إِنَّ الحَمْدَ لِلهِ، نَحْمَدُهُ ونَسْتَعِينُهُ ونَسْتَغْفِرُهُ، ونَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا ومِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، ومَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
{ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ}
أَمَّا بَعْدُ؛
Kita memuji Allah Ta’ala atas kenikmatan sempurnanya bulan shiyam (puasa) dan qiyam (shalat malam). Semoga Allah menjadikan kami dan kalian termasuk orang-orang yang diterima amalannya pada bulan tersebut. (Sungguh,) kita tidak bisa lepas dari rahmat Allah, keutamaan-Nya, dan pemberian nikmat-Nya atas kita.
Di antara sifat orang yang beriman ialah mereka mempersembahkan amal-amal saleh dan bersungguh-sungguh menunaikannya dengan sebaik-baiknya. Bersamaan dengan itu, mereka khawatir bahwa mereka masih kurang dalam menunaikan hak Ar-Rahman. Karena itu, amalan-amalan mereka tidak membuat mereka teperdaya. Mereka pun tidak merasa bangga dengan amalan yang telah mereka persembahkan. Sebaliknya, mereka justru bersungguh-sungguh dan memohon ampun kepada Allah atas kekurangan mereka dalam menunaikan amalan-amalan tersebut. Hal ini sebagaimana firman Allah,
وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.” (al-Mu`minun: 60)
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ أَكْبَرُ ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ
‘Ibadallah ….
Di antara anugerah Allah Ta’ala atas para hamba-Nya setelah Ramadhan adalah Idul Fitri beserta segala kebaikan yang ada padanya. Hari raya kebahagiaan bagi kaum muslimin setelah mereka menyelesaikan puasa Ramadhan. Idul Fitri adalah penutup yang baik bagi bulan puasa mereka. Pada hari ini, sampai batas waktu pelaksanaan shalat Idul Fitri, terdapat (ibadah yang agung), yaitu zakat fitrah, takbir, dan tahlil, lalu shalat Idul Fitri.
Demikianlah, roda ibadah senantiasa bergulir. Tiada yang memisahkan antara Anda dan ibadah, kecuali kematian. Inilah pintu-pintu kebaikan; sangat banyak dan mudah dilakukan. Jalan-jalan kebajikan begitu lapang nan luas. Maka dari itu, hendaklah setiap muslim memperbanyak berbagai jenis ketaatan agar derajatnya menjadi tinggi di sisi Allah dan kedudukannya naik di surga.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ أَكْبَرُ ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ
Kaum muslimin rahimakumullah ….
Sesungguhnya, perintah Allah yang paling agung kepada hamba, kewajiban yang pertama atas para hamba-Nya, amal saleh yang paling tinggi balasan dan pahalanya, bahkan semua amalan hamba tidak akan diterima kecuali dengannya; ialah mentauhidkan Allah ta’ala; dengan mengesakan-Nya dalam hal rububiyah, uluhiyah, dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
Semua ibadah hanyalah untuk Allah. Kita memasrahkan urusan kita kepada Allah. Kita bertawakal kepada-Nya, tidak kepada selain-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
قُلۡ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٦٢ لَا شَرِيكَ لَهُۥۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرۡتُ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلۡمُسۡلِمِينَ ١٦٣
Katakanlah, “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (al-An’am: 162—163)
Musuh-musuh umat Islam benar-benar tahu bahwa apabila tauhid kaum muslimin itu rusak, urusan mereka akan hilang dan kekuatan mereka melemah. Oleh sebab itu, mereka berupaya untuk merusak kalbu kaum muslimin dengan memalingkannya kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka menyebarkan ketergantungan kepada selain Allah, peribadahan terhadap kuburan dan para wali. Mereka juga menyeru untuk melakukan ilhad (perbuatan kekafiran). Selain itu, mereka juga berusaha memisahkan agama dari kehidupan. Masih banyak lagi jalan kerendahan dan hawa nafsu yang mereka propagandakan.
Oleh karena itu, waspadailah mereka (musuh-musuh kaum muslimin). Mereka adalah penyebab kehancuran dan kerugian. Pelajarilah tauhid agar Anda tidak terjatuh dalam perbuatan syirik, baik yang syirik akbar maupun syirik kecil.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ أَكْبَرُ ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ
‘Ibadallah ….
Wahai hamba-hamba Allah, hati-hatilah kalian dari bid’ah dan perkara yang baru (dalam agama). Jauhilah para pengikut hawa nafsu dan ahlul khurafat. (Sebab,) banyak kelompok-kelompok sesat dan metode beragama yang menyimpang pada zaman ini.
Oleh karena itu, hendaknya kalian berpegang teguh dengan Sunnah (ajaran) Nabi kalian shallallahu alaihi wa sallam. Ikutilah jalan para pendahulu kalian dari salafus shalih sehingga kalian menjadi orang-orang yang selamat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي مُسۡتَقِيمًا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
“Dan sungguh, inilah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah! Jangan kamu ikuti jalan-jalan (yang lain) yang akan mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu bertakwa.” (al-An’am: 153)
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ أَكْبَرُ ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ
Sesungguhnya, jalan kebangkitan umat Islam dan sebab kemuliaan serta keperkasaannya ialah dengan kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.
Di antara sebab terbesar yang membuat kaum muslimin kuat ialah persatuan dan tidak berpecah belah. Persatuan kaum muslimin tidak mungkin terwujud, kecuali dengan bersatu bersama penguasa kaum muslimin, mendorong kaum muslimin untuk mempersatukan kalbu di atas ketaatan kepada mereka, dan menyeru agar tidak mencabut ketaatan terhadap mereka.
Tindakan keluar dari ketaatan kepada penguasa kaum muslimin—dengan segala bentuknya—, seperti:
- membicarakan kejelekan penguasa di mimbar-mimbar dan pertemuan-pertemuan,
- mengajak untuk keluar dari ketaatan kepada penguasa dengan mengadakan demonstrasi dan aksi mogok,
- menyebarkan kedustaan dan rumor,
semua itu bukan jalannya Islam dan kaum muslimin. Semua itu justru menjadi sebab perpecahan dan pertikaian di antara kaum muslimin di negeri mereka.
Barang siapa mau merenungkan realitas yang terjadi, dia akan mengetahui dengan yakin bahwa hal-hal di atas tidak ada kebaikannya. Hal-hal di atas hanya akan menanamkan kebencian dan dendam, serta menyebarkan chaos dan kerusakan.
Ambillah pelajaran dari apa yang terjadi di negara-negara yang menempuh jalan ini. Akibatnya ialah kebinasaan dan kerusakan.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ أَكْبَرُ ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ
‘Ibadallah ….
Walaupun puasa Ramadhan telah usai, ibadah puasa tidak akan pernah selesai. Setelah Ramadhan dan Idul Fitri, disunnahkan bagi kita untuk berpuasa enam hari pada bulan Syawal. Yang pertama, segerakan mengqadha utang puasa Ramadhan, kemudian sempurnakan hal itu dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, baik secara urut bersambung maupun terpisah-pisah.
Dari Abu Ayyub radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصَوْمِ الدَّهْرِ
“Siapa yang berpuasa Ramadhan dan mengikutkannya dengan (puasa) enam hari pada bulan Syawal, ia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim)
Demikian pula dengan shalat malam. Qiyamul lail tetap ada. Ia tidak berakhir dengan selesainya Ramadhan. Hanya saja, pelaksanaannya secara berjamaah hanya pada bulan Ramadhan.
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda,
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْمَكْتُوبَةِ الصَّلَاةُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ
“Shalat yang paling afdal setelah shalat wajib adalah shalat di tengah malam.” (HR. Muslim)
Kehidupan seorang muslim adalah ibadah hingga ia mati. Seorang muslim senantiasa berpindah di antara musim-musim ketaatan dan waktu-waktu ibadah. Rabb bulan Ramadhan adalah Rabb bulan Syawal, dan Rabb bulan-bulan yang lain. Karena itu, orang yang merugi adalah orang yang hanya beribadah pada bulan Ramadhan. Apabila Ramadhan berlalu, ia pun meninggalkan ketaatannya. Kita memohon keselamatan kepada Allah.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ أَكْبَرُ ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلهِ الْحَمْدُ
Wahai kaum muslimah ….
Bertakwalah kalian kepada Allah Ta’ala dalam seluruh kewajiban kalian. Berbuat baiklah kepada suami dan anak-anak kalian. Jagalah suami kalian, dalam hal kehormatannya, hartanya, rumahnya, dan dalam memperhatikan hak kerabat, tamu, dan tetangganya. Sungguh, Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda,
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، دَخَلَتِ الْجَنَّةَ
“Apabila seorang wanita menjaga shalat lima waktunya, melaksanakan puasa Ramadhannya, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, dia pasti masuk surga.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih beliau)
Syukurilah limpahan nikmat Allah atas kalian. Islam telah menjaga hak-hak kalian secara sempurna. Janganlah kalian tertipu dengan berbagai propaganda yang digencarkan agar kalian menuntut emansipasi. Sungguh, Islam telah menempatkan kalian pada tempat yang terbaik.
Berhati-hatilah kalian wahai muslimah, dari penyeru kerendahan, pelaku kefasikan, dan orang-orang yang mengajak kalian untuk menanggalkan hijab kalian.
Janganlah kalian sering keluar dari rumah kalian. Jangan pula kalian melembutkan suara kalian hingga orang yang hatinya berpenyakit akan menginginkan kejelekan untuk berzina dengan kalian.
Kemudian kepada kaum laki-laki, hendaknya kalian juga bertakwa kepada Allah dalam mengayomi kaum wanita. Karena mereka kaum wanita adalah ibarat tawanan kalian. Maka berlaku lemah lembutlah, berbuat ihsanlah dalam pergaulan terhadap mereka. Karena sebaik-baik kalian adalah yang paling bersikap baik kepada keluarganya.
‘Ibadallah ….
Bersyukur dan bertahmidlah kalian kepada Allah atas nikmat-nikmat-Nya yang tak terhitung, baik yang tampak maupun tidak.
Ketahuilah bahwa wabah yang menimpa kita saat ini tidak akan hilang, kecuali dengan istigfar dan kembali kepada Allah Yang Mahaperkasa dan Maha Pengampun.
Perbanyaklah istigfar dan memohon keselamatan di dunia dan akhirat.
Ya Allah, terimalah shalat dan puasa kami. Jadikan hari raya kami sebagai hari raya yang penuh kebaikan, keamanan, dan keimanan.
Ya Allah, lindungilah negeri kami dan pemerintah kami dari segala kejelekan. Berikanlah taufik kepada mereka agar menjadikan kitab-Mu dan Sunnah (ajaran) Nabi-Mu sebagai pedoman. Karuniakanlah untuk mereka teman dekat yang saleh, yang akan membimbing mereka kepada kebaikan.
‘Ibadallah ….
Di antara kebiasaan para salaf dahulu adalah saling mengucapkan selamat hari raya. Oleh karena itu, saya ucapkan kepada kalian semua,
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ
“Semoga Allah menerima amalan kami dan kalian.”
Semoga Allah menjadikan hari raya kita penuh kebaikan, berkah, dan kegembiraan bagi kita semua.
وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.