Kebagusan amalan anggota badan seorang hamba tergantung pada kebagusan kalbunya. Apabila kalbunya salim (sehat), tidak ada di dalamnya melainkan kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada apa yang dicintai-Nya, takut kepada-Nya, takut terjatuh pada apa yang dibenci oleh-Nya; akan baguslah seluruh amalan anggota badannya. Akan tumbuh pula pada dirinya perasaan untuk menghindarkan diri dari segala perkara yang haram dan syubhat.
Namun, apabila kalbunya rusak, dikuasai oleh hawa nafsunya, dan mencari apa yang diinginkan hawa nafsunya meski dalam perkara yang Allah subhanahu wa ta’ala benci; akan rusaklah seluruh amalan anggota badannya. Selain itu, akan menyeret pula kepada segala bentuk kemaksiatan dan syubhat, sesuai dengan kadar penguasaan hawa nafsu terhadap kalbunya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda,
أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“Ketahuilah, sesungguhnya dalam jasad ada segumpal darah. Jika ia baik, seluruh jasad akan baik pula. Jika ia rusak, seluruh jasad akan rusak. Ketahuilah bahwa itu adalah kalbu.” (HR. al-Bukhari no. 52 dan Muslim no. 4070)
Baca juga: Qalbun Salim, Hati yang Selamat
Apabila hamba memiliki qalbun salim (kalbu yang sehat), akan muncul darinya amal-amal yang saleh dan kesungguhan dalam beramal guna mencapai kebahagiaan di kehidupan akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَمَنۡ أَرَادَ ٱلۡأٓخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعۡيَهَا وَهُوَ مُؤۡمِنٌ فَأُوْلَٰٓئِكَ كَانَ سَعۡيُهُم مَّشۡكُورًا
“Dan barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (al-Isra: 19)
Dengan demikian, untuk mendorong dan menumbuhkan amalan-amalan saleh, setiap hamba wajib menjaga kalbunya agar tetap salim (sehat) dan terhindar dari penyakit-penyakit yang merusaknya.
Dalam kitab ad-Da`u wad Dawa` (hlm. 138) Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Tidak sempurna keselamatan kalbu seorang hamba melainkan setelah selamat dari lima perkara:
- syirik yang menentang tauhid,
- bid’ah yang menyelisihi As-Sunnah,
- syahwat yang menyelisihi perintah,
- kelalaian yang menyelisihi zikir, dan
- hawa nafsu yang menyelisihi ikhlas.”
Hamba yang memiliki qalbun salim akan selalu mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia, yang mana Allah subhanahu wa ta’ala telah mempersiapkan tempatnya di surga. Berbeda halnya dengan orang yang mengutamakan kehidupan dunia yang akan membawanya kepada neraka Jahim.
Baca juga: Mengutamakan Akhirat di Atas Dunia
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
فَإِذَا جَآءَتِ ٱلطَّآمَّةُ ٱلۡكُبۡرَىٰ ٣٤ يَوۡمَ يَتَذَكَّرُ ٱلۡإِنسَٰنُ مَا سَعَىٰ ٣٥ وَبُرِّزَتِ ٱلۡجَحِيمُ لِمَن يَرَىٰ ٣٦ فَأَمَّا مَن طَغَىٰ ٣٧ وَءَاثَرَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا ٣٨ فَإِنَّ ٱلۡجَحِيمَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ ٣٩ وَأَمَّا مَنۡ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفۡسَ عَنِ ٱلۡهَوَىٰ ٤٠ فَإِنَّ ٱلۡجَنَّةَ هِيَ ٱلۡمَأۡوَىٰ ٤١
“Maka apabila hari kiamat telah datang. Pada hari ketika manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya. Dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat. Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Adapun orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya, dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (an-Nazi’at: 34—41)
Wallahu a’lam bish-shawab.