Sikap Terhadap Sesama Muslim

Seseorang berkata kepada Umar bin Abdul Aziz rahimahullah,

اجْعَلْ كَبِيرَ الْمُسْلِمِينَ عِنْدَكَ أَبًا، وَصَغِيرَهُمُ ابْنًا، وَأَوْسَطَهَمْ أَخًا، فَأَيُّ أُولَئِكَ تُحِبُّ أَنْ تُسِيءَ إِلَيْهِ؟

“Anggaplah orang tua dari kalangan muslimin di sisi Anda sebagai bapak; jadikanlah yang masih muda di antara mereka sebagai anak; dan yang pertengahan umurnya sebagai saudara; maka siapakah di antara mereka yang Anda ingin berbuat buruk kepadanya?”

Di antara ucapan Yahya bin Mu’adz ar-Razi rahimahullah,

لِيَكُنْ حَظُّ الْمُؤْمِنِ مِنْكَ ثَلَاثَةً: إِنْ لَمْ تَنْفَعْهُ فَلاَ تَضُرَّهُ، وَإِنْ لَمْ تُفَرِّحْهُ فَلاَ تُغَمِّهِ، وَإِنْ لَمْ تَمْدَحْهُ فَلاَ تَذُمَّهُ

“Hendaknya seorang mukmin mendapati tiga hal ini dari Anda. Jika Anda tidak bisa memberi manfaat kepadanya, janganlah memberinya mudarat; jika Anda tidak mampu membuatnya gembira, janganlah membuatnya sedih; dan jika Anda tidak memberi pujian kepadanya, janganlah mencelanya.”

(Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab al-Hanbali, hlm. 456)

permata salaf