Jadikan Istirahatmu Bernilai di Sisi Allah

Istirahat atau tidur adalah salah satu aktivitas harian yang diharapkan bisa bernilai ibadah di sisi Allah. Melanjutkan edisi sebelumnya, bahasan kali ini akan menginjak permasalahan doa dan adab tidur lainnya.

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan bimbingan agar berdoa di dalam tidur kita. Tentunya dengan harapan agar istirahat kita bisa berbarakah dan bernilai ibadah di sisi Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ، وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَا يَذْكُرُ اللهَ فِيهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ

“Barang siapa duduk di sebuah tempat dan tidak berzikir kepada Allah, dia akan diberikan kekurangan oleh Allah. Dan barang siapa mengambil tempat tidurnya dan tidak berzikir kepada Allah, dia akan mendapatkan dari-Nya kekurangan.” (HR. Abu Dawud dalam Sunan beliau no. 4805, 5059, dan an-Nasa`i dalam kitab ‘Amal al-Yaum wal Lailah no. 404; dan dinilai hasan asy-Syaikh al-Albani dalam kitab ash-Shahihah no. 78 dan Shahih Sunan Abu Dawud no. 4065)

Dalam pembahasan sebelumnya, telah kita simak beberapa doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk diamalkan. Kita yakin, setiap bimbingan ada keutamaannya sendiri; dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata,

النَّوْمُ عِنْدَ الذِّكْرِ مِنَ الشَّيْطَانِ، إِنْ شِئْتُمْ فَجَرِّبُوا، إِذَا أَخَذَ أَحَدُكُمْ مَضْجَعَهُ وَأَرَادَ أَنْ يَنَامَ فَلْيَذْكُرِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ

“Tidur ketika berzikir adalah dari setan dan jika kalian ingin (mengetahuinya), cobalah. Apabila seseorang dari kalian menuju pembaringannya dan ingin tidur, hendaklah dia berzikir kepada Allah.”[1]

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan, “Barang siapa mempelajari sifat tidur dan bangun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dia akan mendapati bahwa tidur beliau adalah tidur yang paling nyaman dan paling bermanfaat untuk badan dan semua anggotanya, serta paling memberikan kekuatan.

Beliau tidur pada awal malam dan bangun pada akhir pertengahan kedua dari malam. Beliau bangun dan menggosok gigi dengan siwak lalu berwudhu. Beliau kemudian mendirikan shalat yang telah diwajibkan oleh Allah atas beliau. Dengan demikian, badan berikut semua anggotanya, dan tenaga, mengambil manfaat dari tidur dan istirahatnya itu. (Badan) juga (melakukan) olahraga, bersamaan dengan limpahan pahala. Tentu ini merupakan puncak kebagusan hati dan badan, dunia dan akhirat.

Beliau tidak tidur melebihi kebutuhan dan tidak meninggalkannya melebihi yang dibutuhkan badan. Beliau melaksanakannya dengan cara yang sempurna. Beliau tidur di atas lambung sebelah kanan dalam keadaan berzikir kepada Allah hingga mata beliau terpejam.” (Lihat Zadul Ma’ad, 2/142)

 

Doa-doa ketika Hendak Tidur

Di antara doa-doa yang beliau baca adalah:

  • Membaca Ayat Kursi

Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sunnah taqririyah beliau ketika setan mengajari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu tentang tameng dari sebuah kejahatan, dia berkata,

إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ.

فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ

“Apabila kamu menuju ranjang pembaringanmu, bacalah ayat kursi; niscaya kamu terus bersama penolong dari Allah dan setan tidak akan mendekatimu sampai datang waktu pagi.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dia benar meski dia adalah seorang pendusta. Dia adalah setan.” (HR. al-Bukhari)

 

  • Membaca Dua Surat, yaitu Alif Lam Mim As-Sajadah dan Al-Mulk

Hal ini dijelaskan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam riwayat Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ يَنَامُ حَتَّى يَقْرَأَ {آلم تَنْزِيلٌ} (السجدة) وَ {تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ}

“Rasulullah tidak tidur hingga beliau membaca (surah) Alif Laam Mim Tanzil (as-Sajdah) dan Tabaarakalladzi bi Yadihi al-Mulk (al-Mulk).”[2]

 

  • Membaca Doa-doa di bawah ini:

  1. Dari Hafshah radhiyallahu ‘anha, beliau berkata,

“Apabila hendak tidur, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meletakkan tangan kanannya di atas pipi beliau, dan berkata,

اللَّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تَبْعَثُ عِبَادَكَ

“Ya Allah, lindungilah aku dari azabmu pada hari Engkau membangkitkan hamba-hamba-Mu.” (HR. Abu Dawud dalam as-Sunan [no. 5045], at-Tirmidzi dari Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu [no. 3638] dan al-Bara` bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu [no. 3639], dan al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad [no. 1215])

  1. Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beranjak ke tempat pembaringan, beliau berdoa,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَكَفَانَا وَآوَانَا، فَكَمْ مِمَّنْ لاَ كَافِئَ لَهُ وَلاَ مُؤوِيَ

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi kami makan, minum, yang telah mencukupi dan melindungi kami. Betapa banyak orang yang tidak memiliki (pihak) yang akan mencukupi dan melindunginya.” (HR. Muslim dalam Shahihnya [no. 2715], at-Tirmidzi [no. 3636], dan Abu Dawud [no. 5053])

  1. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Apabila salah seorang dari kalian menuju pembaringannya, hendaklah dia mengambil ujung sarungnya lalu mengibaskannya ke tempat tidurnya. Hendaklah dia menyebut nama Allah karena dia tidak tahu apa yang akan terjadi kemudian. Apabila dia akan berbaring, berbaringlah di atas lambung sebelah kanan dan ucapkanlah,

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبِّ بِكَ وَضَعْتُ جَنْبِي وَبِكَ أَرْفَعُهُ، إِنْ أَمْسَكْتَ نَفْسِي فَاغْفِرْ لَهَا وَإِنْ أَرْسَلْتَهَا فَاحْفَظْهَا بِمَا تَحْفَظُ بِهِ عِبَادَكَ الصَّالِحِينَ

“Mahasuci Engkau ya Allah, wahai Rabbku. Karena-Mu aku meletakkan lambungku dan karena-Mu aku mengangkatnya. Jika Engkau menahan jiwaku, ampunilah ia. Jika Engkau melepaskannya kembali, peliharalah ia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang shalih.” (HR. Muslim no. 2714)

  1. Dari Suhail, dari Abu Shalih, ia mengatakan, “Kami meriwayatkannya dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.” Suhail mengatakan, “Abu Shalih memerintahkan kami, apabila salah seorang dari kami akan tidur, hendaklah dia tidur di atas lambung sebelah kanan kemudian berkata,

اللَّهُمَّ رَبَّ السَّمَاوَاتِ وَرَبَّ الْأَرْضِ وَرَبَّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ، رَبَّنَا وَرَبَّ كُلِّ شَيْءٍ، فَالِقَ الْحَبِّ وَالنَّوَى، وَمُنْزِلَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْفُرْقَانِ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ كُلِّ شَيْءٍ أَنْتَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهِ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْأَوَّلُ فَلَيْسَ قَبْلَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْآخِرُ فَلَيْسَ بَعْدَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الظَّاهِرُ فَلَيْسَ فَوْقَكَ شَيْءٌ وَأَنْتَ الْبَاطِنُ فَلَيْسَ دُونَكَ شَيْءٌ، اقْضِ عَنَّا الدَّيْنَ وَأَغْنِنَا مِنَ الْفَقْرِ

“Wahai Rabb kami, pemilik langit dan bumi serta pemilik ‘Arsy yang agung. Wahai Rabb kami dan Rabb segala sesuatu, Yang membelah biji-bijian, Yang menurunkan Taurat, Injil, dan Furqan. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan segala sesuatu yang Engkaulah pemegang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkaulah yang Awwal dan tidak ada sesuatu pun sebelum-Mu, Engkau yang akhir dan tidak ada sesuatu pun setelah-Mu. Engkau yang Zhahir tidak ada sesuatu di atas-Mu. Engkau yang Batin dan tidak ada sesuatu yang di bawah-Mu. Tunaikanlah utang kami dan cukupilah kami dari kefakiran.” (HR. Muslim)

Masih banyak wirid lain yang dibaca oleh Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak akan cukup dijabarkan dalam pembahasan singkat ini.

An-Nawawi rahimahullah berkata, “Lebih utama bagi seseorang untuk membaca seluruh doa yang disebutkan dalam bab ini. Akan tetapi, apabila tidak memungkinkan, hendaknya dia membaca doa yang terpenting yang dia mampu.” (al-Adzkar hlm. 80, -ed.)

Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh, silakan lihat dalam kitab al-Adzkar karya an-Nawawi beserta tahqiq-nya.

 

Bila Terjaga di Malam Hari

Apakah ada tuntunan doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bila seseorang terjaga di malam hari?

Tentu ada. Diriwayatkan oleh al-Imam Abu Dawud (no. 5060) dari ‘Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa terjaga lalu berdoa ketika bangun,


لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ؛ ثُمَّ دَعَا: رَبِّ اغْفِرْ لِي؛ غُفِرَ لَهُ-قَالَ الْوَلِيدُ: أَوْ قَالَ: دَعَا اسْتُجِيبَ لَهُ-فَإِنْ قَامَ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ صَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ

Tidak ada sembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya lah kerajaan dan pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Mahasuci Allah, segala pujian milik Allah, dan tidak ada sembahan yang benar selain Allah. Allah Mahabesar, dan tidak ada daya dan kekuatan selain milik Allah” lalu dia berdoa, “Wahai Rabbku, ampunilah aku,” niscaya akan diampuni—Walid berkata, Atau beliau mengatakan, “Apabila dia berdoa, niscaya akan dikabulkan.” Apabila dia bangun kemudian berwudhu lalu mengerjakan shalat, akan diterima shalatnya.”

Hadits ini diriwayatkan juga oleh Ibnu Majah (no. 3478) dan dihukumi sahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud dan Shahih Sunan Ibnu Majah. Bahkan, hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya dari ‘Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu (-ed.).

 

Doa Bangun dari Tidur

Apabila bangun tidur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya kami akan dibangkitkan.” (HR. al-Bukhari no.6314 dan Muslim no. 2711 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

 

Bersiwak Saat Bangun Tidur

Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu menceritakan perbuatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika bangun tidur,

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ

Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bangun di malam hari, beliau menggosok mulut dengan siwak.” (HR. al-Bukhari no. 889, 1136 dan Muslim no. 255)

 

Cara Tidur yang Dilarang

Ya’isy bin Thakhfah al-Ghifari berkata, “Bapakku menceritakan kepadaku, ‘Ketika aku tidur di masjid di atas perutku (tengkurap), tiba-tiba ada orang yang menggerakkan kakiku dan berkata,

إِنَّ هَذِهِ ضِجْعَةٌ يُبْغِضُهَا اللهُ

“Sesungguhnya tidur yang seperti ini dimurkai oleh Allah.”

(Bapakku berkata), “Setelah aku lihat, ternyata beliau adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Abu Dawud dalam Sunan beliau [no. 5040], Ibnu Majah [no. 3723], at-Tirmidzi [no. 2768], Ibnu Hibban [no. 5549], Ahmad [3/429, 430], dan al-Hakim, 4/271. Hadits ini dinilai sahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Shahih Sunan Ibni Majah [no. 3000] dan al-Misykat [no. 4718])

Hadits di atas juga diriwayatkan oleh al-Imam Ibnu Majah [no. 3724] dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, , diriwayatkan oleh al-Imam at-Tirmidzi [no. 2230] dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

 

Bila Bermimpi

Dalam kitab-kitab yang menghimpun Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ahlul hadits membawakan permasalahan mimpi dan takwilnya. Hal ini menunjukkan bahwa ta’bir/takwil mimpi sangat penting untuk diilmui. Kita tidak hendak menjelaskannya secara detail di sini, tetapi hanya menerangkan tentang adab bila bermimpi.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskannya dalam banyak sabda beliau dan telah diriwayatkan oleh sejumlah sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, antara lain Abu Hurairah, ‘Ubadah bin ash-Shamit, Anas bin Malik, Abu Qatadah, Jabir bin Abdullah, Abdullah bin Umar, dan selain mereka. Di antaranya adalah hadits berikut yang artinya,

إِذَا اقْتَرَبَ الزَّمَانُ لَمْ تَكَدْ تَكْذِبُ رُؤْيَا الْمُؤْمِنِ وَرُؤْيَا الْمُؤْمِنِ جُزْءٌ مِنْ سِتَّةٍ وَأَرْبَعِينَ جُزْءًا مِنَ النُّبُوَّةِ

Apabila zaman telah berdekatan, hampir-hampir (mimpi) orang beriman tidak pernah meleset. Mimpi orang yang beriman merupakan satu bagian dari 46 bagian nubuwah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

  1. Macam Mimpi

Disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa mimpi ada tiga macam:

  1. Mimpi yang baik; ini merupakan kabar yang baik dari Allah.
  2. Mimpi yang buruk; ini dari setan.
  3. Mimpi tentang apa yang terbetik dalam diri.

Ketiga jenis mimpi ini disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh al-Imam Muslim [no. 2263] dan selain beliau dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

  1. Adab Bila Bermimpi

Ini termasuk kesempurnaan Islam. Tidak ada sesuatu pun dalam Islam yang lepas dari bimbingan syariat. Maka dari itu, berbahagialah orang yang menerima bimbingan Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam.

  • Adab Bila Bermimpi yang Baik

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan adab apabila seseorang bermimpi yang baik. Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ الرُّؤْيَا يُحِبُّهَا فَإِنَّهَا مِنَِ اللهِ فَلْيَحْمَدِ اللهَ عَلَيْهَا وَلْيُحَدِّثْ بِهَا

“Apabila seseorang bermimpi yang disukainya, sesungguhnya itu datang dari Allah. Hendaklah dia memuji Allah dan menceritakannya kepada orang lain.” (HR. al-Bukhari no. 6985 dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu)

Dalam hadits di atas ada dua adab yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat seseorang bermimpi baik, yaitu memuji Allah dengan mengatakan, “Alhamdulillah,” dan menceritakannya kepada orang lain.

 

  • Adab Bila Bermimpi yang Buruk

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskannya dalam lanjutan hadits di atas,

وَإِذَا رَأَى غَيْرَ ذَلِكَ مِمَّا يَكْرَهُ فَإِنَّمَا هِيَ مِنْ الشَّيْطَانِ، فَلْيَسْتَعِذْ مِنْ شَرِّهَا وَلاَ يَذْكُرْهَا لأَحَدٍ فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ

“Apabila dia bermimpi yang selain itu (yakni yang tidak disukai), itu dari setan. Hendaklah dia berlindung dari (kejahatan) setan dan jangan menceritakannya kepada orang lain karena hal itu tidak akan membahayakannya.”

Di dalam hadits ini ada dua adab yang disebutkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu berlindung kepada Allah dari kejahatan setan dan tidak menceritakannya kepada orang lain.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan adab yang lain bila bermimpi buruk, seperti:

  • Meludah tiga kali ke arah kiri

Hal ini dijelaskan oleh Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau,

وَلْيَتْفِلْ ثَلاَثًا

“Hendaklah dia meludah sedikit[3] tiga kali.”  (HR. al-Bukhari no. 6986 dan Muslim no. 2261 dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu)

 

  • Mengubah posisi tidur

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan,

وَلْيَتَحَوَّلْ عَنْ جَنْبِهِ الَّذِي كَانَ عَلَيْهِ

Hendaklah dia berpindah dari posisi tidur sebelumnya.” (HR. Muslim no. 2261 dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu)

  • Shalat

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan,

فَلْيَقُمْ إِلَى الصَّلاَةِ

Hendaklah dia shalat.” (HR. Muslim no. 2263 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)

Inilah beberapa pembahasan singkat tentang adab bila bermimpi.

 

Penutup

Ibnul Qayyim (Zadul Ma’ad 2/143) menjelaskan bahwa tidur itu ada dua fungsi dan faidah bagi setiap orang.

  1. Memberikan rasa nyaman kepada badan dari rasa lelah.
  2. Menghancurkan makanan dan mematangkan segala campuran makanan.

Wallahu a’lam.

 

Ditulis oleh al-Ustadz Abu Usamah Abdur Rahman bin Rawiyah

 

[1] HR. al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 1208 dan dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani di dalam Shahih al-Adab al-Mufrad no. 918.

[2] HR. al-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad no. 1207 dan at-Tirmidzi dalam Sunan beliau no. 3066, dan dinyatakan sahih oleh asy-Syaikh al-Albani dalam kitab beliau, Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2316, Shahih Adabul Mufrad no. 917, ash-Shahihah no. 585, al-Misykat no. 2155 dan ar-Raudh no. 227.

[3] Makna at-tafl adalah meniup disertai sedikit ludah. At-tafl lebih besar daripada an-nafts. (an-Nihayah, -ed.)

adab tidurdoa bangun tidurdoa mau tidurmimpimimpi buruktidur tengkurap