PERTAHANKAN ILMU DENGAN MENINGGALKAN MAKSIAT

Ibnu Mas’ud z berkata: “Sesungguhnya aku memandang bahwa seseorang yang dilupakan dari suatu ilmu yang sebelumnya telah diketahuinya adalah karena kesalahan yang telah dilakukannya.”

Al-Imam Waki’ t berkata: “Minta tolonglah (kepada Allah l) untuk menjaga hafalanmu dengan cara meninggalkan maksiat.”

Al-Imam Malik t berkata kepada Al-Imam Asy-Syafi’i t di awal perjumpaan beliau dengannya: “Sesungguhnya aku melihat bahwasanya Allah l telah memberikan cahaya ke dalam hatimu, maka janganlah engkau padamkan dengan kegelapan maksiat.”

Al-Imam Asy-Syafi’i t berkata: “Barangsiapa yang ingin agar Allah l membukakan pintu hati dan menyinari lubuk kalbunya, dia wajib meninggalkan perkataan yang tidak berguna, meninggalkan perkara-perkara dosa, serta menjauhi berbagai bentuk kemaksiatan. Seyogianya juga dia melakukan amalan-amalan shalih secara tersembunyi antara dirinya dengan Allah k saja. Sungguh, apabila dia telah berbuat demikian niscaya Allah l bukakan untuknya suatu ilmu yang membuatnya sibuk sehingga lupa terhadap selainnya. Dan sesungguhnya di dalam al-maut (kematian) itu terdapat kesibukan yang sangat banyak.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t berkata: “Allah l telah menjadikan di antara cara-Nya dalam menghukum anak manusia lantaran dosa-dosa yang telah mereka lakukan adalah dengan mencabut hidayah (petunjuk)-Nya serta mencabut ilmu yang bermanfaat (dari mereka).”

(An-Nubadz fi Adabi Thalabil ‘Ilmi, hal. 14-15)