Sebagai penutup para nabi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki hak-hak yang besar atas umat manusia. Di antara hak-hak tersebut adalah sebagai berikut.
Wajib atas umat manusia mencintai beliau melebihi kecintaan kepada segala sesuatu, termasuk kepada dirinya.
Wajib atas umat mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan kecintaan yang lebih dari kecintaan kepada yang lain. Allah Subhanahu wata’ala memberitakan bahwa lebih mencintai selain Allah Subhanahu wata’ala, Rasulullah, dan jihad fi sabililah menyebabkan kemurkaan-Nya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (at-Taubah: 24)
Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda,
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidak beriman salah seorang di antara kalian sehingga aku lebih dia cintai daripada bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. al-Bukhari)
Tatkala mendengar hadits ini, Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sungguh, engkau lebih aku cintai dibanding segala sesuatu kecuali diriku.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak demikian. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan- Nya, hingga aku lebih engkau cintai melebihi dirimu sendiri.” Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Demi Allah Subhanahu wata’ala, sesungguhnya engkau sekarang lebih aku cintai melebihi diriku sendiri.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Sekarang hai Umar, (telah sempurna imanmu).”
Mengimani Beliau Secara Rinci
Konsekuensi iman kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah mengimani beliau secara rinci. Inilah bukti kecintaan yang tulus kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Ketahuilah, barang siapa mencintai sesuatu, pasti dia akan mengutamakannya dan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian, berarti kecintaannya tidak dianggap benar, hanya pengakuan belaka. Orang yang benar pengakuan cintanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang menampakkan tanda (bukti) kecintaan tersebut pada dirinya. Tanda cinta kepada Rasulullah adalah meneladani beliau, mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta menghiasi diri dengan adab-adab yang beliau (contohkan), baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam keadaan lapang maupun sempit.” (asy-Syifa bi Ta’rifi Huquqil Mushthafa, 2/24)
Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam al-Qur’an,
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Katakanlah, “Jika kamu (benarbenar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali ‘Imran: 31)
Keimanan secara rinci terhadap ar-Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam meliputi empat hal.
Pertama: Membenarkan seluruh berita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Apa pun yang diberitakan oleh Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam, masuk akal atau tidak, bisa disaksikan indra atau tidak, wajib diyakini kebenarannya. Sebab, ucapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah wahyu dari Allah Subhanahu wata’ala. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ () إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (an- Najm: 3—4)
Kedua dan Ketiga: Menaati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mengamalkan perintah-perintahnya dan meninggalkan larangannya.
Wajib bagi umat manusia menaati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Banyak ayat al-Qur’an yang menegaskan kewajiban ini. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul, dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu.” (Muhammad: 33)
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَوَلَّوْا عَنْهُ وَأَنتُمْ تَسْمَعُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari- Nya dalam keadaan kamu mendengar (perintah-perintahnya).” (al-Anfal: 20)
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا ۚ
“Apa saja yang dibawa oleh rasul maka ambillah (laksanakan) dan apa saja yang dilarangnya kepada kalian maka tinggalkanlah!” (al-Hasyr: 7)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda bahwa taat kepada beliau menyebabkan seseorang masuk jannah Allah Subhanahu wata’ala.
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى، قَالُوا:يَا رَسُولَ اللَّهِ وَ مَنْ يَأْبَى؟ قَالَ :مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Setiap umatku akan masuk surga, kecuali yang enggan.” Mereka bertanya, “Siapa yang enggan, wahai Rasulullah?” Beliau berkata, “Siapa yang taat kepadaku, akan masuk surga, dan siapa yang tidak taat kepadaku, dialah yang enggan.” (HR. al-Bukhari no. 7280 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Keempat: Tidak beribadah kepada Allah Subhanahu wata’ala selain dengan syariatnya, bukan dengan kebid’ahan.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Ikutilah (apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam), jangan mengamalkan amalan-amalan baru (yang tidak ada contohnya dari Rasulullah). Sungguh (petunjuk/sunnah beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam) telah cukup bagi kalian.”
Mencintai Ahlul Bait dan Para Sahabat Beliau
Mencintai ahli bait dan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bagian dari cinta kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, dan merupakan cinta yang wajib. Barang siapa membenci ahli bait atau sahabat beliau yang telah diridhai oleh Allah Subhanahu wata’ala, ia telah membenci Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, baik secara langsung meupun tidak. Sebab, cinta kepada beliau berkaitan erat dengan cinta kepada mereka. Di antara ahlul bait1 adalah putra putri dan istri-istri beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallampernah bersabda tentang Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha,
لاَ تُؤْذِينِي فِي عَائِشَةَ، فَإِنَّ الْوَحْيَ لَمْ يَأْتِنِي وَأَنَا فِي ثَوْبِ امْرَأَةٍ إِلاَّ عَائِشَةَ
“Janganlah kalian men akitiku dalam perkara Aisyah. Sesungguhnya wahyu tidaklah turun kepadaku dalam keadaan aku berada di baju istri-istriku selain Aisyah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Orang-orang paling celaka dalam masalah ini adalah Syiah Rafidhah. Mereka mengaku mencintai ahlul bait, namun justru menjadi yang terdepan mencela ahlul bait. Semua istri Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam mereka kafirkan, semua istri-istri Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam mereka yakini sebagai pezina, wal ’iyadzubillah.
Demi Allah Subhanahu wata’ala, seandainya istri-istri kita dituduh berzina, darah kita pasti mendidih. Namun, mereka sebaliknya, menginjak-injak nama baik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan keluarga beliau yang disucikan oleh Allah Subhanahu wata’ala. Saudaraku yang kucintai fillah. Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah wanita yang paling dicintai oleh Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits dari Amr bin al- Ash radhiyallahu ‘anhu,
أَنَّ رَسُولَ اللهِ اسْتَعْمَلَهُ عَلَى جَيْشِ ذَاتِ السَّلَاسِلِ قَالَ: فَأَتَيْتُهُ فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِأَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ : : قَالَ عَائِشَةُ. قُلْتُ مِنَ الرِّجَالِ؟ قَالَ: أَبُوهَا
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menunjuknya dalam Perang Dzat as-Salasil. Suatu kesempatan, aku datangi Rasulullah, aku bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau berkata, “Aisyah.” “Dari kalangan lelaki siapa?” Jawab beliau, “Ayahnya (yakni Abu Bakr, -pen.).” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Demikian pula semua istri Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka adalah pendamping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam di dunia dan di jannah Allah Subhanahu wata’ala. Di antara hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kita mencintai para sahabat beliau dan menjaga lisan dari mencela mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي، لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي، فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ
“Janganlah kalian mencaci maki sahabatku. Janganlah kalian mencaci maki sahabatku. Seandainya salah seorang dari kalian menginfakkan emas sebesar Gunung Uhud, itu tidak akan mengalahkan satu mud (dua telapak tangan ditangkupkan, -pen.) sedekah mereka, bahkan setengahnya.” ( HR. al-Bukhari dan Muslim)
Demikian sekelumit hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam terkait dengan sahabat-sahabat beliau.
Bershalawat kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam
Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan orangorang yang beriman untuk bershalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikatmalaikat- Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (al-Ahzab: 56)
Hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ini ditegaskan oleh sabda beliau,
الْبَخِيلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Orang yang bakhil adalah orang yang ketika aku (namaku) disebut, ia tidak bershalawat kepadaku.” (HR. at- Tirmidzi no. 3546, Ahmad no. 1736, dan lainnya dengan sanad yang sahih)
Ada sebuah buku yang patut kita telaah bersama terkait dengan hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ini. Risalah tersebut ditulis oleh al-Imam Ibnul Qayim rahimahullah dengan judul Jala’ul Afham fi ash-Shalati was Salam ‘ala Khairil Anam. Sesungguhnya, hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam atas umat manusia sangat besar. Tulisan yang memuat hanya sebagian kecil dari hak-hak beliau ini semoga bisa mengingatkan kita untuk menunaikan hak-hak tersebut. Amin.
Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc