Makna-Makna Asmaul Husna

Para ulama mengatakan bahwa kemuliaan sebuah ilmu dinilai dari kemuliaan yang dipelajari. Artinya, ilmu yang paling mulia adalah ilmu yang mempelajari tentang Dzat yang Mahamulia, yaitu Allah subhanahu wa ta’ala, hak, nama, dan sifat-sifat-Nya.

Tak mengherankan apabila Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberikan motivasi kepada umat ini untuk mempelajari tentang asma (nama) dan sifat Allah dengan menyebut keutamaan mempelajarinya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً إِلاَّ وَاحِدًا، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama, seratus kurang satu. Barang siapa melakukan ihsha` padanya, ia akan masuk ke dalam janah (surga).” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiallahu anhu)

Makna ihsha` apabila kita terjemahkan berarti ‘menghafal/menyebut’. Akan tetapi, apakah sekadar itu maksudnya?

Tentu tidak demikian. Ibnul Qayyim rahimahullah jelaskan bahwa ihsha` memiliki tiga tingkatan:

  1. Menyebut lafaz-lafaznya dari jumlah yang ada.
  2. Memahami makna dan kandungannya.
  3. Berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan nama-nama itu. Maksudnya, memuji-Nya dengan nama-nama Allah dan memohon kepada-Nya dengan menyebut nama-nama itu.

Demikianlah. Memang, setiap nama Allah akan melahirkan sikap ibadah tertentu pada diri seseorang ketika ia mengetahui makna/arti nama itu dan memahaminya.

Baca juga: Mengenal Allah

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan,

“Setiap sifat Allah subhanahu wa ta’ala memiliki pengaruh ibadah tertentu. Itu merupakan konsekuensi dari kandungan sifat tersebut dan kemestian dari ilmu tentangnya….”

Berikut ini penjelasannya.

Ketika seorang hamba, misalnya, mengetahui bahwa Allah subhanahu wa ta’ala sendirilah yang memberikan manfaat dan mudarat, memberikan karunia atau menghalanginya, menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, dan mematikan; hal itu akan membuahkan sikap ibadah kepada-Nya dengan tawakal kepada-Nya dalam batinnya. Selain itu, juga akan menimbulkan konsekuensi dari tawakal serta buahnya secara lahiriah… Dengan demikian, seluruh ibadah kembali pada konsekuensi kandungan asma dan sifat Allah.” (Miftah Daris Sa’adah, dinukil dari Ziyadatul Iman wa Nuqshanuhu, hlm. 188—189 dengan ringkas)

Atas dasar itu, kami merasa sangat perlu untuk menerangkan satu per satu makna Asmaul Husna—nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala yang berada pada puncak kebaikan—secara berkesinambungan dalam rubrik Khazanah ini.

Allah subhanahu wa ta’ala sajalah yang memberikan taufik.

(Ustadz Qomar Z.A., Lc.)

 

Asmaul husnamaknanama allahnama nama Allah