Ayo Shalat Berjamaah!

السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

 

“Yang penting shalat!” begitu kata sebagian orang kala diingatkan untuk shalat berjamaah. Banyak dari umat Islam yang memang meremehkan perkara shalat berjamaah ini. Perilaku abai terhadap shalat berjamaah ini lantas berimbas pada budaya keseharian. Bertamu, belanja, resepsi pernikahan, acaraacara pertemuan atau rapat-rapat instansi, acara olah raga, bahkan pengajian, demikian sering menabrak waktu shalat. Tak urung acara-acara bid’ah. Banyak orang yang sedang “yasin tahlil”, mauludan (peringatan Maulud Nabi), rejeban(peringatan Isra’ Mi’raj), “shalawatan”, hadrah, atau pentas nasyid, tak jua bergeming kala azan berkumandang, padahal mereka senantiasa mengklaim, apa yang dilakukan adalah amalan Islam, amalan kecintaan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, demi mengenang beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam, dll.

Kondisi nahas ini bahkan menimpa sebagian kelompok dakwah. Ada yang nyaring meneriakkan ukhuwah Islamiyah, di sanasini berteriak khilafah, yang berteriak pun menyandang gelar aktivis dakwah, namun banyak dari mereka yang enggan bergegas kala hendak ditegakkan shalat berjamaah.

Padahal, Islam mesti direalisasikan secara kaffah. Tidak hanya memerhatikan satu sisi, lantas mengabaikan yang lainnya. Memprioritaskan sesuatu yang kurang penting, namun hal yang justru diprioritaskan oleh Rasulullah n terabaikan. Mengedepankan angan-angan, namun tidak diiringi implementasi keagamaan. Alhasil, muncul sikap-sikap meremehkan akidah, apalagi “hanya” soal shalat berjamaah. Shalat berjamaah sejatinya adalah perekat ukhuwah yang paling nyata kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Kala kita disibukkan dengan berbagai aktivitas sehari-hari, sehingga untuk mengenal atau bertemu tetangga saja terasa sulit, shalat berjamaah lima waktu ataupun shalat Jumat menjadi media efektif untuk saling mengenal dan menjalin silaturahmi antarsesama. Diharapkan dengan seringnya bertemu, akan tumbuh dalam diri umat Islam perasaan saling menyayangi dan akan saling mengetahui keadaan sesamanya. Yang sakit dijenguk, yang meningga ldiantarkan jenazahnya, dan yang kesusahan akan cepat dibantu.

Sayangnya, masjid sekarang hanya ramai ketika shalat Jumat atau shalat tarawih. Saat salat lima waktu, masjid hanya terisi dua tiga shaf. Inilah sifat manusia, kala mendatangi dunia, mereka rela antri berjam-jam: mendapatkan tiket konser musik, tiket sepakbola tim kesayangan, pesta diskon, dsb. Mereka rela begadang hanya demi menonton sepak bola, main game, atau internetan, lantas meninggalkan shalat subuh berjamaah karena ketiduran.

Padahal, shalat berjamaah senantiasa dipelihara oleh Rasulullah n dan para sahabatnya. Dalam keadaan genting sekalipun, seperti perang, shalat berjamaah tetap ditegakkan. Rasulullah n, dalam hadits, bahkan tidak memberi keringanan kepada orang yang buta untuk meninggalkan shalat berjamaah selama dirinya mendengar panggilan azan. Sebagai salah satu syiar Islam, tentu shalat berjamaah harus tampak di masyarakat, sehingga tidak sekadar dikerjakan di rumah atau di kamar.

Jadi, shalat berjamaah tidak sekadar merujuk pada aktivitas shalat yang dilakukan secara bersama sama, tetapi ada penekanan: dilakukannya di masjid. Bukan pula soal beda pahala dengan shalat sendirian, melainkan karena hikmah dan keutamaan. Shalat berjamaah demikian sarat akan nilai sosial. Di dalam shalat berjamaah, segala status sosial atau atribut keduniaan ditanggalkan. Yang kaya bisa berdampingan dengan si miskin, yang profesor bisa sejajar dengan orang yang hanya berpendidikan formal rendah, yang rakyat pun bisa berbaur dengan pejabat. Ukhuwah yang terbentuk juga bukan karena satu partai, melainkan benar-benar karena bersatunya hatihati kaum muslimin. Dengan shalat berjamaah juga akan mendisiplinkan individu muslim untuk mengatur atau memenej waktunya. Tuntutan jam kerja tidaklah bisa dijadikan dalih bahwa kita telah menjadi manusia supersibuk untuk kemudian meninggalkan shalat berjamaah.

Perlu diingat, masjid didirikan bukan untuk bemegah-megahan atau tujuan wisata, melainkan untuk dimakmurkan. Karena pentingnya shalat berjamaah, Allah Subhanahu wata’ala menjanjikan pahala yang besar, dan Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa memotivasi untuk mengerjakannya. Apalagi shalat adalah rukun kedua dan tiangnya agama. Secara umum, kemalasan untuk shalat akan mendorong kemalasan yang lainnya. Berani meninggalkan shalat berarti lebih berani meninggalkan yang lainnya. Selanjutnya, terputuslah hubungannya dengan Allah Subhanahu wata’ala, na’udzubillah.

Oleh karena itu, ayo shalat berjamaah!

والسلام عليكم ورحمة الله و بركاته

pengantar redaksi