Mendamba Khilafah Islamiyyah

السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Bersatunya Islam tanpa sekat-sekat nasionalisme yang sempit adalah kondisi ideal yang didamba mayoritas umat Islam. Toh semua itu bukan utopia karena masyarakat Islam sesungguhnya pernah merasakan masa-masa itu beberapa abad silam.

Barangkali sebagiannya masih dilatari kerinduan akan kebesaran dan kejayaan Islam di masa lalu. Namun yang pasti, nilai-nilai Islam yang melingkupi kehidupan masyarakat dunia adalah keadaan yang mesti diperjuangkan dan diwujudkan demi terciptanya tatanan global yang damai dan berkeadilan. Sehingga tidak ada lagi imperialisme politik dan ekonomi sebagaimana yang dikembangkan Amerika dan negara pemegang modal lainnya. Pun tak ada lagi diskriminasi warna kulit karena semuanya disatukan di bawah payung Islam.

Akhirnya, khilafah Islam menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Namun persoalan menjadi lain, ketika kekhalifahan menjadi tujuan utama dakwah. Lebih-lebih jika kemudian dakwah tauhid yang menjadi inti dakwah para rasul justru diabaikan. Umat kemudian disibukkan dengan cara-cara pencapaian khilafah yang jauh dari tuntunan Islam.

Dari ‘sekedar’ demonstrasi dengan mengusung tema-tema kekhilafahan, bergelut dengan parpol dengan target menguasai kursi di parlemen, kudeta berdarah untuk menumbangkan rezim yang dianggap sekuler, hingga berbagai aksi teror yang tak kian jelas tujuan dan hasil akhirnya.

Cara-cara tersebut di atas seakan melupakan bahwa sendi khilafah Islam adalah masyarakat, sebagaimana dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membangun kejayaan Islam dari bawah. Artinya, masyarakatlah yang paling utama disentuh dengan dakwah. Dan ini memang butuh kesabaran. Sehingga ketika ‘negara Islam’ telah tumbuh di hati mereka, membangun kekhilafahan Islam bukanlah sesuatu yang sulit, bi idznillah.

Sehingga jangan harap kita akan mendapatkan pemimpin sekaliber Abu Bakr radhiallahu ‘anhu jika masyarakat masih jauh dari agama dan rusak akidahnya. Karena pemimpin adalah cermin masyarakat. Bila masyarakat jauh dari agamanya, tidak tahu hak-hak Allah, mungkinkah mereka dengan mudah diajak mendirikan khilafah? Yang sangat mungkin terjadi adalah kebalikannya, termasuk bagi para penyeru berdirinya khilafah Islam itu sendiri. Kenapa? Ya, mereka menyeru untuk mendirikan khilafah Islamiyyah, menyeru ditegakkannya syariat Islam, namun mereka tidak merintisnya dari diri mereka lebih dulu.

Pembaca, inilah topik kajian utama kita kali ini. Kami memandang persoalan khilafah Islamiyyah merupakan tema yang banyak menjadi agenda berbagai kelompok dakwah. Pemahaman yang keliru terhadap persoalan ini bisa memunculkan sikap-sikap keliru yang bisa membahayakan orang yang bersangkutan maupun orang lain. Mudah-mudahan kajian ini bisa memberikan pemahaman yang benar tentang khilafah Islamiyyah, memberikan pemahaman bagaimana cara mendirikannya, bagaimana menyikapi khilafah (pemimpin) yang ada sekarang, dan sebagainya.

Berikutnya, persoalan lain yang kami angkat adalah tentang bagaimana mengatasi problema yang muncul dalam sebuah rumah tangga, di lembar Sakinah. Problema adalah sesuatu yang akan senantiasa muncul dalam sebuah rumah tangga, milik siapa pun rumah tangga tersebut. Tidak semua pasangan suami istri mampu mengatasi problem yang ada dengan cara bijaksana. Terkadang malah muncul sikap yang menunjukkan jauhnya mereka dari tuntunan syariat dalam mengatasi persoalan antar suami istri. Jalan pintas yang dikira bisa menyelesaikan masalah pun banyak dipakai, yaitu munculnya ancaman cerai baik dari salah satu pihak maupun kedua pihak.

Yang menjadi persoalan adalah ketika ada sepasang suami istri yang dianggap oleh masyarakat sebagai orang-orang yang paham agama, namun dalam mengatasi problem keluarga justru lebih buruk dari orang awam. Dikhawatirkan, bila keadaan ini semakin banyak terjadi, bisa menjadi halangan dakwah yang cukup mengkhawatirkan. Sebuah halangan yang mestinya tidak perlu terjadi bila suami istri mau bersikap dewasa dan tidak menurutkan ego masing-masing.

Nah pembaca, selamat menikmati sajian kami.

والسلام عليكم و رحمة الله و بركاته

pengantar redaksi