Perintah untuk berbuat ihsan cukup banyak, baik dalam Al-Qur’an maupun hadits. Contohnya dalam surah al-Baqarah ayat 195, Allah ‘azza wa jalla berfirman,
وَأَنفِقُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلۡقُواْ بِأَيۡدِيكُمۡ إِلَى ٱلتَّهۡلُكَةِ وَأَحۡسِنُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ
“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (al-Baqarah: 195)
Dari Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan,
ثِنْتَانِ حَفِظْتُهُمَا مِنْ رَسُولِ اللهِ أَنَّهُ قَالَ :إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ، فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ، وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ، وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِ حْ ذَبِيحَتَهُ
Dua hal yang saya hafal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam . Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan terhadap segala sesuatu. Jika kalian membunuh, bunuhlah dengan cara yang baik. Jika kalian menyembelih, sembelihlah dengan cara yang baik. Hendaknya salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya dan tidak menyiksa sembelihannya.” (Sahih, HR. Muslim)
Pengertian Ihsan
Ihsan (berbuat baik) ada dua macam:
-
Ihsan dalam beribadah kepada al-Khaliq (Allah)
Maknanya, mengeluarkan kemampuan untuk menyempurnakan ibadah dan memperbagusnya serta melaksanakan hak-haknya yang lahir dan yang batin.
-
Ihsan kepada makhluk
Wujudnya ialah menyampaikan segala manfaat apa pun yang dimampu oleh seseorang, baik manfaat ilmu, jasmani, dan harta, untuk mereka. Begitu pula yang berupa nasihat keagamaan, keinginan baik dalam urusan dunia, bantuan dan anjuran untuk kebaikan.
Oleh karena itu, orang-orang yang muhsin (berbuat ihsan) memiliki perbedaan tingkatan yang jauh, sesuai dengan pelaksanaan mereka terhadap bermacam-macam ihsan kepada makhluk, yang baik dan yang jahat. Bahkan, sampai pun terhadap hewan-hewan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan atas segala sesuatu.”
Hidayah
Dalam Al-Qur’an dan hadits terdapat banyak perintah untuk meminta hidayah. Apa sesungguhnya pengertian hidayah?
Dalam istilah syariat, hidayah ada dua macam:
-
Hidayah kepada ilmu bimbingan dan pengajaran.
-
Hidayah taufik[1] dan menjadikan petunjuk tersebut menetap dalam kalbu.
Dua macam hidayah ini dicari di sisi Allah, bisa dengan cara yang mutlak (umum) semisal ucapan,
”Ya Allah, tunjukilah aku,”
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu petunjuk”
Atau dengan cara yang lebih khusus, yaitu memohon jalan petunjuk yang bermanfaat. Misalnya, seorang yang shalat membaca, “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”
Baca juga: Meraih Hidayah dengan Dakwah Salafiyah
Orang yang mendapat hidayah disebut muhtadi.
Jalan terbesar untuk mendapatkan hidayah adalah Al-Qur’an. Oleh karena itu, Allah menyebutnya sebagai huda secara mutlak. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدًى لِّلۡمُتَّقِينَ
“Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi orang yang bertakwa.” (al-Baqarah: 2)
إِنَّ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ يَهۡدِي لِلَّتِي هِيَ أَقۡوَمُ وَيُبَشِّرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa mereka mendapat pahala yang besar.” (al-Isra’: 9)
Petunjuk ini mencakup urusan dunia dan urusan agama yang bermanfaat. Wallahu a’lam.
Catatan Kaki
[1] Yakni menjadikannya mau mengikuti dan mengamalkan hidayah yang pertama; ilmu, bimbingan, dan ajaran. Seperti ungkapan kita, “Semoga Alah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita.” (-pent.)