Mematahkan Logika Dangkal Islam Liberal

السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

 

Islam demikian bercahaya saat kaum muslimin mengagungkan ulamanya. Saat kita dihadapkan pada permasalahan agama, ulama menjadi tempat kita bertanya. Saat kita dibelit banyak kesulitan hidup, ulama menjadi tempat kita merujuk. Agama benar-benar terbentengi dengan keberadaan ulama.

Para ulama dengan banyak kemuliaan: hafal banyak hadits, bahasa Arab demikian fasih, ilmu tafsir yang mumpuni, dan amalan keseharian mereka yang sulit ditiru, namun mereka tetap terbingkai dengan akhlak mulia. Dengan segala kelebihan itu, mereka justru bersikap wara’ (berhatihati) saat berbicara soal agama.

Berbeda dengan orang-orang pada masa sekarang. Banyak orang dengan modal alat yang minim (kalau tidak mau disebut tidak ada) dengan mudahnya berfatwa. Pelawak, artis, ustadz gaul, dan orang-orang yang bukan ahlinya, dengan entengnya berbicara masalah agama.

Yang paling miris adalah kalangan Islam Liberal. Mereka menafsirkan agama seenaknya, tanpa mengacu pada kaidah-kaidah bahasa dan tafsir yang jelas. Modal mereka cuma logika, dengan sedikit bermain kata tentu saja. Dipaksa-paksa supaya terlihat masuk akal, tetapi sejatinya logikanya begitu dangkal. Apalagi saat mereka berani melabrak perkara-perkara akidah dan hukum yang sudah “mainstream”.

Islam Liberal dan yang semacamnya sebenarnya bukan barang baru. “Penafsiran” secara serampangan sebenarnya sudah muncul sejak dahulu. Sebutlah nama Dzul Khuwaisirah yang menghardik Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, agar bersikap adil. Tidak hanya menafsirkan “adil” menurut versinya. Dzul Khuwaishirah terbukti berani melawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, orang yang berbicara atau bersikap sesuai dengan apa yang diwahyukan Allah ‘azza wa jalla.

Dzul Khuwaishirah dengan pengikutnya, di kemudian hari mengerucut menjadi Khawarij, sebuah firqah pertama dalam Islam. Firqah yang jauh sebelumnya memang sudah diberitakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemunculannya. Kelompok ini, dengan sepak terjangnya yang penuh beragam teror, selain memecah belah umat, juga memperburuk citra Islam sejadi-jadinya. Alhasil, Islam malah menuai antipati. Bagi muslim yang imannya lemah, justru kian membuat mereka menjauh dari agamanya.

“Teror” semacam ini pula yang tengah digencarkan Islam Liberal. Tak hanya memecah belah umat, teror Islam Liberal ini juga membuat kaum muslimin menjauh dari agama yang benar. Pemikiran-pemikiran JIL yang aneh sekaligus nyeleneh, membuat kaum muslimin yang lemah imannya mudah dininabobokan dengan retorika mereka yang dikemas indah.

Gerakan Pengacau Pemikiran ini memang harus diwaspadai, tapi tak perlu ditakuti. Jawaban-jawaban al-Qur’an dan as-Sunnah sudah cukup tersedia untuk membenamkan pemikiran mereka. Islam Liberal tak lebih dari akal-akalan dari pemikiran yang sangat dangkal.

 

والسلام عليكم ورحمة الله و بركاته

pengantar redaksi