahli bahasa? Mana ahli sastra Arab? Adakah al-Qur’an berubah lafadznya dan hurufnya?

Wahai musuh-musuh Allah Subhanahu wa ta’ala, wahai semua orang kafir dan munafik dari kalangan jin dan manusia, berkumpullah kalian untuk mengubah satu saja ayat al-Qur’an. Bukankah kalian paling bersemangat untuk menghancurkan Islam?

Jika kalian tidak mampu… dan sungguh empat belas abad telah berlalu, kalian semua lemah. Bersegeralah kalian bertobat. Peluklah agama Islam ini sebelum datangnya azab Allah Subhanahu wa ta’ala atas kalian.

Islam adalah Agama yang Dijaga dari Perubahan

Di antara keindahan Islam, agama Islam adalah agama yang senantiasa dijaga oleh Allah Subhanahu wa ta’ala hingga hari kiamat. Penjagaan itu meliputi penjagaan sumber hukum Islam yaitu al-Qur’an dan hadits. Allah Subhanahu wa ta’ala juga terus menjaga keberadaan generasi yang senantiasa mengikuti jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Dalil yang menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala menjaga al-Qur’an dan as-Sunnah adalah firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (al-Hijr: 9)

Adapun penjagaan al-Qur’an yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala adalah pemeliharaan lafadz (huruf-huruf) nya. Semua ayat al-Qur’an diriwayatkan secara mutawatir. Tidak ada satu lafadz pun dari al-Qur’an yang dapat diubah oleh manusia (dan jin) sebagaimana telah disinggung di atas.

Allah Subhanahu wa ta’ala menjaga pula pemahaman al-Qur’an dari penyimpangan, yaitu dengan Allah Subhanahu wa ta’ala menjaga hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berfungsi sebagai penjelas al-Qur’an atau sebagai penafsir al-Qur’an.

Di antara bentuk penjagaan Allah Subhanahu wa ta’ala terhadap hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Dia menyiapkan generasi ahli hadits yang gigih menjaga kemurnian hadits, sejak zaman sahabat, tabi’in, atba’ut tabi’in, hingga generasi berikutnya, semisal al-Imam Malik, al-Imam asy-Syafi’i, al-Imam Ahmad bin Hanbal, al-Bukhari, Muslim, dan ribuan ulama ahli hadits dari setiap generasi.

Dengan demikian, terjagalah kemurnian hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terpisahkanlah mana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sahih penyandarannya kepada beliau dan mana yang tidak.

 

Islam adalah Agama yang Sempurna, Syamil

Seseorang yang melihat Islam akan menyaksikan bahwa segala yang dibutuhkan oleh manusia ada di dalamnya. Tidak ada satu perkara pun yang dibutuhkan oleh manusia selain hal itu ada dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ

“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (an-Nahl: 89)

Diriwayatkan dalam sebuah hadits,

عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قِيلَ لَهُ لَقَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ قَالَ أَجَلْ لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ وَأَنْ لَا  نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِينِ وَأَنْ لَا يَسْتَنْجِيَ أَحَدُنَا بِأَقَلَّ  مِنْ ثثَالَةِ أحَْجَارٍ أَوْ نَسْتَنْجِيَ بِرَجِيعٍ أَوْ عَظْمٍ

Dikatakan kepada Salman al-Farisi radhiyallahu anhu, “Sungguh, Nabi kalian telah mengajari kalian segala sesuatu, sampai pun masalah adab membuang hajat.” Salman menjawab, “Benar. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami untuk menghadap kiblat ketika buang air besar atau kencing. Beliau melarang pula kami beristinja dengan tangan kanan dan beristinja dengan batu kurang dari tiga atau beristinja dengan tulang.” (HR. Abu Dawud no. 6)

Tidak hanya mengatur muamalah antara manusia dan Allah Subhanahu wa ta’ala, atau antarmanusia, tetapi Islam juga menerangkan muamalah manusia dengan binatang atau jin. Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiyallahu anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيْحَتَهُ

“Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berlaku baik terhadap segala sesuatu. Apabila kalian membunuh, berlaku baiklah dalam membunuh. Apabila kalian menyembelih, berlaku baiklah dalam menyembelih. Dan hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan membuat nyaman hewan sembelihannya.”

Adakah syariat yang sempurna seperti syariat Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam?

Pembaca, semoga Allah Subhanahu wa ta’ala merahmati kita semua, masih banyak keutamaan agama Islam di antaranya Islam adalah agama yang kekal hingga akhir zaman, seperti sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

“Akan selalu ada sekelompok umatku berperang di atas al-haq, mendapat kemenangan sampai hari kiamat.” (HR. Muslim no. 3547 dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu)

Islam adalah agama yang universal bukan hanya untuk kalangan Arab, namun juga non-Arab, bahkan untuk kalangan jin, seperti firman Allah Subhanahuwata’ala,

قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا

Katakanlah, “Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian semua.” (al-A’raf: 158)

Islam adalah agama yang mengajari umatnya berbuat baik (ihsan). Bahkan, semua syariat Islam adalah ihsan. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Islam adalah agama yang dimenangkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.

Masih banyak keutamaan-keutamaan lain yang terkandung dalam dua wahyu, al-Kitab dan as-Sunnah. Waktu dan ruang tidak memungkinkan bagi kita menyelami lebih dalam samudra keindahan dan keutamaan Islam. Bahkan, seumur hidup kita sekalipun tidak mampu mengibaratkan keindahan dan keutamaan Islam.

Ya Allah, jadikanlah hati-hati kami mencintai-Mu, nabi dan para rasul-Mu, serta agama Islam yang Engkau ridhai. Lebih dari itu, wahai Rabb kami, cintailah kami, ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dan dosa seluruh kaum mukminin.

 

Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc.

keindahan islam