Tanya:
Saya meminta sebuah nasihat agar terhindar dari virus Corona karena saya mendengar virus tersebut telah menyebar ?
Jawab:
Tidak perlu panik.
Orang yang meninggal tidak selalu disebabkan oleh virus. Ada orang yang tidur dan tidak bangun lagi; ada pula yang mati tiba-tiba saat sedang shalat. Jadi, tidak perlu khawatir yang berlebihan.
Kita boleh melakukan hal-hal yang bisa diusahakan secara syar’i dan mubah.
Secara syar’i, seperti berdoa kepada Allah, mengonsumsi makanan yang berfungsi sebagai obat, sesuai dengan bimbingan syariat: habbatus sauda, madu, air zamzam, dan seterusnya.
Kita pun bisa mengonsumsi sesuatu yang secara pengalaman memang bermanfaat untuk menguatkan antibodi kita, seperti jamu.
Menjaga kebersihan, mencuci tangan dengan sabun setiap hendak makan, memakai masker pada kondisi tertentu–walaupun dimakruhkan ketika shalat–adalah hal-hal yang boleh dilakukan.
Selebihnya, tawakal kepada Allah azza wa jalla.
Sebagai seorang mukmin, ketika ia meyakini bahwa kematian yang disebabkan oleh wabah, yang dihadapinya dengan sabar, jika ia mati, ia akan dicatat sebagai seorang syahid di sisi Allah azza wa jalla.
Itulah orang yang beriman. Ia tidak akan gelisah atau takut yang berlebihan. Ia bertawakal kepada Allah setelah berusaha menempuh sebab-sebabnya.
Tidak luput pula, hendaknya seseorang itu memperbanyak istighfar karena tidak jarang musibah yang menimpa itu sebab utamanya adalah dosa-dosa manusia.
Jangan sok suci, merasa tidak pernah berdosa. Dosa kita banyak, maka perbanyaklah istighfar.
Jangan sok suci dan berkata, “Apa kaitan musibah dengan dosa? Tidak ada kaitannya. Sudah terkena musibah, dikatakan berdosa pula.”
Jika seperti itu, kapan ia akan sadar?
Kita tidak menunjuk seseorang banyak dosa, tapi kenyataannya umat ini memang banyak dosa.
Kita, secara umum, hendaknya banyak beristighfar kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya, terutama untuk kaum muslimin; dan meyakini pula bahwa apa yang Ia tetapkan adalah yang terbaik bagi kita.
Dijawab oleh al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc.