Merasa Nyaman dengan Hukuman

Hukuman terberat adalah ketika seorang yang dihukum tidak merasakan hukuman tersebut. Parahnya lagi ketika ia justru senang dengan hukuman itu. Ini seperti seorang yang bahagia dengan harta yang haram dan merasa nyaman dengan dosanya. Orang yang semacam ini tidak akan beruntung.

Sungguh, saya perhatikan keadaan kebanyakan ulama dan ahli zuhud, saya memandang mereka berada dalam suatu hukuman tetapi mereka tidak merasakannya. Kebanyakannya karena mereka punya orientasi mencari kepemimpinan.

Seorang yang berilmu dari mereka marah ketika kesalahannya dibantah. Seorang penceramah membuat-buat keindahan dalam ceramahnya. Seorang yang ahli zuhud, ternyata munafik dan mengharap pujian.

Awal hukuman bagi mereka adalah berpalingnya mereka dari kebenaran karena sibuk mencari perhatian makhluk. Barang siapa yang hukumannya tidak tampak, ia akan kehilangan manisnya bermunajat dengan Allah ‘azza wa jalla, dan kehilangan kelezatan ibadah.

Kecuali orang-orang yang beriman, baik laki-laki maupun perempuan, Allah ‘azza wa jalla menjaga bumi dengan mereka. Batin mereka sama dengan lahiriah mereka. Bahkan, batin mereka lebih tampak. Yang tersembunyi sama dengan yang tampak, bahkan lebih jelas. Cita-cita mereka setinggi bintang kejora, bahkan lebih tinggi lagi.

Apabila dikenal. mereka justru tidak suka. Jika Anda lihat karamah (hal keluarbiasaan) pada mereka, mereka merasa tidak punya karamah.

Manusia tidak sadar dengan keberadaan mereka, sementara mereka sudah jauh melintasi padang sahara.

Mereka dicintai belahan bumi dan para malaikat di langit berbangga dengan mereka.

Kami memohon kepada Allah taufik-Nya untuk bisa mengikuti jejak mereka dan menjadikan kita termasuk pengikut mereka. (Ibnul Jauzi, kitab ash-Shaid)

ditulis oleh Al-Ustadz Qomar Suaidi