Pertanyaan:
Apakah termasuk riya jika seseorang menceritakan kepada orang lain bahwa dia berdoa lalu dikabulkan oleh Allah?
Jawaban:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya, amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. al-Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1908 dari sahabat Umar radhiallahu anhu)
Artinya, apa yang dia ceritakan tersebut tergantung pada niat dan tujuan dia menyampaikannya. Bisa jadi, maksud dia menceritakannya adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas karunia-Nya yang telah mengabulkan doanya. Ini dalam rangka mengamalkan firman Allah subhanahu wa ta’ala,
وَأَمَّا بِنِعۡمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثۡ
“Dan terhadap nikmat Rabbmu maka ceritakanlah.” (adh-Dhuha: 11)
Bisa jadi pula, dia bertujuan mendorong orang lain untuk mengikuti jejaknya agar banyak berdoa kepada Allah. Jika memang demikian niatnya, hal itu termasuk yang disebutkan dalam hadits,
الدَّالِّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ
“Barang siapa menunjukkan kepada suatu kebaikan, dia seperti pelakunya.” (HR. Ahmad no. 22360; Syaikh al-Albani menilai hadits ini sahih dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 1660)
Artinya, dia mendapatkan pahala seperti orang yang melakukan kebaikan yang dia tunjukkan.
Namun, ada juga kemungkinan bahwa ucapannya tersebut bertujuan agar diketahui oleh orang lain bahwa dia adalah orang yang doanya dikabulkan atau agar diketahui bahwa dia rajin berdoa. Yang seperti ini termasuk riya atau sum’ah.
Wallahu a’lam bish-shawab.