Dalil Nama Allah Al-Jamil
Di antara Asmaul Husna adalah al-Jamil (اَلْجَمِيْلُ), Yang Mahaindah.
Nama Allah Al-Jamil ini terdapat dalam hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ. قاَلَ رَجُلٌ: إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ: إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ، الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Tidak akan masuk surga, siapa saja yang dalam kalbunya ada (walaupun) seberat semut kecil dari kesombongan.”
Seseorang mengatakan, “Ada orang suka apabila baju dan sandalnya bagus.”
Nabi menjawab, “Sesungguhnya Allah Mahaindah dan mencintai keindahan. Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim, “Kitab al-Iman”, “Bab Tahrimul Kibr wa Bayanuhu”, dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu)
Arti Nama Allah Al-Jamil
Ibnul Qayyim mengatakan pada beberapa bait syairnya,
Dan Dia Mahaindah sebenar-benarnya, bagaimana tidak!
padahal seluruh keindahan alam adalah
Sebagian dari pengaruh keindahan-Nya
maka Rabbnya lebih utama dan lebih pantas, menurut yang berpengetahuan
Keindahan-Nya pada Dzat, sifat, perbuatan, dan nama-Nya, dengan bukti!
Tiada sesuatu pun yang menyerupai Dzat dan sifat-Nya
Mahasuci Dia dari kedustaan sang pendusta
Syaikh Muhammad Khalil Harras menerangkan,
“Nama (Allah) al-Jamil adalah nama-Nya yang berasal dari kata al-jamal. Kata ini memiliki arti keindahan yang banyak. Sifat keindahan yang tetap bagi Allah subhanahu wa ta’ala adalah keindahan yang mutlak, yang benar-benar keindahan. Keindahan segala yang wujud ini, dengan beraneka warna dan ragamnya, adalah sebagian buah keindahan-Nya. Jadi, Allah subhanahu wa ta’ala tentu lebih utama dalam hal memiliki sifat keindahan dibandingkan dengan segala sesuatu yang indah. Sebab, Pemberi keindahan kepada alam ini pasti berada pada puncak sifat keindahan. Dialah Yang Mahaindah pada Dzat-Nya, nama-Nya, sifat-Nya, dan perbuatan-Nya.
Keindahan Dzat-Nya merupakan sesuatu yang tidak mungkin bagi hamba untuk mengungkapkannya sedikit pun atau menjangkau sebagian hakikatnya. Namun, cukup bagi Anda (gambaran berikut ini). Penghuni surga merasakan segala kenikmatan abadi, kelezatan yang beraneka ragam, dan kebahagiaan yang tidak terkira. Namun, ketika mereka melihat Rabb mereka dan menikmati keindahan-Nya, mereka lupa dengan segala yang mereka rasakan. Kenikmatan yang mereka rasakan terasa lenyap. Mereka berharap seandainya mereka terus berada pada keadaan ini. Tiada sesuatu yang lebih mereka sukai daripada larut dalam menyaksikan keindahan ini.
Baca juga: Mengenal Allah
Di samping itu, penghuni surga juga memperoleh keindahan dari keindahan Allah subhanahu wa ta’ala sehingga menambah keindahan mereka. Mereka tinggal dalam kerinduan yang abadi untuk melihat-Nya. Karena itu, mereka berbahagia dengan hari al-mazid (ditambahnya nikmat dengan melihat Allah) dengan kebahagiaan yang hampir-hampir kalbu mereka terbang karenanya.
Berikutnya, keindahan nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala. Seluruh nama Allah subhanahu wa ta’ala sangat indah. Bahkan, nama-nama Allah merupakan nama yang terbaik dan terindah secara mutlak. Seluruh nama-Nya menunjukkan kesempurnaan pujian-Nya, keagungan-Nya, keindahan-Nya, dan kebesaran-Nya. Sama sekali tidak ada pada nama-Nya yang tidak baik dan tidak indah.
Selanjutnya, keindahan sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala. Seluruh sifat-Nya adalah sifat-sifat kesempurnaan dan keagungan, sifat-sifat sanjungan dan pujian. Bahkan, sifat-sifat-Nya merupakan sifat yang paling luas dan paling sempurna pengaruh dan kaitannya. Lebih-lebih sifat kasih sayang, kebaikan, kemurahan, kedermawanan, dan pemberian nikmat.
Adapun keindahan perbuatan Allah subhanahu wa ta’ala; perbuatan Allah subhanahu wa ta’ala berkisar antara perbuatan baik yang terpuji dan tersyukuri, dan perbuatan adil-Nya yang terpuji karena sesuai dengan hikmah dan pujian. Tiada kesia-siaan dalam perbuatan-Nya. Tiada pula kebodohan, kecurangan, atau kezaliman. Bahkan, seluruh perbuatan Allah adalah baik, kasih sayang, lurus, berpetunjuk, adil, dan hikmah.
Baca pula: Di Bawah Naungan Keindahan & Kesempurnaan Syariat Allah
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (menceritakan ucapan Hud),
إِنِّي تَوَكَّلۡتُ عَلَى ٱللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمۚ مَّا مِن دَآبَّةٍ إِلَّا هُوَ ءَاخِذُۢ بِنَاصِيَتِهَآۚ إِنَّ رَبِّي عَلَىٰ صِرَٰطٍ مُّسۡتَقِيمٍ
“Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Rabbku dan Rabbmu. Tidak ada satu binatang melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Rabbku di atas jalan yang lurus.” (Hud: 56)
Hal itu karena kesempurnaan perbuatan-Nya mengikuti kesempurnaan Dzat dan sifat-Nya. Sebab, perbuatan adalah buah dari sifat, sedangkan sifat-Nya—sebagaimana kami katakana—adalah sifat yang paling sempurna. Maka dari itu, tidak diragukan bahwa perbuatan-Nya adalah perbuatan yang paling sempurna.
Buah Mengimani Nama Allah Al-Jamil
Syaikh as-Sa’di rahimahullah mengatakan,
“Ibadah yang muncul karena nama al-Jamil adalah tumbuhnya rasa cinta dan penghambaan kepada-Nya. Seorang hamba juga akan memberikan kecintaannya yang murni untuk-Nya. Dengan demikian, kalbunya akan senantiasa bertasbih dalam taman-taman ilmu tentang-Nya dan medan keindahan-Nya. Hamba akan berbahagia dengan buah keindahan dan kesempurnaan-Nya yang dia dapatkan karena sesungguhnya Allah Mahaagung dan Mahamulia.”
Sumber Bacaan
- Syarh Nuniyyah Ibnul Qayyim, karya al-Harras
- Shifatullah al-Waridah fil Kitab was Sunnah, Alwi as-Saqqaf
- Syarh Asma`illah al-Husna, karya Said al-Qahthani
(Ustadz Qomar, Z.A., Lc.)