Racun Pluralisme Agama

السلام عليكم ورحمة الله و بركاته

 

Teologi Pluralis. Isme yang menghusung ide penyatuan berbagai agama yang ada di muka bumi ini, sejatinya telah lama digagas oleh sejumlah ‘tokoh Islam’ beberapa abad silam. Belakangan, ide nyleneh ini meruak lagi di tengah umat. Lagi-lagi, yang berada di balik upaya pengkaburan agama ini adalah orang-orang yang selama ini ditokohkan oleh umat.

Jadilah ide ini tumbuh bak jamur di musim hujan. Hampir tak ada polemik yang meramaikan media massa saat itu. Yang menentang terpaksa ‘kalah’ tertelan mesin opini yang tentu saja digerakkan oleh mereka yang anti Islam.
Situasi yang tidak kondusif bagi para pembela Islam itu diperparah dengan maraknya kasus bom di tanah air. Aksi-aksi kekerasan yang tak bisa dipungkiri dilakukan oleh oknum-oknum pemeluk Islam, benar-benar dimanfaatkan secara maksimal oleh kelompok pro-pluralisme. Berbagai peristiwa itu dan kian mendapat tempatnya kalangan Islam ‘moderat’ (baca: orang-orang tak paham Islam), kemudian dijadikan momentum untuk makin mengukuhkan berbagai gagasan dan upaya untuk mencari kesamaan persepsi (termasuk dalam hal ini prinsip aqidah) di antara berbagai pemeluk agama yang ada. Semua ajaran agama mengajarkan kebaikan, tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk membunuh sesama, adalah secuil propaganda ‘manis’ yang banyak ditelan mentah-mentah oleh umat.

Di sisi lain, beberapa interest group (kelompok pemerhati) yang menghusung ide ini kian intensif menjual dagangannya baik dalam seminar, forum dialog, pernyataan di sejumlah media massa, ataupun dalam bentuk ritus berupa doa bersama, renungan perdamaian, dan sebagainya.

Jadilah, menurut mereka, semua agama sama, semua mengajarkan kebaikan, tidak perlu ada klaim ajaran yang paling benar, istilah kafir hanya akan memicu pertumpahan darah, dan sebagainya.

Berbagai kemasan indah propaganda itu seolah menafikan banyak ayat dalam Al Qur’an yang secara jelas menyebut dan memposisikan orang-orang kafir.

Ironinya, orang-orang Islam sendiri yang paling bersemangat dan paling lantang menyuarakan dan ‘mendakwahkan’ gagasan gila ini. Faktanya, dalam menggawangi isme ini, mereka yang digelari ‘guru bangsa’ itu tak segan-segan mengeluarkan berbagai dalil ngawur dan fatwa instant untuk meyakinkan umat.
Siapa saja para tokoh yang terlibat konspirasi besar untuk meruntuhkan aqidah Islam ini? Lalu bagaimana kita harus menyikapi ‘agama’ baru ini? Jawabannya dapat pembaca simak dalam Kajian utama. Di dalamnya, juga dikupas batasan-batasan toleransi dalam Islam. Karena kita tahu, toleransi yang selama ini banyak diterapkan secara salah kaprah oleh kaum muslimin merupakan pintu gerbang utama masuknya isme ini, sekaligus menjadi senjata andalan para ‘pendekar pluralisme’.

Di Lembar Sakinah, Rubrik Mengayuh Biduk mengangkat peran domestik kaum istri/ibu dalam rumah tangga. Sebuah tugas nan mulia yang diemban mereka, namun dikampanyekan secara negatif oleh kaum feminis dan aktivis perempuan anti Islam.

Untuk Ramadhan kali ini, mungkin kami hanya sedikit menampilkan kajian yang mengangkat seputar Ramadhan dan shalat Ied. Tapi, insya Allah kami tetap berupaya memberikan sajian terbaik kepada anda, pembaca.

Selamat menyimak!

 

والسلام عليكم ورحمة الله و بركاته

pengantar redaksipluralisme