Dalam rentang waktu yang lama sekali, mereka berdiri menanti di Padang Mahsyar. Padahal matahari sangat dekat jaraknya dengan mereka. Mereka dibanjiri oleh keringatnya sendiri sesuai dengan amalannya. Mereka merasakan panas yang dahsyat, kesempitan hidup dan keletihan yang luar biasa karena lamanya menunggu keputusan, yakni selama 50 ribu tahun.[1]
Ketika hal ini terjadi, sebagian mereka—dengan hidayah Allah subhanahu wa ta’ala—membicarakan guna melepaskan mereka dari tempat mereka menunggu keputusan yang sangat lama waktunya dan sangat memberatkan mereka situasinya. (Syarh Lum’atul I’tiqad, Syaikh Shalih al-Fauzan hlm. 206)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
هَلۡ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن يَأۡتِيَهُمُ ٱللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِّنَ ٱلۡغَمَامِ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَقُضِيَ ٱلۡأَمۡرُۚ وَإِلَى ٱللَّهِ تُرۡجَعُ ٱلۡأُمُورُ
“Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.” (al-Baqarah: 210)
Kisah Terjadinya Syafaat Rasulullah
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dia berkata,
Dihidangkan untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam masakan daging. Dipilihkan untuk beliau daging paha bagian depan yang merupakan kesukaan beliau. Beliau pun menggigitnya lalu bersabda,
“Aku adalah pemimpin manusia pada hari kiamat. Tahukah kalian, mengapa? Allah akan mengumpulkan seluruh umat manusia dari yang pertama hingga yang terakhir di suatu tempat yang seorang penyeru akan mampu memperdengarkan (seruan) kepada mereka semuanya. Pandangan mata akan mampu menembus mereka semuanya, sedangkan matahari dekat sekali. Kesedihan dan kesusahan meliputi mereka, sampai mereka tidak mampu menanggung dan merasakannya.
Orang-orang berkata, ‘Tidakkah kalian saksikan apa yang menimpa kalian? Tidakkah kalian tahu siapa yang mampu memberikan syafaat kepada kalian di hadapan Rabb kalian?’
Sebagian mereka lalu berkata kepada sebagian yang lain, ‘Kalian harus datang kepada Adam.’
Namun, Adam mengajukan alasan. Kemudian mereka menemui Nuh. Namun, dia juga mengajukan alasan. Kemudian mereka menemui Ibrahim, tetapi dia mengajukan alasan pula. Kemudian mereka menemui Musa, ternyata dia juga mengajukan alasan. Setelah itu mereka menemui Isa, tetapi dia juga mengajukan alasannya.
Baca juga:
Akhirnya mereka menemui Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan mengatakan, ‘Wahai Muhammad, engkau adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang. Berikanlah syafaat kepada kami di hadapan Rabbmu. Tidakkah engkau lihat keadaan kami?’
Akupun berangkat sampai di bawah Arsy. Lalu aku tersungkur sujud kepada Rabbku azza wa jalla. Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala membukakan untukku pujian-pujian dan sanjungan yang baik untuk-Nya, yang belum Dia bukakan kepada seorang pun sebelumku.
Kemudian dikatakan (kepadaku), ‘Wahai Muhammad, angkatlah kepalamu dan mintalah, niscaya kamu akan diberi. Berilah syafaat, niscaya akan diterima (syafaatmu).’
Aku pun mengangkat kepalaku kemudian aku katakan, ‘Umatku, wahai Rabbku. Umatku, wahai Rabbku.’
Baca juga:
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala datang untuk menentukan keputusan hukum di antara hamba-Nya. Maknanya, Allah subhanahu wa ta’ala benar-benar datang dengan cara yang Dia kehendaki, sebagaimana firman-Nya,
كَلَّآۖ إِذَا دُكَّتِ ٱلۡأَرۡضُ دَكًّا دَكًّا ٢١ وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلۡمَلَكُ صَفًّا صَفًّا ٢٢
“Jangan (berbuat demikian). Apabila bumi digoncangkan berturut-turut, dan datanglah Rabbmu; sedangkan malaikat berbaris-baris.” (al-Fajr: 21—22)
Inilah syafaat agung yang khusus bagi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. (Syarh Lum’atul I’tiqad, Syaikh Shalih al-Fauzan hlm. 207)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam,
وَمِنَ ٱلَّيۡلِ فَتَهَجَّدۡ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبۡعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحۡمُودًا
“Dan pada sebagian malam hari bertahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (al-Isra: 79)
Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قَالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ؛ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barang siapa berdoa setelah mendengar azan,
اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلَاةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيلَةَ وَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِي وَعَدْتَهُ
‘Ya Allah, Rabb yang memiliki panggilan yang sempurna dan shalat yang akan ditegakkan ini. Karuniakanlah kepada Muhammad al-wasilah dan keutamaan. Bangkitkanlah baginya kedudukan yang terpuji yang Engkau telah janjikan untuknya,’
niscaya dia akan mendapatkan syafaatku pada hari kiamat (dengan izin-Nya).” (HR. al-Bukhari no. 579, “Kitabul Adzan”, “Bab ad-Du’a ‘inda an-Nida”, dari Jabir bin Abdillah radhiallahu anhu)
Catatan Kaki
[1] Beliau hafizhahullah mengisyaratkan kepada salah satu penafsiran firman Allah subhanahu wa ta’ala,
تَعۡرُجُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ إِلَيۡهِ فِي يَوۡمٍ كَانَ مِقۡدَارُهُۥ خَمۡسِينَ أَلۡفَ سَنَةٍ
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (al-Ma’arij: 4)
Lihat Tafsir Ibnu Katsir (4/357).