‘Aisyah Bintu Thalhah

(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman bintu ‘Imran)

 

‘Aisyah bintu Thalhah bin ‘Ubaidillah Ummu ‘Imran Al-Madaniyah rahimahallah, putri salah seorang sahabat mulia yang dijanjikan dengan surga, Thalhah bin Ubaidillah z. Ibunya adalah putri Abu Bakr Ash-Shiddiq z, Ummu Kultsum. Dari pernikahan orang mulia, Thalhah dan Ummu Kultsum, terlahirlah Aisyah bintu Thalhah, seorang wanita Quraisy yang mulia di masanya.
Dia disunting oleh putra pamannya, Abdullah bin Abdurrahman bin Abu Bakr Ash-Shiddiq t. Namun ketetapan takdir Ilahi memisahkan dua insan ini. Abdullah mendahului sang istri kembali ke hadapan Penciptanya.
Sepeninggal suaminya, ‘Aisyah dipinang oleh Mush’ab bin Az-Zubair t yang kala itu menjabat sebagai gubernur ‘Iraq. Mush’ab memberikan mahar padanya sebesar seratus ribu dinar. Ternyata Mush’ab pun mendahuluinya menghadap Allah k.
‘Aisyah kemudian menikah dengan ‘Umar bin ‘Ubaidillah bin Ma’mar At-Taimi dengan mahar sejuta dirham.
‘Aisyah bintu Thalhah rahimahallah, seorang wanita yang turut menyebarkan ilmu. Dia meriwayatkan hadits dari bibinya, ‘Aisyah Ummul Mukminin x. Riwayatnya pun dinukil oleh orang-orang setelahnya.
Yahya bin Ma’in t menyatakan tentangnya, “Tsiqah, hujjah,” sebagai tanda bahwa dia wanita yang kokoh dan terpercaya dalam periwayatan. Sementara Abu Zur’ah Ad-Dimasyqi t mengatakan, “Dia seorang wanita yang begitu mulia. Orang-orang meriwayatkan darinya karena berbagai keutamaan yang dimilikinya serta adabnya.”
Tahun 110 H, ‘Aisyah bintu Thalhah wafat di Madinah. Semoga Allah l meridhainya.

Sumber bacaan:
Siyar A’lamin Nubala’, Al-Imam Adz-Dzahabi (4/369-370)
Tahdzibul Kamal, Al-Imam Al-Mizzi (35/237-238)