Rasul-rasul Allah Subhanahu wata’ala diutus membawa risalah ilahi. Manusia diuji, apakah mereka menerima seruan Allah Subhanahu wata’ala atau menolaknya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah membuat sebuah perumpamaan tentang diri beliau dan umat manusia dalam sebuah hadits,
مَثَلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهَا جَعَلَ الْفَرَاشُ وَهَذِهِ الدَّوَابُّ الَّتِي فِي النَّارِ يَقَعْنَ فِيهَا وَجَعَلَ يَحْجُزُهُنَّ وَيَغْلِبْنَهُ فَيَتَقَحَّمْنَ فِيهَا قَالَ فَذَلِكُمْ مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ أَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ عَنْ النَّارِ؛ هَلُمَّ عَنْ النَّارِ، هَلُمَّ عَنْ النَّارِ؛ فَتَغْلِبُونِي تَقَحَّمُونَ فِيهَا
“Permisalan diriku seperti orang yang menyalakan api. Ketika api telah menyinari apa yang ada di sekelilingnya, berdatanganlah serangga-serangga beterbangan mendekati api. Sementara itu, orang ini berusaha menghalangi dari api namun hewan-hewan itu tidak menghiraukan, hingga mereka berjatuhan ke dalamnya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itulah permisalan diriku dan diri kalian. Aku memegangi ikat-ikat pinggang kalian agar kalian selamat dari neraka. Jauhilah neraka! Jauhilah dari neraka! Tetapi, kalian (kebanyakan umatku) tidak menghiraukanku, dan kalian berjatuhan ke dalam neraka.”
Al-Qur’an menyebutkan kisah perjalanan hidup para nabi dan rasul dengan kaumnya. Kisah-kisah itu menjadi ibrah bagi mereka yang mau menggunakan mata dan pendengarannya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ رَسُولًا () فَعَصَىٰ فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا
“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Makkah) seorang rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang rasul kepada Fir’aun. Fir’aun mendurhakai rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” (al-Muzzammil: 15—16)
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ () إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ () الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ () وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ () وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ () الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ () فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ () فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ () إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ
“Apakah kamu tidak memerhatikan bagaimana Rabbmu berbuat terhadap kaum Ad? (Yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu di negeri-negeri lain; dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah; dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, karena itu Rabbmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, sesungguhnya Rabbmu benarbenar mengawasi.” (al-Fajr: 6—14)
Demikian sunnatullah, tidaklah suatu kaum mendurhakai Rasul-Nya melainkan Allah Subhanahu wata’ala menimpakan azab atas mereka. Sejarah hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hendaknya selalu kita baca dan renungkan. Semua penentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memetik buah kekufurannya di dunia, seperti yang dijanjikan oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam firman-Nya,
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (al-Kautsar: 3)
Pertempuran hizbullah dan hizbusysyaithan di Padang Badar misalnya. Itu di antara bukti janji Allah Subhanahu wata’ala. Hari Perang Badar dikatakan sebagai “Yaumul Furqan”, Allah Subhanahu wata’ala memisahkan dua golongan. Allah Subhanahu wata’ala memenangkan kaum mukminin dan membinasakan musuh-musuh Rasul dan Khalil-Nya, Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Mayat-mayat bergelimpangan dari barisan orang kafir Quraisy. Dedengkotdedengkot Quraisy diseret ke Sumur Badar.
Adapun mukminin, tentara-tentara Allah Subhanahu wata’ala, kesatria-kesatria Islam dengan teguh menyongsong kemenangan demi kemenangan. Dalam setiap kesempatan pertolongan Allah Subhanahu wata’ala selalu menyertai Khalil-Nya, Muhammad bin Abdillah Shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta para sahabat yang mulia. Hingga kota Makkah dibuka dan manusia masuk ke dalam Islam dengan berbondong-bondong.
إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ () وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا () فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ ۚ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا
“Apabila telah datang pertolongan Allah Subhanahu wata’ala dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Rabbmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat.” (an- Nashr: 1—3)
Sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, janji Allah Subhanahu wata’ala tetap berlaku hingga hari kiamat. Allah Subhanahu wata’ala memenangkan kaum mukminin dan membinasakan para pendurhaka Rasul. Persia, para penyembah api, dan Romawi, pemeluk agama Nasrani, dua kekuatan adidaya saat itu tumbang. Allah Subhanahu wata’ala membinasakan mereka karena tidak beriman kepada nabi dan rasul-Nya. Allah Subhanahu wata’ala pernah menjanjikan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya,
وَأُعْطِيتُ كَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ
“Dan aku diberi Allah Subhanahu wata’ala dua perbendaharaan: Romawi dan Persia.”
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam terbukti setelah wafat beliau. Negara adidaya yang kufur kepada Allah Subhanahu wata’ala, Allah Subhanahu wata’ala timpakan kehinaan kepada mereka. Ayat-ayat dan hadits-hadits di atas cukup menjadi peringatan bagi mereka yang masih memiliki kalbu untuk segera menaati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan mendorongnya untuk mengagungkan sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam serta tidak meremehkannya. Sahabat Salamah bin al-Akwa radhiyallahu ‘anhu mengisahkan, suatu saat ada seorang lelaki makan di dekat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan tangan kirinya. Beliau bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” “Aku tidak bisa.” Demikian sang lelaki menimpali. Rasul pun bersabda,
لاَ اسْتَطَعْتَ، مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ
“Engkau benar-benar tidak bisa! Tidak ada yang menghalanginya selain kesombongan.”
Subhanallah, seketika itu sang pemuda tidak bisa mengangkat tangan kanannya! Lumpuh! Kisah ini diriwayatkan al- Imam Muslim rahimahullah dalam Shahih-nya no. 2021. Tidakkah kalian berhenti wahai pendurhaka Nabi, wahai musuh-musuh Allah Subhanahu wata’ala? Wahai orang-orang kafir, wahai para penghina nabi dan rasul, ingatlah apa yang menimpa teman dan saudara kalian yang menentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh, kehancuran kalian telah dekat, jika kalian tidak segera bertobat dan memeluk Islam. Pedihnya azab pasti melingkupi jika mulut-mulut kotor dan hati yang dipenuhi hasad kepada nabi dan rasul tidak segera dibersihkan. Demikian pula kalian, wahai Syiah Rafidhah, saudara Yahudi dan Nasrani, tidakkah kalian berhenti mencela Allah Subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya?! Nantikan azab Allah Subhanahu wata’ala atas kalian,
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِّن قَبْلِكَ فَأَمْلَيْتُ لِلَّذِينَ كَفَرُوا ثُمَّ أَخَذْتُهُمْ ۖ فَكَيْفَ كَانَ عِقَابِ
“Dan sesungguhnya telah diperolokolokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka Aku beri tangguh kepada orangorang kafir itu kemudian Aku binasakan mereka. Alangkah hebatnya siksaan-Ku itu!” (ar-Ra’d: 32)
Shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, dan para sahabat beliau. Walhamdulillah Rabbil ’alamin
Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc