Salah satu Asmaul Husna (nama-nama yang paling baik bagi Allah ‘azza wa jalla) adalah al-A’la yang berarti Yang Mahatinggi. Nama Allah ‘azza wa jalla lain yang semakna adalah al-‘Ali dan al-Muta’al.
Dalil Nama Allah Al-A’la, Al-‘Ali, dan Al-Muta’al
Adapun dalil yang menunjukkan nama-nama tersebut adalah sebagai berikut:
- Firman Allah ‘azza wa jalla,
سَبِّحِ ٱسۡمَ رَبِّكَ ٱلۡأَعۡلَى
“Sucikanlah nama Rabbmu Yang Mahatinggi.” (al-A’la: 1)
- Firman Allah ‘azza wa jalla,
وَهُوَ ٱلۡعَلِيُّ ٱلۡعَظِيمُ
“Dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.” (al-Baqarah: 255)
- Firman Allah ‘azza wa jalla,
عَٰلِمُ ٱلۡغَيۡبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ٱلۡكَبِيرُ ٱلۡمُتَعَالِ
“Yang mengetahui semua yang gaib dan yang tampak; Yang Mahabesar lagi Mahatinggi.” (ar-Ra’d: 9)
Adapun dari hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, di antara dalilnya adalah sebagai berikut.
- Sahabat Hudzaifah radhiallahu anhu berkata,
كَانَ -يَعْنِي النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَقُولُ فِي رُكُوعِهِ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ؛ وَفِي سُجُودِهِ: سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى
“Nabi dalam rukuknya membaca, ‘subhana rabbiyal ‘azhim’ (Mahasuci Rabbku Yang Mahaagung); dan dalam sujudnya membaca, ‘subhana rabbiyal a’la’ (Mahasuci Rabbku Yang Mahatinggi).” (Sahih, HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Majah, dan Ahmad. At-Tirmidzi menilainya sahih, demikian pula al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil no. 333 dan Shahih Sunan Abu Dawud no. 871)
- Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
كَلِمَاتُ الْفَرَجِ: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
“Kalimat-kalimat untuk jalan keluar ialah
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ
‘Tiada Ilah yang benar selain Allah yang Maha Pemaaf, Maha Pemurah, dan Mahamulia. Tiada Ilah yang benar selain Allah yang Mahatinggi dan Mahaagung. Tiada Ilah yang benar selain Allah, Rabb sekalian langit yang tujuh dan Rabb Arsy yang agung’.” (Sahih, HR. Ibnu Abi ad-Dunya dan al-Kharaithi. Lihat ash-Shahihah no. 2045)
Arti Nama Allah Al-A’la
Allah subhanahu wa ta’ala adalah al-A’la, Dzat Yang Mahatinggi. Ketinggian Allah subhanahu wa ta’ala mencakup tiga macam ketinggian.
-
‘Uluw al-qadr atau ‘uluw ash-shifat
‘Uluw al-qadr atau ‘uluw ash-shifat artinya ialah Allah Mahatinggi dan Mahasuci dari segala kekurangan dan aib. Milik-Nya lah seluruh sifat kesempurnaan. Demikian juga, sifat-sifat yang Allah ‘azza wa jalla miliki adalah yang paling tinggi dan paling sempurna.
-
‘Uluw al-qahr
‘Uluw al-qahr artinya ialah Allah yang unggul di atas selain-Nya. Allah mengalahkan dan mengatur yang selain-Nya.
-
‘Uluw adz-dzat
‘Uluw adz-dzat artinya ketinggian Dzat Allah ‘azza wa jalla di atas seluruh makhluk-Nya. Hal itu karena Allah ‘azza wa jalla di atas Arsy-Nya (singgasana-Nya), terpisah dari makhluk-Nya, tidak menyatu atau melebur pada diri makhluk-Nya. Hal ini sebagaimana firman-Nya,
إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِۖ
“Sesungguhnya Rabb kalian ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia naik di atas Arsy untuk mengatur segala urusan.” (Yunus: 3)
Berdasarkan hal ini, sangatlah keliru apabila dikatakan bahwa Allah ‘azza wa jalla ada di mana-mana.
Ahlus Sunnah wal Jamaah meyakini segala macam sifat ketinggian Allah ‘azza wa jalla karena semuanya disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits.
Kesalahan Memahami Nama Allah Al-A’la
Sementara itu, ahli bid’ah tidak mengimani ketinggian Dzat-Nya.
Di antara mereka ada yang mengatakan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menyatu dengan makhluk-Nya. Dari sinilah—disadari atau tidak—muncul pernyataan bahwa Allah di mana-mana.
Ada pula yang beranggapan bahwa Allah ‘azza wa jalla menitis pada makhluk-Nya atau sebagian makhluk-Nya.
Ada pula yang mengatakan bahwa Allah ‘azza wa jalla tidak bersambung dengan alam, tidak pula terpisah darinya.
Keyakinan ahli bid’ah dengan pelbagai macamnya ini merupakan keyakinan yang bertentangan dengan dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah yang sahih. Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan.
Faedah Mengimani Nama Allah Al-A’la
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,
“Apabila seseorang mengetahui bahwa Allah subhanahu wa ta’ala di atas segala sesuatu, dia akan tahu kadar kekuasaan-Nya terhadap makhluk-Nya. Dengan demikian, dia akan takut kepada Allah ‘azza wa jalla dan mengagungkan-Nya. Apabila seseorang takut kepada Rabbnya sekaligus mengagungkan-Nya, dia akan bertakwa kepada-Nya, melaksanakan kewajiban-Nya, dan meninggalkan larangan-Nya.”
Sumber Bacaan
- Shifatullah Azza wa Jalla al-Waridah fil Kitabi was Sunnah, hlm. 186
- Syarh al-‘Aqidah al-Wasithiyyah, karya Ibnu Utsaimin, hlm. 140 dan 340
- Syarh al-‘Aqidah al-Wasithiyyah, karya Muhammad al-Harras, hlm. 91
- at-Tanbihat as-Sunniyyah, hlm. 51
- Syarh an-Nuniyyah, karya Muhammad al-Harras, hlm. 65 dan 68
- Syarh Asma`illah al-Husna, karya Said al-Qahthani, hlm. 78
- Tafsir as-Sa’di, hlm. 946
- Mukadimah Mukhtashar al-‘Uluw, hlm. 52—53