Beriman kepada Berita Rasulullah Akan Munculnya Dajjal

Dajjal acap menjadi topik seru yang dibicarakan banyak orang. Perkaranya pun kian hangat dengan munculnya orang-orang yang mengaku atau dianggap sebagai Dajjal.

Di antaranya, yang dialamatkan pada Sri Sathya Sai Baba, seorang begawan dari India. Benarkah dia Dajjal?[1] Jika ditinjau dari sisi bahasa, makna Dajjal adalah sangat tepat untuknya karena Dajjal berarti banyak berdusta dan menipu. Siapa pun yang banyak berdusta dan menipu, ada pengikutnya ataupun tidak, dia adalah Dajjal.

Demikianlah yang diistilahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang mereka. Beliau menjelaskan hal ini dalam banyak hadits. Di antaranya, beliau bersabda,

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَقْتَتِلَ فِئَتَانِ عَظِيمَتَانِ يَكُونُ بَيْنَهُمَا مَقْتَلَةٌ عَظِيمَةٌ دَعْوَتُهُمَا وَاحِدَةٌ، وَحَتَّى يُبْعَثَ دَجَّالُونَ كَذَّابُونَ قَرِيبٌ مِنْ ثَلَاثِينَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ رَسُولُ اللهِ، وَحَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ، وَحَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمُ الْمَالُ فَيَفِيضَ حَتَّى يُهِمَّ رَبَّ الْمَالِ مَنْ يَقْبَلُ صَدَقَتَهُ وَحَتَّى يَعْرِضَهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ الَّذِي يَعْرِضُهُ عَلَيْهِ: لَا أَرَبَ لِي بِهِ، وَحَتَّى يَتَطَاوَلَ النَّاسُ فِي الْبُنْيَانِ، وَحَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ: يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ؛ وَحَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا فَإِذَا طَلَعَتْ وَرَآهَا النَّاسُ يَعْنِي آمَنُوا أَجْمَعُونَ فَذَلِكَ حِينَ لَا يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ أَوْ كَسَبَتْ فِي إِيمَانِهَا خَيْرًا

Baca juga: Tanda-Tanda Kedatangan Hari Kiamat

“Tidak akan terjadi hari kiamat hingga dua kelompok besar saling berperang. Banyak yang terbunuh di antara dua kelompok tersebut, padahal seruan mereka adalah satu.

(Tidak akan terjadi hari kiamat) hingga dibangkitkannya para dajjal lagi pendusta hampir tiga puluh orang yang semuanya mengaku bahwa dirinya rasul utusan Allah.

(Hari kiamat tidak akan terjadi) hingga ilmu dicabut, sering terjadi gempa, zaman berdekatan, fitnah menjadi muncul, pembunuhan sering terjadi, dan harta berlimpah ruah di tengah-tengah kalian hingga para pemilik harta bingung terhadap orang yang akan menerima sedekahnya. Sampai-sampai dia berusaha menawarkannya kepada seseorang, tetapi orang tersebut berkata, “Saya tidak membutuhkannya.”

(Tidak akan terjadi hari kiamat) hingga orang berlomba-lomba meninggikan bangunan.

(Tidak akan terjadi hari kiamat) hingga seseorang melewati sebuah kuburan, lantas dia berkata, “Aduhai, seandainya saya berada di sana.”

(Hari kiamat tidak akan terjadi) hingga matahari terbit dari sebelah barat. Apabila ia terbit dari sebelah barat, saat orang-orang melihatnya, mereka beriman seluruhnya. Itulah waktu yang tidak bermanfaat lagi keimanan bagi orang yang sebelumnya tidak beriman atau dia tidak berbuat kebaikan dalam keimanannya. (HR. al-Bukhari, “Kitabul Manaqib” no. 3340, “Kitab al-Fitan” no. 6588 dan Muslim, “Muqaddimah” no. 8, dan “Kitab al-Fitan wa Asyrathis Sa’ah” no. 5205, dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu)

Baca juga: Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

Dari keterangan di atas jelaslah bahwa kata Dajjal sering dipakai untuk menamai seseorang yang sering berdusta dan sering menipu umat. Para dedengkot kesesatan yang memproklamirkan diri sebagai nabi setelah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah para Dajjal.

Apabila disebutkan Dajjal secara mutlak (tanpa keterangan tambahan, red.), tidak ada yang tergambar dalam benak setiap orang melainkan ad-Dajjal al-Akbar (yang terbesar), yang akan muncul di akhir zaman sebagai tanda dekatnya hari kiamat. Dia memiliki sifat-sifat yang sudah jelas sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Mengimani Munculnya Dajjal Al-Akbar

Tidak ada keraguan bagi orang yang beriman terhadap segala berita yang datang dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, masuk akal ataupun tidak. Sebab, mereka meyakini bahwa segala yang diberitakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, sepanjang riwayatnya sahih, merupakan berita wahyu dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Segala perkara yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang terkait dengan Dajjal—seperti, sifat-sifatnya, kejadian-kejadian luar biasa yang diperbuatnya, masa tinggalnya di dunia, para pengikutnya, tempat turunnya, siapa yang akan membunuhnya, dan sebagainya—bagi orang yang beriman bukanlah khurafat dan takhayul yang menjajah akal serta hati mereka. Bukan pula sebuah keanehan apabila Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan keluarbiasaan pada diri Dajjal. Hal ini tidak akan mengurangi kemuliaan Allah subhanahu wa ta’ala sedikit pun.

Baca juga: Berita Gaib, Antara Kufur dan Iman

Orang yang beriman menjadikan segala yang terkait dengan Dajjal sebagai perkara yang akan menambah dan mengokohkan keimanan mereka terhadap kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala serta kebenaran berita Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka akan menjadikan segala yang terkait dengan Dajjal sebagai ujian yang datang dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk menambah kebajikan mereka di atas kebajikan. Tidak ada ucapan yang keluar dari orang-orang yang beriman selain,

ءَامَنَّا بِهِۦ كُلٌّ مِّنۡ عِندِ رَبِّنَاۗ

“Kami beriman kepadanya, semuanya itu dari sisi Rabb kami.” (Ali Imran: 7)

سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۖ

“Kami mendengar dan kami patuh.” (al-Baqarah: 285)

Dajjal Sebagai Tanda Hari Kiamat

Munculnya Dajjal merupakan salah satu tanda hari kiamat kubra (tanda-tanda yang besar). Artinya, tanda-tanda yang muncul mendekati hari kiamat dan bukan tanda yang biasa terjadi. Seperti, munculnya Dajjal, turunnya Isa, munculnya Ya’juj dan Ma’juj, serta terbitnya matahari dari sebelah barat. (Lihat at-Tadzkirah karya Imam al-Qurthubi rahimahullah hlm. 264, Fathul Bari 13/485, dan Ikmal Mu’allim Syarah Shahih Muslim, 1/70)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah memberitakan akan munculnya Dajjal dalam banyak hadits. Di antaranya ialah

  • Hadits an-Nawwas bin Sam’an radhiallahu anhu,

ذَكَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدَّجَّالَ ذَاتَ غَدَاةٍ، فَخَفَّضَ فِيهِ وَرَفَّعَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ، فَلَمَّا رُحْنَا إِلَيْهِ عَرَفَ ذَلِكَ فِينَا. فَقَالَ: مَا شَأْنُكُمْ؟ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، ذَكَرْتَ الدَّجَّالَ غَدَاةً فَخَفَّضْتَ فِيهِ وَرَفَّعْتَ حَتَّى ظَنَنَّاهُ فِي طَائِفَةِ النَّخْلِ. فَقَالَ: غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَيْكُمْ، إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيكُمْ فَأَنَا حَجِيجُهُ دُونَكُمْ، وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ فَامْرُؤٌ حَجِيجُ نَفْسِهِ

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkisah tentang Dajjal pada suatu pagi. Beliau mengangkat dan merendahkan suaranya hingga seakan-akan kami menyangka dia (Dajjal) berada di sebagian pohon kurma. Lalu, kami berpaling dari sisi Rasulullah.

Kemudian, kami kembali kepada beliau dan beliau mengetahui hal ini. Beliau berkata, “Ada apa dengan kalian?”

Kami berkata, “Ya Rasulullah, engkau bercerita tentang Dajjal pada pagi hari. Engkau mengangkat dan merendahkan suara hingga kami menyangka bahwa dia berada di antara pepohonan kurma.”

Rasulullah lantas bersabda, “Bukan Dajjal yang aku khawatirkan atas kalian. Jika dia keluar dan aku berada di tengah-tengah kalian, akulah yang akan menyelesaikan urusannya. Jika dia keluar dan aku tidak berada di tengah kalian, setiap orang menyelesaikan urusannya masing-masing.” (HR. Muslim no. 5228)

  • Hadits Hudzaifah bin Usaid Abu Suraihah radhiallahu anhu,

كُنَّا قُعُودًا نَتَحَدَّثُ فِي ظِلِّ غُرْفَةٍ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم،َ فَذَكَرْنَا السَّاعَةَ فَارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَنْ تَكُونَ -أَوْ لَنْ تَقُومَ- السَّاعَةُ حَتَّى يَكُونَ قَبْلَهَا عَشْرُ آيَاتٍ؛ طُلُوعُ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، وَخُرُوجُ الدَّابَّةِ، وَخُرُوجُ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ، وَالدَّجَّالُ، وَعِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ، وَالدُّخَانُ، وَثَلَاثَةُ خُسُوفٍ، خَسْفٌ بِالْمَغْرِبِ وَخَسْفٌ بِالْمَشْرِقِ وَخَسْفٌ بِجَزِيرَةِ الْعَرَبِ، وَآخِرُ ذَلِكَ تَخْرُجُ نَارٌ مِنَ الْيَمَنِ مِنْ قَعْرِ عَدَنٍ تَسُوقُ النَّاسَ إِلَى الْمَحْشَرِ

Kami sedang duduk-duduk berbincang di bayang-bayang salah satu kamar Rasulullah. Kami berbincang tentang hari kiamat. Suara kami pun meninggi. Lalu beliau bersabda, “Hari kiamat tidak akan terjadi hingga muncul sepuluh tanda, (1) terbitnya matahari dari sebelah barat, (2) munculnya Dajjal, (3) munculnya asap, (4) keluarnya Dabbah (binatang), (5) munculnya Ya’juj dan Ma’juj, (6) turunnya Isa putra Maryam, dan (7-8-9) tiga khusuf (terbenam ke dalam bumi), satu di timur, satu di barat, dan satu di Jazirah Arab, dan (10) api yang keluar dari arah Yaman dari dataran terendah Aden yang menggiring manusia ke tempat mahsyar.” (HR. Ibnu Majah dalam “Kitabul Fitan” no. 4045)

Rasulullah Memberitakan Sifat-Sifat Dajjal

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga memberitakan akan munculnya Dajjal dengan sifat-sifat yang disebutkan dengan terang dan jelas, tidak butuh penakwilan apa pun. Di antaranya:

  • Dia adalah dari Bani Adam
  • Laki-laki
  • Pemuda
  • Pendek
  • Berkulit merah
  • Keriting rambutnya
  • Dahinya lebar
  • Lehernya lebar
  • Matanya buta sebelah kanan
  • Tertulis di antara dua matanya ك ف ر (yang bermakna kafir)
  • Tidak berketurunan
  • Pada matanya sebelah kiri terdapat daging tumbuh.

Sifat-sifat di atas disebutkan dalam banyak hadits, baik dalam ash-Shahihain (al-Bukhari dan Muslim) maupun selain keduanya.

Dajjal Adalah dari Bani Adam, Bukan Lambang Kejahatan dan Kerusakan

Termasuk benarnya keimanan seorang hamba kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya ialah mengimani bahwa Dajjal adalah dari Bani Adam. Dajjal bukan lambang kejahatan dan lambang khurafat, seperti ucapan Muhammad Abduh dalam kitab tafsirnya al-Manar (3/317). Ia diikuti oleh Abu Ubayyah yang mengatakan bahwa Dajjal adalah sebuah lambang kejahatan, bukan salah seorang Bani Adam. (Asyrathus Sa’ah, hlm. 316)

Penakwilan ini termasuk sikap memalingkan makna lahiriah (tekstual) nas-nas.

Asal Dajjal dari Bani Adam telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam banyak hadits. Berdasarkan penjelasan nas tersebut, tidaklah masuk akal apabila istilah Dajjal dimaknai sebagai sebuah lambang. Coba perhatikan hadits di bawah ini.

ذَكَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا بَيْنَ ظَهْرَانَيِ النَّاسِ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَيْسَ بِأَعْوَرَ أَلَا إِنَّ الْمَسِيحَ الدَّجَّالَ أَعْوَرُ عَيْنِ الْيُمْنَى كَأَنَّ عَيْنَهُ عِنَبَةٌ طَافِيَةٌ. قَالَ: وَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَرَانِي اللَّيْلَةَ فِي الْمَنَامِ عِنْدَ الْكَعْبَةِ فَإِذَا رَجُلٌ آدَمُ كَأَحْسَنِ مَا تَرَى مِنْ أُدْمِ الرِّجَالِ تَضْرِبُ لِمَّتُهُ بَيْنَ مَنْكِبَيْهِ، رَجِلُ الشَّعْرِ يَقْطُرُ رَأْسُهُ مَاءً، وَاضِعًا يَدَيْهِ عَلَى مَنْكِبَيْ رَجُلَيْنِ وَهُوَ بَيْنَهُمَا يَطُوفُ بِالْبَيْتِ فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ فَقَالُوا: الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ. وَرَأَيْتُ وَرَاءَهُ رَجُلًا جَعْدًا قَطَطًا أَعْوَرَ عَيْنِ الْيُمْنَى كَأَشْبَهِ مَنْ رَأَيْتُ مِنَ النَّاسِ بِابْنِ قَطَنٍ، وَاضِعًا يَدَيْهِ عَلَى مَنْكِبَيْ رَجُلَيْنِ يَطُوفُ بِالْبَيْتِ. فَقُلْتُ: مَنْ هَذَا؟ قَالُوا: هَذَا الْمَسِيحُ الدَّجَّالُ

Baca juga: Turunnya Nabi Isa di Akhir Zaman, Akidah yang Wajib Diimani

Pada suatu hari di tengah-tengah keramaian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan tentang al-Masih ad-Dajjal. Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah tidak buta sebelah. Ketahuilah, al-Masih ad-Dajjal buta mata sebelah kanannya, seperti buah anggur yang menonjol.”

Ibnu Umar berkata, Rasulullah bersabda, “Diperlihatkan dalam mimpiku pada suatu malam ketika aku berada di Ka’bah, secara tiba-tiba muncul seseorang dari Bani Adam yang terlihat sangat bagus, berkulit sawo matang dari Bani Adam, rambutnya tersisir di antara kedua pundaknya, dalam keadaan meletakkan kedua tangannya di atas dua pundak dua lelaki. Dia melaksanakan thawaf di antara keduanya.

Aku bertanya, ‘Siapa ini?’ Mereka berkata, ‘Al-Masih bin Maryam.’

Aku melihat di belakangnya ada seseorang yang sangat keriting rambutnya, buta matanya sebelah kanan, dan serupa dengan Ibnu Qathan. Dia meletakkan tangannya di atas pundak dua laki-laki dan thawaf di Ka’bah. Aku bertanya, ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah al-Masih ad-Dajjal’.” (HR. al-Bukhari no. 6484 dan Muslim no. 246 dari sahabat Ibnu Umar radhiallahu anhuma)

Mengapa Dajjal Tidak Disebutkan dalam Al-Qur’an dengan Jelas?

Bisa jadi, sebagian orang akan bertanya, mengapa Dajjal tidak disebutkan dalam Al-Qur’an dengan jelas sebagaimana di dalam hadits-hadits? Padahal, urusan Dajjal tidaklah jauh lebih besar dari Ya’juj dan Ma’juj, sementara Ya’juj dan Ma’juj disebutkan dalam Al-Qur’an?

Para ulama menyebutkan beberapa alasan, di antaranya:

  1. Penyebutan Dajjal dalam Al-Qur’an termasuk dalam kandungan ayat,

هَلۡ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن تَأۡتِيَهُمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَوۡ يَأۡتِيَ رَبُّكَ أَوۡ يَأۡتِيَ بَعۡضُ ءَايَٰتِ رَبِّكَۗ يَوۡمَ يَأۡتِي بَعۡضُ ءَايَٰتِ رَبِّكَ لَا يَنفَعُ نَفۡسًا إِيمَٰنُهَا لَمۡ تَكُنۡ ءَامَنَتۡ مِن قَبۡلُ أَوۡ كَسَبَتۡ فِيٓ إِيمَٰنِهَا خَيۡرًاۗ قُلِ ٱنتَظِرُوٓاْ إِنَّا مُنتَظِرُونَ

“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Rabbmu atau kedatangan beberapa ayat Rabbmu. Pada hari datangnya ayat dari Rabbmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, ‘Tunggulah olehmu, sesungguhnya kamipun menunggu (pula)’.” (al-An’am: 158)

Yang dimaksud dengan ‘tanda-tanda Rabbmu’ dalam ayat ini adalah munculnya Dajjal, terbitnya matahari dari sebelah barat, dan munculnya Dabbah (binatang). Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan,

ثَلاَثٌ إِذَا خَرَجْنَ {لاَ يَنْفَعُ نَفْسًا إِيمَانُهَا لَمْ تَكُنْ آمَنَتْ مِنْ قَبْلُ}، الآيَةُ: الدَّجَّالُ، وَالدَّابَّةُ، وَطُلُوعُ الشَّمْسِ مِنَ الْمَغْرِبِ أَوْ مِنْ مَغْرِبِهَا

“Tiga hal, apabila telah muncul (terjadi), tiada bermanfaat lagi sebuah keimanan bagi seorang jiwa yang belum beriman (sebelumnya): Dajjal, Dabbah, dan terbitnya matahari dari arah barat—atau dari tempat terbenamnya.” (HR. at-Tirmidzi no. 3072)

  1. Al-Qur’an menyebutkan akan turunnya Nabi Isa alaihis salam.

Beliaulah yang akan membunuh Dajjal. Menyebutkan Masih al-Huda (Nabi Isa alaihis salam) sudah cukup sehingga tidak perlu menyebutkan Masih adh-Dhalal (Dajjal). Kebiasaan orang Arab adalah mencukupkan diri dengan menyebutkan salah satu dari dua hal yang berlawanan.

  1. Munculnya Dajjal disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya,

لَخَلۡقُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَكۡبَرُ مِنۡ خَلۡقِ ٱلنَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ

“Sesungguhnya, penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ghafir: 57)

Yang dimaksud kata “manusia” di dalam ayat ini adalah Dajjal. Dalam kaidah bahasa, ini termasuk dalam bab “penyebutan secara umum tetapi yang dimaksud adalah khusus”, yaitu Dajjal. Abu Aliyah berkata, “Artinya, lebih besar daripada penciptaan Dajjal yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi.” (Tafsir al-Qurthubi, 15/325)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Ini, kalau memang benar, adalah sebaik-baik jawaban. Ini termasuk perkara yang ditugaskan kepada Rasul-Nya untuk dijelaskan. Ilmunya ada di sisi Allah.” (Fathul Bari, 13/92)

  1. Al-Qur’an tidak menyebutkan Dajjal sebagai bentuk penghinaan terhadapnya.

Dajjal menobatkan dirinya sebagai tuhan, padahal dia adalah manusia. Tentu saja, sikapnya ini menafikan kemahaagungan Allah, kemahasempurnaan-Nya, dan kesucian-Nya dari sifat-sifat kekurangan. Oleh karena itu, urusan Dajjal di sisi Allah subhanahu wa ta’ala adalah sangat hina dan kecil untuk disebutkan.

Jika demikian, mengapa Firaun yang mengaku sebagai tuhan disebutkan dalam Al-Qur’an? Jawabannya, urusan Firaun telah selesai dan habis masanya. Ia disebutkan sebagai peringatan bagi manusia. Adapun urusan Dajjal, akan muncul pada akhir zaman sebagai ujian bagi manusia.

Terkadang juga, sesuatu tidak disebutkan karena jelas dan nyata perkaranya.

Inilah beberapa pendapat ulama tentang jawaban dan alasan Dajjal tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu wajar apabila muncul. Karena itu, Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, “Pertanyaan tentang tidak disebutkannya Dajjal dalam Al-Qur’an akan terus muncul. Sebab, Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan perkara Ya’juj dan Ma’juj, sementara fitnah mereka sama dengan fitnah Dajjal.” (Fathul Bari, 13/91—92)

Penulis kitab Asyrathus Sa’ah menguatkan pendapat yang pertama, yaitu Dajjal telah disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai kandungan ayat dalam surah al-An’am di atas secara global, dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diberi amanat untuk menjelaskannya (secara rinci). (Asyrathus Sa’ah, hlm. 333)

Fitnah Dajjal

Tidak ada yang mengingkari bahwa fitnah Dajjal adalah fitnah besar sepanjang perjalanan hidup Bani Adam di dunia ini sampai hari kiamat. Hal ini disebabkan berbagai bentuk keanehan yang diciptakan Allah subhanahu wa ta’ala yang bisa diperbuat oleh Dajjal tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh banyak riwayat.

Dua fitnah yang sesungguhnya diusung oleh Dajjal untuk merekrut pengikut, itulah fitnah syahwat dan fitnah syubhat. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa fitnah besar Dajjal terhadap umat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

  1. Bersama Dajjal ada surga dan neraka

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda.

الدَّجَّالُ أَعْوَرُ الْعَيْنِ الْيُسْرَى جُفَالُ الشَّعَرِ مَعَهُ جَنَّةٌ وَنَارٌ، فَنَارُهُ جَنَّةٌ وَجَنَّتُهُ نَارٌ

“Dajjal adalah buta sebelah kiri, sangat keriting rambutnya, dan bersamanya surga dan neraka. Namun, nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka.” (HR. Muslim no. 2934 dari sahabat Hudzaifah bin al-Yaman radhiallahu anhu)

  1. Bersama Dajjal ada sungai-sungai yang penuh air

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَأَنَا أَعْلَمُ بِمَا مَعَ الدَّجَّالِ، مِنْهُ مَعَهُ نَهْرَانِ يَجْرِيَانِ أَحَدُهُمَا رَأْيَ الْعَيْنِ مَاءٌ أَبْيَضُ وَالْآخَرُ رَأْيَ الْعَيْنِ نَارٌ تَأَجَّجُ، فَإِمَّا أَدْرَكَنَّ أَحَدٌ فَلْيَأْتِ النَّهْرَ الَّذِي يَرَاهُ نَارًا وَلْيُغَمِّضْ ثُمَّ لْيُطَأْطِئْ رَأْسَهُ فَيَشْرَبَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مَاءٌ بَارِدٌ، وَإِنَّ الدَّجَّالَ مَمْسُوحُ الْعَيْنِ عَلَيْهَا ظَفَرَةٌ غَلِيظَةٌ مَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ كَافِرٌ يَقْرَؤُهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ كَاتِبٍ وَغَيْرِ كَاتِبٍ

“Sungguh, aku mengetahui apa yang menyertai Dajjal. Bersamanya ada dua sungai yang mengalir. Dengan penglihatan mata, salah satunya adalah air yang putih dan sungai yang lain adalah api yang berkobar. Barang siapa menjumpainya, hendaklah dia mendatangi sungai yang dia lihat sebagai api dan memejamkan matanya. Kemudian, tundukkan kepalanya dan minumlah darinya. Sebab, sesungguhnya itu adalah air yang dingin. Sesungguhnya, Dajjal itu buta dan pada matanya ada daging tumbuh yang tebal. Tertulis di antara dua matanya ‘kafir’, yang akan dibaca oleh setiap orang yang beriman, yang bisa menulis atau tidak.” (HR. Muslim no. 2934 dari sahabat Hudzaifah radhiallahu anhu)

  1. Dajjal memerintah langit untuk menurunkan hujan dan memerintah bumi untuk menumbuhkan tanaman

Dari sahabat an-Nawwas bin Sam’an radhiallahu anhu,

قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا لَبْثُهُ فِي الْأَرْضِ؟ قَالَ:أَرْبَعُونَ يَوْمًا، يَوْمٌ كَسَنَةٍ، وَيَوْمٌ كَشَهْرٍ، وَيَوْمٌ كَجُمُعَةٍ، وَسَائِرُ أَيَّامِهِ كَأَيَّامِكُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، فَذَلِكَ الْيَوْمُ الَّذِي كَسَنَةٍ أَتَكْفِينَا فِيهِ صَلَاةُ يَوْمٍ؟ قَالَ: لَا، اقْدُرُوا لَهُ قَدْرَهُ. قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا إِسْرَاعُهُ فِي الْأَرْضِ؟ قَالَ: كَالْغَيْثِ اسْتَدْبَرَتْهُ الرِّيحُ، فَيَأْتِي عَلَى الْقَوْمِ فَيَدْعُوهُمْ فَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَجِيبُونَ لَهُ فَيَأْمُرُ السَّمَاءَ فَتُمْطِرُ وَالْأَرْضَ فَتُنْبِتُ

Kami bertanya, “Ya Rasulullah, berapa lama masa tinggalnya di dunia?”

Beliau bersabda, “Empat puluh hari. Satu hari bagaikan satu tahun, satu hari bagaikan satu bulan, satu hari bagaikan satu mingg, dan hari lainnya sama dengan hari biasa.”

Kami bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana kalau satu hari bagaikan satu tahun, apakah cukup bagi kita untuk melaksanakan shalat satu hari?”

Rasulullah bersabda, “Tidak, tetapi ukurlah kadarnya.”

Kami bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana tentang kecepatannya di muka bumi?”

Beliau bersabda, “Bagaikan hujan yang ditiup oleh angin, lalu ia mendatangi kaum dan menyeru mereka hingga mereka beriman kepadanya dan menerima seruannya. Dia juga memerintah langit untuk menurunkan hujan, maka hujan turun. Dia juga memerintah bumi untuk menumbuhkan tanaman, maka kemudian tumbuh.” (HR. Muslim no. 2937)

  1. Bersama Dajjal ada segala perbendaharaan bumi. Dia bisa menempuh arah dengan cepat bagaikan hujan yang ditiup oleh angin.

Dalilnya adalah hadits di atas.

  1. Menghidupkan dan mematikan.

Sahabat Abu Said al-Khudri radhiallahu anhu berkata,

حَدَّثَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا حَدِيثًا طَوِيلًا عَنِ الدَّجَّالِ فَكَانَ فِيمَا حَدَّثَنَا قَالَ: يَأْتِي وَهُوَ مُحَرَّمٌ عَلَيْهِ أَنْ يَدْخُلَ نِقَابَ الْمَدِينَةِ فَيَنْتَهِي إِلَى بَعْضِ السِّبَاخِ الَّتِي تَلِي الْمَدِينَةَ فَيَخْرُجُ إِلَيْهِ يَوْمَئِذٍ رَجُلٌ هُوَ خَيْرُ النَّاسِ أَوْ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ فَيَقُولُ لَهُ: أَشْهَدُ أَنَّكَ الدَّجَّالُ الَّذِي حَدَّثَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَدِيثَهُ. فَيَقُولُ الدَّجَّالُ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ قَتَلْتُ هَذَا ثُمَّ أَحْيَيْتُهُ أَتَشُكُّونَ فِي الْأَمْرِ؟ فَيَقُولُونَ: لَا. قَالَ: فَيَقْتُلُهُ ثُمَّ يُحْيِيهِ فَيَقُولُ حِينَ يُحْيِيهِ: وَاللهِ، مَا كُنْتُ فِيكَ قَطُّ أَشَدَّ بَصِيرَةً مِنِّي الْآنَ. قَالَ: فَيُرِيدُ الدَّجَّالُ أَنْ يَقْتُلَهُ فَلَا يُسَلَّطُ عَلَيْهِ

Pada suatu hari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami sebuah hadits yang panjang tentang Dajjal. Di antara yang beliau sampaikan adalah,

“Dajjal datang dan dia diharamkan masuk ke kota Madinah. Dia pun berakhir di daerah yang tanahnya bergaram di sekitar Madinah. Keluarlah seorang yang paling baik menuju Dajjal. Dia berkata, ‘Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang telah diceritakan oleh Rasulullah.’

Dajjal berkata (kepada pengikutnya), ‘Bagaimana jika aku membunuh orang ini kemudian menghidupkannya, apakah kalian masih tetap ragu tentang urusanku?’

Mereka berkata, ‘Tidak.’

Dia pun membunuhnya kemudian menghidupkannya. Setelah dihidupkan, orang yang baik itu berkata, ‘Demi Allah, aku semakin yakin tentang dirimu’.”

Rasulullah berkata, “Dajjal ingin membunuhnya lagi, tetapi dia tidak sanggup melakukannya.” (HR. Muslim no. 2938)

  1. Melakukan penipuan dengan mengubah wujud seseorang

Demikianlah beberapa bentuk fitnah Dajjal yang sangat dahsyat. Tidak ada seorang pun yang akan selamat kecuali orang yang berusaha menyelamatkan dirinya lantas dijemput oleh rahmat Allah. Dengan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, dia selamat dari fitnah Dajjal yang amat sangat dahsyat.

Bentuk fitnah lain yang diusung oleh Dajjal dalam rangka mencari pengikut adalah fitnah syahwat. Sungguh, Allah subhanahu wa ta’ala telah menguji kita dengan sedikit harta benda dunia, lantas kita berguguran menjadi budak kesesatan.

Bagaimana halnya apabila Dajjal mengusung surga dan neraka, membunuh dan menghidupkan, di tangannya ada perbendaharaan bumi, memerintah langit untuk menurunkan hujan lalu turun, memerintah bumi menumbuhkan tanam-tanaman lalu tumbuh, kemudian menawarkannya kepada kita. Ke manakah kita akan menginjakkan kaki? Apakah menjadi pengikut Dajjal yang di tangannya kenikmatan semu, atau menjadi kekasih Allah subhanahu wa ta’ala?

Jawabannya ada pada diri kita masing-masing.

Ucapan Ulama tentang Kejadian Luar Biasa pada Dajjal

  • Al-Qadhi Iyadh rahimahullah berkata,

“Hadits-hadits ini yang disebutkan oleh Imam Muslim rahimahullah dan selain beliau tentang kisah Dajjal adalah hujah bagi ahlul haq tentang kebenarannya. Dajjal adalah manusia biasa. Allah subhanahu wa ta’ala menjadikannya sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya.

Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kemampuan kepadanya berupa hal-hal yang merupakan kekuasaan Allah semata, seperti menghidupkan mayat yang dibunuhnya, bersamanya ada segala kenikmatan dunia, surga dan neraka, perbendaharaan dunia, memerintah langit untuk menurunkan hujan lalu terjadi, memerintah bumi untuk menumbuhkan lalu terlaksana. Semuanya terjadi dengan kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala dan kehendak-Nya.

Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kepadanya ketidaksanggupan untuk membunuh orang tersebut (setelah dia menghidupkannya) dan selain orang tersebut. Allah subhanahu wa ta’ala juga membatilkan urusannya. Lalu dia dibunuh oleh Nabi Isa alaihis salam. Allah subhanahu wa ta’ala pun mengokohkan orang-orang yang beriman. Inilah mazhab Ahlus Sunnah dan seluruh ahli hadits serta para fuqaha dan para peneliti.

Berbeda dengan mazhab orang-orang yang mengingkarinya dan menolak perkaranya, seperti Khawarij, Jahmiyah, sebagian Mu’tazilah, dan selainnya. Mereka mengatakan bahwa Dajjal itu benar adanya, tetapi kejadian-kejadian luar biasa pada diri Dajjal adalah khayalan yang tidak ada hakikatnya. Mereka mengira, jika hal itu benar, niscaya tidak ada perbedaan dengan mukjizat yang terjadi pada diri nabi.

Baca juga: Mukjizat Sebagai Tanda Kenabian

Cara berpikir seperti ini termasuk kesalahan mereka seluruhnya. Sebab, Dajjal tidak mengaku sebagai nabi. Apa yang terjadi pada dirinya hanya sebagai bukti bahwa dia adalah Dajjal. Dia justru mengaku sebagai Rabb, meski pada kenyataannya dia berdusta dalam pengakuannya, dari sisi penampilannya sendiri, sesuatu yang baru terjadi, kekurangan dalam hal penciptaan, ketidaksanggupannya untuk menghilangkan kebutaan matanya, dan menghilangkan tulisan kafir yang terdapat di antara dua matanya.

Karena bukti-bukti ini dan selainnya pada Dajjal, tidak akan tertipu olehnya kecuali orang-orang rendahan. Ini semata-mata untuk menutupi keinginan dan kemiskinan, berharap untuk memenuhi kebutuhan hidup, menyelamatkan diri, atau takut dari gangguannya, karena fitnahnya yang dahsyat dan membingungkan akal.

Oleh karena itu, para nabi memperingatkan dari fitnah Dajjal dan menjelaskan tentang kelemahan serta bukti kedustaannya. Adapun orang yang diberikan taufik oleh Allah, tidak akan tertipu dan terpesona oleh hal-hal yang menyertai Dajjal, yaitu bukti-bukti yang penuh kedustaan bersamaan dengan keadaannya yang telah dijelaskan. Pantaslah orang yang telah dibunuhnya berkata, “Tidak menambahku tentang dirimu kecuali keyakinan.” (Syarah Shahih Muslim 18/58—59 dan Fathul Bari 13/105)

Baca juga: Syubhat Seputar Turunnya Nabi Isa
  • Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

“Sesungguhnya, Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan Dajjal sebagai ujian bagi hamba-hamba-Nya dengan kejadian-kejadian luar biasa Allah ciptakan melalui tangannya yang bisa disaksikan pada masanya.

Orang yang memenuhi panggilan Dajjal; ketika Dajjal memerintah langit untuk menurunkan hujan lalu turun dan memerintah bumi untuk menumbuhkan tanamannya lalu terlaksana, yang bisa dimakan oleh binatang-binatang ternak dan dimanfaatkan oleh mereka sendiri. Mereka bisa mengambil manfaat dari binatang ternak, baik daging maupun susunya.

Adapun orang yang tidak memenuhi panggilan Dajjal dan menolak seruannya akan ditimpa oleh paceklik, penuh kekurangan, binatang-binatang ternak mereka habis mati, kekurangan pada harta benda, jiwa, dan buah-buahan.

Bersama Dajjal juga ada perbendaharaan bagaikan mayang kurma. Dajjal juga membunuh seseorang lalu menghidupkannya. Ini semua bukan penipuan, melainkan hakikat nyata yang Allah ciptakan untuk menguji hamba-hamba-Nya pada akhir zaman nanti. Allah subhanahu wa ta’ala menyesatkan banyak orang dan memberikan hidayah kepada mereka. Orang-orang yang ragu, niscaya mereka akan kafir. Dan akan bertambahlah iman orang-orang yang beriman.” (an-Nihayah/al-Fitan wal Malahim 1/121)

  • Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

“Pada diri Dajjal terdapat bukti nyata atas kedustaannya di hadapan orang-orang yang berakal. Sebab, dia memiliki wujud fisik dan memiliki bukti dari perbuatannya, bersamaan dengan kekurangan yang ada pada dirinya, yaitu buta sebelah matanya. Jika Dajjal menyeru manusia untuk mempertuhankannya, itu menunjukkan keadaannya yang paling buruk. Orang yang berakal akan mengetahui bahwa Dajjal tidak mungkin bisa menciptakan selainnya, memperbaiki, dan memperbagus. Dajjal juga tidak sanggup menghilangkan kekurangan yang ada pada dirinya (mata yang buta, tulisan kafir di dahinya, dll.).

Ucapan yang paling ringan untuk dikatakan adalah, ‘Wahai orang yang menyangka bisa menciptakan langit dan bumi, bentuklah dirimu, perbaguslah, dan hilangkan sifat kekurangan pada dirimu. Jika kamu menyangka bahwa tidak akan terjadi sesuatu yang baru pada diri Rabb, hilangkan apa yang tertulis di antara kedua matamu’.” (Fathul Bari 13/103)

  • Ibnul Arabi rahimahullah berkata,

“Segala tanda kebesaran yang terjadi pada tangan Dajjal, berupa turunnya hujan, tanah menjadi subur bagi orang yang memercayainya, tanah menjadi tandus bagi orang yang mengingkarinya, dan segala yang bersamanya berupa perbendaharaan bumi, bersamanya surga, neraka, dan air yang mengalir; semuanya merupakan ujian dari Allah subhanahu wa ta’ala agar orang-orang yang ragu menjadi binasa dan orang-orang yang bertakwa menjadi selamat. Semuanya sangat menakutkan. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ‘Tidak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnah Dajjal’.” (Fathul Bari 13/103)

Demikianlah beberapa ucapan ulama tentang kejadian-kejadian luar biasa pada diri Dajjal. Intinya, itu adalah sesuatu yang hakiki, bukan khayalan, atau tipuan. Demikianlah keterangan-keterangan nas yang wajib diimani.

Kiat-Kiat Terhindar dari Fitnah Dajjal

Dalam pembahasan di atas, sangat jelas bahwa fitnah Dajjal sangat berat dan besar. Karena itu, tidaklah mengherankan apabila Dajjal memiliki banyak pengikut. Pengikut Dajjal yang terbanyak adalah dari kalangan Yahudi, orang ajam (orang-orang non-Arab), bangsa Turki, orang-orang A’rabi (orang Badui yang dikuasai kejahilan), dan kaum wanita.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskannya dalam sabda beliau,

يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمُ الطَّيَالِسَةُ

“Yang akan mengikuti Dajjal adalah Yahudi Ashbahan, dan 70 ribu di antara mereka memakai pakaian yang tebal dan bergaris.” (HR. Muslim no. 5237 dari sahabat Anas radhiallahu anhu)

Dalam riwayat Imam Ahmad rahimahullah no. 11290 disebutkan, “Tujuh puluh ribu dari mereka memakai mahkota.”

Baca juga: Negeri Para Pengikut Dajjal

Tentang kaum ajam, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam riwayat al-Bukhari (no. 3323) dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu anhu.

Adapun bangsa Turki disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah, “Yang tampak, wallahu a’lam, yang dimaksud dengan orang-orang Turki adalah para pembela Dajjal.” (an-Nihayah 1/117)

Tentang keadaan orang-orang Badui sebagai pengikut Dajjal terbanyak, sebabnya adalah kejahilan yang menguasai mereka. Demikian dalam riwayat Muslim rahimahullah dari sahabat Abu Umamah radhiallahu anhu.

Adapun kebanyakan pengikut Dajjal adalah kaum wanita, sebabnya ialah keadaan mereka yang lebih jelek daripada kaum Badui. Sebab, kaum wanita cepat terpengaruh. Kaum wanita juga dikuasai kejahilan. Demikian dalam riwayat Ibnu Umar radhiallahu anhuma, riwayat Imam Ahmad rahimahullah dan sanadnya dinilai sahih oleh Ahmad Syakir rahimahullah.

Kalau sedemikian besar fitnah Dajjal dan banyak yang mengikutinya, sudah barang tentu kita harus berusaha menyelamatkan diri dari fitnahnya. Berikut ini adalah beberapa kiat menyelamatkan diri dari fitnah-fitnah Dajjal.

  1. Berpegang teguh dengan Islam, bersenjatakan iman, mengetahui nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya yang mulia, yang tidak ada yang menyamai-Nya sesuatu pun dalam hal ini.

Dajjal adalah manusia biasa yang makan dan minum, dan Mahasuci Allah dari hal itu. Dajjal itu buta sebelah, sementara Allah subhanahu wa ta’ala tidak demikian. Tidak ada seorang pun bisa melihat Allah subhanahu wa ta’ala sampai mati, sementara Dajjal bisa dilihat ketika keluarnya oleh orang kafir atau mukmin.

  1. Berlindung dari fitnah Dajjal, terlebih ketika shalat

Dalam hal ini ada banyak riwayat dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

  1. Membaca sepuluh ayat dari surah al-Kahfi, baik awal ataupun akhirnya di hadapan Dajjal.

Demikian yang telah disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

  1. Lari dari Dajjal dan mencari tempat perlindungan, seperti kota Makkah dan Madinah.

Kedua kota ini tidak akan dimasuki oleh Dajjal. Hal ini disebutkan dalam riwayat Imam Ahmad, Abu Dawud, dan al-Hakim dari sahabat Imran bin Hushain radhiallahu anhu. Riwayat ini dinilai sahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam kitab Shahih al-Jami’ ash-Shaghir (5/303 no. 6177).

Wallahu a’lam.


Catatan Kaki

[1] Tentu saja, jawabnya bukanlah dia yang dimaksud dalam hadits-hadits Dajjal. Sebab, banyak sifat dan keadaan Dajjal yang tidak ada padanya. Selain itu, tanda-tanda kiamat yang besar itu datang silih berganti dengan cepat, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadits. Hal ini belum terjadi pada zaman ini. (-ed.)

(Ustadz Abu Usamah Abdurrahman)

 

dajjalhadits tentang dajjaliman kepada rasulterbunuhnya dajjal