Pertanyaan:
Bagaimanakah cara shalat istikharah yang benar? Jika seseorang menghadapi suatu urusan dan hatinya sudah ada kecenderungan terhadap salah satu pilihan dari urusan tersebut, apakah boleh tetap melakukan shalat istikharah? Ataukah hatinya harus ‘netral’ dulu dari kedua pilihan itu? Apakah ada batasan dalam melakukan shalat istikharah?
Jawaban:
Shalat istikharah disyariatkan pada setiap urusan yang akan dia lakukan meskipun dalam hatinya sudah ada kecenderungan pada salah satu dari pilihan urusannya.
Baca juga: Adakah Shalat Hajat dan Shalat Tobat?
Jabir bin Abdullah radhiallahu anhuma berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُ أَصْحَابَهُ الْاِسْتِخَارَةَ فِي الْأُمُورِ كُلِّهَا، كَمَا يُعَلِّمُهُمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ يَقُولُ: إِذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ بِالْأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ، ثُمَّ لِيَقُلْ:
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengajari para sahabatnya istikharah dalam semua urusan seperti beliau mengajarkan surah Al-Qur’an kepada mereka. Beliau bersabda, “Jika salah seorang dari kalian berencana melakukan sesuatu, hendaknya dia shalat dua rakaat yang bukan shalat wajib, kemudian membaca (doa istikharah),
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ عَلَّامُ الغُيُوبِ، اللَّهُمَّ فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ هَذَا الأَمْرَ – ثُمَّ تُسَمِّيهِ بِعَيْنِهِ – خَيْرًا لِي فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ – قَالَ: أَوْ فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي – فَاقْدُرْهُ لِي وَيَسِّرْهُ لِي، ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ، اللَّهُمَّ وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّهُ شَرٌّ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي – أَوْ قَالَ: فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ – فَاصْرِفْنِي عَنْهُ، وَاقْدُرْ لِي الخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ رَضِّنِي بِهِ
Baca juga: Menyoal Urusan Gaib
‘Ya Allah, sungguh, aku meminta pilihan dengan ilmu-Mu, meminta ketentuan dengan takdir-Mu, aku meminta karunia-Mu yang besar. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa, sedangkan aku tidak berkuasa. Engkau mengetahui dan aku tidak mengetahui. Engkau Maha Mengetahui perkara gaib.
Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa urusanku ini (sebutkan urusan Anda) lebih baik bagiku, agamaku, hidupku, dan akhir urusanku, berilah aku kemampuan untuk melakukannya. Mudahkanlah urusanku dan berilah aku berkah padanya.
Namun, jika Engkau tahu bahwa urusanku ini (sebutkan urusan Anda) jelek bagiku dalam hal agama, kehidupan, dan akhir urusanku, palingkanlah urusan itu dariku. Palingkanlah aku dari urusan itu. Tentukanlah kebaikan itu untukku di manapun ia, dan jadikanlah aku ridha dengannya’.” (HR. al-Bukhari no. 7390)
Baca juga: Doa-Doa Ketika Tertimpa Kesempitan dan Kesedihan
Adanya kecenderungan pada salah satu pilihan tidak menghalangi seseorang melakukan shalat istikharah. Para ulama menyebutkan,
لَا خَابَ مَن اسْتَخَارَ وَلَا نَدِمَ مَنْ اسْتَشَارَ
“Tidak menyesal orang yang beristikharah dan tidak kecewa orang yang bermusyawarah.”
Wallahu a’lam bish-shawab.
(Ustadz Abu Ishaq Abdullah Nahar)