Orang yang beriman niscaya meyakini bahwa setiap peristiwa oleh diciptakan Allah subhanahu wa ta’ala dengan suatu hikmah. Tak terkecuali turunnya Nabi Isa alaihis salam ke muka bumi pada akhir zaman nanti. Dengan keterbatasan sebagai manusia, tentu kita hanya bisa mengungkap sebagian saja hikmah di balik peristiwa tersebut.
Turunnya Nabi Isa ke bumi di akhir zaman merupakan peristiwa besar yang memiliki hikmah yang amat besar pula. Para ulama semisal Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Bari menyebutkan beberapa hikmahnya. Di antara hikmah yang terpenting:
- Membantah klaim Yahudi bahwa merekalah yang membunuh Isa, menyalibnya, dan anggapan bahwa yang disalib adalah orang terlaknat.
Dengan turunnya Nabi Isa di akhir zaman kelak, kenyataan justru membuktikan bahwa Nabi Isa-lah yang membunuh Yahudi sekaligus pemimpin mereka, yakni Dajjal.
Baca juga: Negeri Para Pengikut Dajjal
- Membantah orang-orang Nasrani yang menuhankan Isa, menolak agama Islam, mengagungkan salib, dan menghalalkan babi.
Saat turun kelak di akhir zaman, Nabi Isa justru mengajak kepada Islam, memerangi orang agar masuk Islam, berhukum dengan syariat Islam, tidak menerima dari ahlul kitab kecuali Islam, tidak lagi menerima jizyah, menghancurkan salib, dan membunuh babi. Pada akhirnya, ia akan wafat sebagaimana manusia biasa, bukan Tuhan, anak Tuhan, atau salah satu dari Tuhan yang tiga.
Proses Turunnya Nabi Isa dan Pembunuhan Dajjal
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengisahkan dalam haditsnya,
“Lalu Dajjal datang ke Gunung Iliya hingga mengepung sekelompok kaum muslimin. Kaum muslimin diliputi rasa takut yang sangat sehingga orang-orang lari dari Dajjal menuju gunung-gunung.”
Ummu Syuraik mengatakan, “Wahai Rasulllah, di mana orang-orang Arab ketika itu?”
Beliau menjawab, “Mereka ketika itu sedikit dan imam mereka adalah seorang lelaki yang saleh.”
Rasulullah shallallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Al-Mahdi dari kami, ahlul bait (dari anak keturunan Fathimah). Allah menyiapkannya dalam waktu semalam. Namanya sesuai dengan namaku. Nama ayahnya sesuai dengan nama ayahku. Dahinya lebar dan hidungnya mancung. Ia memenuhi bumi dengan keadilan yang sebelumnya dipenuhi dengan kecurangan dan kezaliman. Ia berkuasa selama tujuh tahun.”
Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda, “Dua kelompok dari umatku yang Allah lindungi mereka dari neraka. Satu kelompok memerangi India dan satu kelompok bersama Isa bin Maryam.”
Baca juga: Turunnya Nabi Isa di Akhir Zaman
Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga mengatakan,
“Barang siapa di antara kalian yang mendapati Isa, sampaikanlah salam dariku.
Tatkala imam mereka hendak maju untuk mengimami mereka shalat Subuh, tiba-tiba Isa bin Maryam turun kepada mereka (dari langit), di manaratul baidha (menara putih), sebelah timur Damaskus[1] di antara dua pakaian yang dicelup dengan wewangian za’faran.
Ia letakkan dua telapak tangannya di atas sayap-sayap malaikat. Apabila ia menganggukkan kepalanya, maka menetes. Apabila ia angkat, berjatuhan darinya butir-butir perak layaknya permata. Tidak halal bagi seorang kafir yang mendapati desah napasnya kecuali ia akan mati, padahal desah napasnya berakhir sejauh pandangannya[2].
Antara aku dan dia—yakni Isa—tidak ada nabi, dan ia pasti turun. Apabila kalian melihatnya, ketahuilah bahwa dia adalah lelaki yang tingginya sedang, agak merah dan putih, antara dua pakaian yang berwarna agak kuning, seakan-akan kepalanya meneteskan air walaupun tidak basah. Lalu ia memerangi manusia agar masuk Islam, menghancurkan salib, membunuh babi, menghilangkan jizyah. Pada masanya, Allah menghancurkan agama-agama seluruhnya kecuali Islam.”
Baca juga: Misi Nabi Isa Turun ke Bumi
Beliau bersabda pula, “Bagaimana kalian apabila putra Maryam turun di tengah-tengah kalian sedangkan imam kalian (dalam riwayat lain: yang mengimami kalian) adalah dari kalian?”
Ibnu Abi Dzi’b (salah seorang rawi hadits, -pent.) mengatakan (kepada al-Walid bin Muslim, rawi hadits yang lain, -pent.), “Kamu tahu, apa maksudnya ‘yang mengimami kalian adalah dari kalian?’
Aku katakan, ‘Kamu beritahukan kepadaku!’
Ibnu Abi Dzi’b menjawab, ‘Ia memimpin kalian dengan kitab Rabb kalian dan Sunnah Nabi kalian’.”
Imam tersebut berjalan mundur agar Isa maju. Lalu dia mengatakan, “Kemarilah, imamilah kami.”
Nabi Isa meletakkan tangannya di antara dua pundaknya dan mengatakan kepadanya, “Tidak. Sesungguhnya sebagian kalian adalah pemimpin atas sebagian yang lain, sebagai kemuliaan Allah atas umat ini.”
Imam tersebut pun maju dan tetap shalat bersama mereka.
Baca juga: Tanda-Tanda Kedatangan Hari Kiamat
Kemudian datanglah Dajjal ke Gunung Iliya hingga mengepung sekelompok kaum muslimin. Pemimpin mereka mengatakan, “Apa yang kalian tunggu dari thaghut ini selain kalian perangi dia sehingga kalian bertemu Allah, atau kalian diberi kemenangan.”
Mereka pun berencana memeranginya apabila mereka masuk waktu pagi. Tatkala mereka menyiapkan diri untuk berperang dan meluruskan shaf-shaf, dikumandangkan iqamat shalat (Subuh). Pada waktu itu mereka bersama dengan Isa bin Maryam sehingga Isa mengimami mereka. Apabila ia mengangkat kepalanya dari rukuknya, dia mengatakan, “Sami’allahu liman hamidah, semoga Allah membunuh al-Masih ad-Dajjal dan kaum muslimin menang.”
Begitu selesai shalat, ia mengatakan, “Bukalah pintu.”
Pintu pun dibuka dan Dajjal melihat beliau. Bersama Dajjal ada 70 ribu orang Yahudi. Semuanya memiliki pedang yang berhias dan berjubah hijau[3]. Lalu Isa mengejarnya dan pergi dengan tombaknya menuju Dajjal.
Baca juga: Kiamat Adalah Urusan Gaib
Ketika Dajjal melihat Nabi Isa, ia meleleh sebagaimana melelehnya garam di dalam air. Seandainya beliau biarkan, tentu ia akan meleleh terus sampai mati. Akan tetapi, Allah membunuh Dajjal dengan tangan Isa, sehingga Dia perlihatkan darahnya di tombak Nabi Isa.
Nabi Isa menangkap Dajjal di Bab (pintu) Ludd sebelah timur. Nabi Isa pun membunuhnya. Allah pun membinasakan Dajjal di Aqabah (tempat mendaki yang susah) Afyaq. Allah mengalahkan Yahudi. Kaum muslimin pun menguasai Yahudi dan membunuh mereka sehingga tidak ada sesuatu pun ciptaan Allah yang dipakai bersembunyi orang Yahudi kecuali Allah berikan kepadanya kemampuan untuk berbicara, baik batu, pohon, tembok, maupun binatang—kecuali pohon gharqad, itu adalah pohon mereka, ia tidak bicara—kecuali akan mengatakan, “Wahai hamba Allah muslim, ini Yahudi di belakangku. Kemari, bunuhlah dia.”
Kemudian tetaplah manusia setelahnya selama tujuh tahun tanpa ada permusuhan antara dua orang… Lalu Allah utus Ya’juj dan Ma’juj….”[4]
Kondisi Alam Saat Nabi Isa Turun di Akhir Zaman
Nabi shallallahu alaihi wa sallam menerangkan, setelah Allah subhanahu wa ta’ala membinasakan kaum Ya’juj dan Ma’juj,
“Lalu Allah mengirimkan hujan. Tidak dapat menghindar darinya satu rumah pun, baik rumah dari tanah liat maupun dari bulu[5]. Allah subhanahu wa ta’ala membasuh bumi ini sampai menjadi seperti cermin. Lalu diperintahkan kepada bumi, ‘Tumbuhkan buah-buahanmu dan kembalikanlah keberkahanmu.’
Pada masa itu sekumpulan manusia cukup memakan satu buah delima. Mereka pun dapat bernaung dari kulitnya. Susu mereka juga diberkahi, sampai-sampai satu ekor unta betina yang banyak susunya cukup untuk sekian kabilah manusia. Satu ekor sapi betina yang banyak susunya cukup untuk satu kabilah. Satu ekor kambing betina yang banyak susunya cukup untuk satu kabilah kecil[6]. Seekor sapi jantan harganya sekian dari harta dan satu ekor kuda hanya beberapa dirham.”
Baca juga: Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj, Pertanda Dekatnya Hari Kiamat
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Sangat beruntung kehidupan setelah turunnya Al-Masih. Sangat beruntung kehidupan setelah al-Masih. Langit diberi izin untuk menurunkan hujan. Bumi diberi izin untuk menumbuhkan tumbuhan. Sampai-sampai seandainya engkau menaburkan biji di batu yang halus, niscaya akan tumbuh. Tidak ada kekikiran. Tidak ada kedengkian dan kebencian. Setiap binatang yang berbisa dihilangkan bisanya.
Terwujudlah keamanan di muka bumi sehingga harimau-harimau dapat bergembala bersama unta, macan bersama sapi, dan serigala bersama kambing. Bahkan, anak-anak bermain ular dan tidak membahayakan mereka[7]. Sampai-sampai bayi memasukkan tangannya pada ular dan ular tidak menggigitnya. Bayi perempuan membuka mulut harimau untuk melihat giginya, tetapi harimau itu tidak mencelakainya. Serigala berada di tengah-tengah kambing seolah-olah ia sebagai anjing penjaganya.
Bumi dipenuhi kedamaian seperti dipenuhinya bejana dengan air. Kata-kata mereka satu (sepakat) sehingga tidak ada yang diibadahi selain Allah subhanahu wa ta’ala. Peperangan meletakkan bebannya. Bangsa Quraisy mengambil kerajaannya. Lalu dikatakan, ‘Bumi menjadi semacam bejana yang terbuat dari perak (yakni hidangan) yang mengeluarkan tumbuhan, tumbuhannya sama di masa Adam’.”
Berapa Lama Nabi Isa Tinggal?
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam mengatakan,
“Isa tinggal di bumi selama 40 tahun. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala mewafatkan beliau. Kaum muslimin kemudian menyalatinya[8]. Dalam keadaan seperti itu, Allah subhanahu wa ta’ala mengutus angin (yang dingin dari arah Syam) hingga menerpa mereka dari bawah ketiak-ketiak mereka dan mencabut roh setiap mukmin dan muslim.”[9]
Dalam hadits Ibnu Amr, “Tidak ada di muka bumi seorang pun yang dalam kalbunya ada keimanan seberat semut kecuali angin itu mencabutnya. Walaupun seseorang di antara mereka berada di tengah-tengah gunung, angin itu tentu akan menerpanya. Tersisalah sejelek-jelek manusia….”
Terdapat riwayat lain yang menunjukkan bahwa lama Nabi Isa tinggal di bumi pada akhir zaman nanti ialah tujuh tahun. Di antaranya ialah riwayat Muslim dari Abdullah bin Amr radhiallahu anhuma pada “Bab Dzikru ad-Dajjal”.
Untuk mengompromikan dua riwayat itu, disimpulkan bahwa tujuh tahun itu adalah masa tinggalnya Isa setelah dia turun. Sementara itu, umurnya saat dahulu diangkat ke langit adalah 33 tahun, menurut pendapat yang masyhur. (Asyrathus Sa’ah hlm. 364)
Wallahu a’lam bish-shawab.
Catatan Kaki
[1] Ibnu Katsir mengatakan, “Di sebelah timur Masjid Jami’ Damaskus.” (an-Nihayah fil Fitan wal Malahim)
[2] Sahih, HR. Muslim dan yang lain. Lihat Qishshatu al-Masih ad-Dajjal wa Nuzul ‘Isa hlm. 10.
[3] Lihat an-Nihayah, 2/432.
[4] Susunan kisah ini kami nukilkan dari buku Qishshatu al-Masih ad-Dajjal wa Nuzul ‘Isa karya Syaikh al-Albani rahimahullah. Dalam kitab tersebut beliau memilih hadits-hadits yang sahih, lalu beliau gabungkan dan susun masing-masing sesuai dengan tempatnya. Bagi yang hendak memeriksa sumber-sumbernya dalam literatur hadits, silakan merujuk pada kitab tersebut.
[5] Rumah dari tanah maksudnya adalah rumah orang-orang yang menetap, rumahnya permanen. Adapun rumah dari bulu adalah rumah orang-orang padang pasir. Penghidupan mereka dari gembalaan. Mereka membuat rumah dari bulu-bulu unta, kelinci, kambing, dan semacamnya.
[6] Sahih, HR. Muslim dan yang lain. Lihat Qishshatu al-Masih ad-Dajjal wa Nuzul ‘Isa hlm. 10.
[7] Sahih, HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Hibban, dan yang lain. Lihat ash-Shahihah no. 2182, Qishshatu al-Masih ad-Dajjal wa Nuzul ‘Isa hlm. 31.
[8] Sahih, HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Hibban, dan yang lain. Lihat ash-Shahihah no. 2182, Qishshatu al-Masih ad-Dajjal wa Nuzul ‘Isa hlm. 31.
[9] Sahih, HR. Muslim dan yang lain. Lihat Qishshatu al-Masih ad-Dajjal wa Nuzul ‘Isa hlm. 10.
Ditulis oleh Ustadz Qomar ZA, Lc.