HOAKS RASA ARAB SAUDI

Dengan segala kekurangannya, Arab Saudi kini menjelma menjadi simbol Islam terbesar, apalagi dengan penerapan syariatnya yang sangat baik. Dengan segala cara pula, musuh-musuh Arab Saudi dan Islam, berusaha mendiskreditkan Arab Saudi. Berbagai berita miring yang menyudutkan Arab Saudi, selalu hangat digoreng oleh mereka yang terusik dengan dakwah tauhid yang menjadi dasar Negara tersebut.

Media-media mainstream, yang katanya anti-hoax, paling bersemangat kala ada hoax yang menyulut kebencian terhadap Arab Saudi. Padahal sumber hoax tersebut tidak jauh-jauh dari media pro-Iran (yang memang anti-Arab Saudi), media anti-Islam, media yang suka cari sensasi, dan semacamnya.

Jika ujaran kebencian terhadap Arab Saudi dengan gegap gempita disebar, secara otomatis sisi baik Arab Saudi niscaya akan nihil dari pemberitaan. Imbasnya pun terasa, Arab Saudi juga dicitrakan sebagai negara yang tidak pernah peduli atau membantu negara-negara muslim. Sebaliknya, bantuan (baca: pinjaman) dari negara-negara Barat sering mengisi headline media-media mainstream.

Memang bukan soal nilai, ini soal membesar-besarkan peran Barat terhadap dunia Islam. Nilai bantuan Barat sering tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan bantuan Arab Saudi. Belum lagi, bantuan Arab Saudi adalah murni hibah, sedangkan bantuan Barat dalam bentuk soft loan yang tetap harus dikembalikan.

Sudah tidak terhitung lagi, hibah Arab Saudi kepada Palestina, Afganistan, Suriah, Yaman, Indonesia, Bosnia, dan Rohingya. Tidak hanya itu, Arab Saudi juga menampung para pengungsi dari daerah konflik seperti Suriah dan Myanmar (Rohingya). Tindakan Pemerintah Arab Saudi ini bahkan didukung fatwa para ulamanya.

Stigma buruklah yang sering ditelan mentah-mentah oleh kalangan “tokoh” Islam. Terutama mereka yang secara ideologis pembenci Arab Saudi, seperti kelompok Khawarij (al-Qaeda, ISIS, dll), Islam liberal, sufi dan penyembah kubur, Hizbut Tahrir, dsb. Di luar Islam, ada Syiah Rafidhah, Nasrani, Yahudi, dan sebagainya. Para simpatisannya jelas menjadi sukarelawan penyebar hoax miring tentang Arab Saudi.

 

Baca juga:

Khawarij, Kelompok Sesat Pertama dalam Islam

dan

Pelajaran dari Sejarah Munculnya Khawarij

 

Masih ingatkah berita tentang dibukanya Halal Sex Shop di Makkah, fatwa “Bolehnya Makan Daging Istri”, Israel bantu Arab Saudi serang Yaman, Arab Saudi mendeportasi tiga pria ganteng warganegara UEA, Arab Saudi mencambuk wanita korban perkosaan, makam Rasulullah n hendak dibongkar, dan rumah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam di Makkah dijadikan WC umum? Semua itu terbukti hoax. Padahal media-media mainstream tanah air juga latah memberitakannya. Memang kelihatannya sepele, tetapi itu sudah cukup membuat citra Arab Saudi terjun bebas.

Demikian juga tuduhan bahwa Arab Saudi menjadi sarang Islam radikal sebagaimana dilayangkan beberapa kalangan Islam tanah air. Arab Saudi justru telah bertindak nyata dengan menghancurkan kelompok-kelompok radikal dan menangkapi pentolannya. Di sisi lain, ulamanya memfatwakan sesatnya , haramnya takfir, dan seterusnya.

Walau tidak paham dengan hakikat dakwah asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, banyak pihak dengan entengnya menjustifikasi Wahabi sebagai gerakan radikal. Dakwah tauhid asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang memerangi kesyirikan dan amalan bid’ah, memang membuat pihak yang mengamalkannya seperti cacing kepanasan. Kebencian mereka terhadap Arab Saudi sampai ke ubun-ubun.

Kita tidak menutup mata, layaknya manusia biasa, pemerintah dan ulama Arab Saudi bisa jadi memiliki kekurangan. Namun, jangan sampai ini menjadikan kita berlaku tidak adil; menyebar kebencian, lantas begitu rupa menyebarkan hoax rasa Arab Saudi.

 

Baca juga:

Siapakah Wahabi?

arab saudihoaxliberalradikalteroriswahabi