Akidah Salaf tentang Al-Qur’an

Al-Qur’anul Karim adalah kitab Allah yang paling mulia. Allah Subhanahu wata’ala menguatkan Rasul-Nya yang mulia, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan mukjizat teragung, yakni al-Qur’anul Karim. Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, “Mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam —yang merupakan tanda/bukti bahwa beliau adalah Rasul Allah yang haq—banyak sekali. Mukjizat teragung yang ada pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah al-Qur’anul Karim. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَقَالُوا لَوْلَا أُنزِلَ عَلَيْهِ آيَاتٌ مِّن رَّبِّهِ ۖ قُلْ إِنَّمَا الْآيَاتُ عِندَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُّبِينٌ () أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَرَحْمَةً وَذِكْرَىٰ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Dan orang-orang kafir Makkah berkata, “Mengapa tidak diturunkan kepadanya mukjizat-mukjizat dari Rabbnya?” Katakanlah, “Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata.” Apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) yang sedang dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (al-Qur’an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (al- Ankabut: 50—51)

Al-Qur’anul Azhim adalah mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang terbesar dan paling bermanfaat bagi orang yang mau mentadaburi dan mengikutinya, karena al-Qur’an adalah mukjizat yang akan terus ada sampai hari kiamat.” (al-Muntaqa) Allah Subhanahu wata’ala telah menantang bangsa Arab—padahal mereka adalah orang  yang paling fasih berbahasa—untuk mendatangkan yang semisal al-Qur’an dan mereka tidak mampu melakukannya. Allah Subhanahu wata’ala mengabadikan tantangan-Nya dalam firman-Nya,

قُل لَّئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَن يَأْتُوا بِمِثْلِ هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ظَهِيرًا

Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat mendatangkan yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (al-Isra’: 88)

Ada beberapa masalah akidah yang penting dan harus diyakini seorang muslim terkait dengan al-Qur’an. Seorang muslim haruslah mengetahui masalah-masalah tersebut sehingga memiliki keyakinan yang benar dalam keimanannya kepada al-Qur’an. Di antara masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut.

Kedudukan Al-Qur’an di Antara Kitab- Kitab Lain yang Allah Subhanahu wata’ala Turunkan

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Seluruh kitab-kitab yang terdahulu mansukh (terhapus hukumnya) oleh al-Qur’anul Azhim. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ

‘Kami turunkan kepadamu kitab (yakni al-Qur’an) dengan haq membenarkan kitab-kitab yang mendahuluinya dan sebagai hakim atasnya.’ (al-Maidah: 48)

Maksudnya, sebagai hakim atasnya. Oleh karena itu, tidak boleh mengamalkan hukum apa pun yang ada dalam kitab terdahulu kecuali yang sahih dan dibenarkan oleh al-Qur’an.” (Syarah Tsalatsatil Ushul)

Asy-Syaikh Muhammad bin Ibrahim rahimahullah berkata, “Al-Qur’an adalah kitab samawi yang paling akhir, penutup kitab-kitab yang diturunkan, kitab yang paling panjang, paling mencakup, dan sebagai hakim bagi kitab-kitab lainnya.

وَمَا كَانَ هَٰذَا الْقُرْآنُ أَن يُفْتَرَىٰ مِن دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِن رَّبِّ الْعَالَمِينَ

‘Tidaklah mungkin al-Qur’an ini dibuat oleh selain Allah; tetapi (al-Qur’an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukumhukum yang telah ditetapkannya.Tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb semesta alam.(Yunus: 37)

مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

‘Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, melainkan sebagai pembenar (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman’ (Yusuf: 111).”

Kemudian beliau berkata, “Al-Qur’an adalah risalah Allah Subhanahu wata’ala kepada seluruh makhluk. Allah Subhanahu wata’ala telah menjamin penjagaannya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

‘Kamilah yang menurunkan al- Qur’an dan Kami yang akan menjaganya. (al-Hijr: 9)

Allah Subhanahu wata’ala tak akan menerima dari siapa pun agama selain yang dibawa oleh al-Qur’an.”

Allah Subhanahu wata’ala Menjaga Al-Qur’an

Allah Subhanahu wata’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini. Allah Subhanahu wata’ala menjaganya dari perubahan, penambahan, pengurangan, dan penggantian. Allah Subhanahu wata’ala telah menjamin penjagaannya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Kamilah yang menurunkan al- Qur’an dan Kami yang akan menjaganya.” (al-Hijr: 9)

Penjagaan Allah Subhanahu wata’ala mencakup penjagaan terhadap sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebab, Allah Subhanahu wata’ala menjaga al-Qur’an lafadz dan maknanya, sedangkan makna al- Qur’an dijelaskan oleh sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan Kami turunkan al-Qur’an kepadamu agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” (an-Nahl: 44)

Asy-Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata, “Al-Qur’an dijaga ketika diturunkan dan setelahnya. Ketika diturunkan, ia dijaga dari pencurian semua setan yang terkutuk. Setelah turun, dijaga dengan cara Allah Subhanahu wata’ala masukkan ke dalam kalbu Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga terjaga di dalam kalbu Rasul-Nya dan umatnya. Allah Subhanahu wata’ala menjaga lafadz-lafadznya dari perubahan, penambahan, dan pengurangan. Allah Subhanahu wata’ala menjaga maknamaknanya dari penggantian. Tidak ada orang yang mencoba menyelewengkan maknanya dari makna yang benar kecuali Allah Subhanahu wata’ala akan memunculkan orang yang menjelaskan kebenaran yang jelas.

Ini termasuk tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala yang agung dan nikmat-Nya yang terbesar bagi hamba-Nya yang beriman. Di antara bentuk penjagaan-Nya kepada al-Qur’an, Allah Subhanahu wata’ala menjaga ahlul Qur’an dari musuh-musuh mereka. Allah Subhanahu wata’ala tidak akan menguasakan musuh mereka untuk menguasai mereka.” (Taisir al-Karimirrahman) Isi Al-Qur’an Semua Tentang Tauhid Ibnul Qayim rahimahullah berkata, “Mayoritas surat dalam al-Qur’an, bahkan semuanya, mengandung dua macam tauhid ini, mempersaksikan dan menyeru kepadanya. Sebab, al-Qur’an bisa jadi:

• Berupa berita tentang Allah Subhanahu wata’ala, tentang nama, sifat, perbuatan, dan ucapan Allah Subhanahu wata’ala. Itu adalah tauhid ilmi khabari.

• Berupa seruan untuk beribadah kepada-Nya saja, tidak ada sekutu bagi- Nya, dan berlepas diri dari sesuatu yang dijadikan sesembahan selain Allah Subhanahu wata’ala. Ini adalah tauhid iradi thalabi.

• Berupa perintah dan larangan, mengharuskan untuk taat kepada-Nya, mengikuti perintah dan larangan-Nya. Ini adalah penyempurna tauhid.

• Berupa berita tentang kemuliaan bagi orang bertauhid, bagaimana mereka diperlakukan di dunia dan di akhirat kelak. Ini adalah balasan bagi orang yang mentauhidkan-Nya.

• Berupa berita tentang orang yang berbuat syirik dan bagaimana mereka diperlakukan di dunia dengan bencana dan di akhirat kelak dengan azab. Ini adalah balasan bagi orang yang keluar dari mentauhidkan-Nya. Al-Qur’an seluruhnya berisi tentang tauhid, hak serta balasannya, tentang syirik, dan pelakunya serta balasan bagi mereka.” (Madariju as-Salikin)

Al-Qur’an Akan Diangkat di Akhir Zaman

Menjelang terjadinya hari kiamat, Allah Subhanahu wata’ala mengangkat al-Qur’an dari dada-dada manusia. Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Perkara pertama yang akan hilang dari agama kalian adalah amanat dan yang paling akhir adalah shalat. Akan ada satu kaum yang shalat dalam keadaan mereka tidak memiliki agama. Al-Qur’an yang ada di antara kalian sebentar lagi akan diangkat.” Seorang muridnya berkata, “Wahai Abu Abdirahman, bagaimana diangkatnya? Allah Subhanahu wata’ala telah menetapkannya di hatiNo. hati kami dan dalam mushaf kami.” Ibnu Masud radhiyallahu ‘anhu berkata, “Akan diangkat dalam satu malam, tidak akan ada lagi yang tertinggal di dada ataupun mushaf.” Di dalam Sunan ad-Darimi juga, dari Ibnu Masud radhiyallahu ‘anhu, “Al-Qur’an akan diangkat pada suatu malam. Tidak ada lagi satu ayat pun di mushaf atau dada manusia kecuali akan diangkat.” Al-Qur’an adalah Firman Allah Subhanahu wata’ala, Bukan Makhluk Di antara prinsip akidah Ahlus Sunnah yang terpenting dalam masalah ini adalah keyakinan bahwa al-Qur’an adalah firman Allah Subhanahu wata’ala, bukan makhluk. Allah Subhanahu wata’alaberfirman,

وَإِنْ أَحَدٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ

“Dan jika seorang di antara orangorang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah.” (at-Taubah: 6)

Asy-Syaikh Abdurahman as-Sa’di rahimahullah berkata, “Dalam firman Allah Subhanahu wata’ala ini, ada hujah yang kokoh bagi mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah yang menegaskan bahwasanya al-Qur’an adalah firman Allah Subhanahu wata’ala, bukan makhluk.” Al-Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Al- Qur’an adalah kalamullah dan bukanlah makhluk. Janganlah kamu lemah untuk menyatakan, ‘Al-Qur’an bukan makhluk.’ Sesungguhnya kalamullah (al-Qur’an) itu datang dari Allah Subhanahu wata’ala. Sesuatu yang berasal dari Dzat-Nya itu bukanlah makhluk. Jauhilah berdebat dengan orang rendahan dalam masalah ini dan dengan orang lafdziyah (ahlul bid’ah yang mengatakan, ‘Lafadzku ketika membaca al-Qur’an adalah makhluk’) dan orang lainnya; atau dengan orang yang tawaquf (abstain) dalam masalah ini yang berkata, ‘Aku tidak tahu, al- Qur’an itu makhluk atau bukan, yang jelas al-Qur’an itu adalah kalamullah.’ Ketahuilah (bahwasanya keyakinan Ahlus Sunnah adalah), al-Qur’an adalah kalamullah, bukan makhluk.” Jaminan Bagi yang Berpegang Teguh dengan Al-Qur’an Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Allah Subhanahu wata’ala menjamin seorang yang membaca al-Qur’an dan mengamalkannya tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.” Kemudian beliau radhiyallahu ‘anhu membaca,

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ() قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا () قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنسَىٰ

Barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia, “Ya Rabbku, mengapa Engkau mengumpulkanku dalam keadaan buta, padahal aku dahulu adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman, “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan.” (Thaha: 124—126)

Demikian sebagian masalah akidah yang terkait dengan al-Qur’anul Karim. Mudah-mudahan kita senantiasa bisa memahami perkara agama ini sesuai dengan pemahaman salafus shalih dan mendapatkan taufik dari Allah Subhanahu wata’ala untuk beramal sebagaimana salafus shalih beramal. Amin.

Ditulis oleh Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak

mukjizat