Tanya:
Takdir Allah itu menunjukkan sesuatu yang baik. Akan tetapi, ada sebuah hadis
تؤمن بالقدر خيره و شره
Di situ disebutkan ada takdir yang buruk.
Jawab:
Ini hal yang harus dipahami. Yang dimaksud dengan takdir yang buruk adalah buruk menurut kita. Kita sakit, jatuh, terluka, kehilangan sesuatu, dan seterusnya; itu buruk dalam bahasa manusia. Namun, kalau mendapat untung banyak, pemberian yang bagus, kesehatan, dan keamanan; itu adalah takdir baik.
Inilah yang dimaksud dengan takdir yang baik dan buruk, yaitu yang dirasakan oleh kita, manusia. Keumuman masyarakat dalam menilai ini baik atau buruk. Semuanya takdir Allah.
Akan tetapi, semua yang Allah tetapkan adalah kebaikan, tidak ada keburukan. Sebab, semua itu sesuai dengan hikmah Allah _azza wa jalla_ Penilaiannya pun adalah penilaian yang lengkap, bukan seperti contoh tadi: sakitnya seseorang. Seseorang sakit. Bagi dia, itu sakit. Kondisi buruk. Orang pun mengatakan, “Kondisinya memburuk, semakin melemah.” Akan tetapi, sesungguhnya hal itu mungkin baik bagi dia. Bahkan, kalau menilai secara umum, takdir Allah pasti baik. Anggaplah bagi dia (si sakit) sendiri dulu. Ternyata dengan sakit tersebut dosanya terampuni, derajatnya semakin tinggi, dan seterusnya.
Termasuk mengapa Allah menciptakan Iblis; Allah tidak akan melakukan sesuatu yang buruk, semuanya baik; hikmah-hikmah-Nya. Kita mungkin paham sebagian dan belum memahami yang lain.
Jadi, tidak ada pertentangan antara bahwa semua perbuatan Allah dalam menetapkan segala sesuatu itu baik dan keimanan kita terhadap takdir, baik atau buruknya. Semua itu dinilai dari setiap pribadi manusia.
Dijawab oleh al-Ustadz Qomar Suadi Lc.
Baca juga:
- Iman kepada Takdir Tidak Meniadakan Ikhtiar
- Buah dari Mengimani Takdir