Ikhlas untuk Allah dalam Bertugas

Ikhlas untuk Allah ketika bertugas

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, hafizhakumullah (semoga Allah menjaga Anda semua).

Artikel ini adalah seri kedua dari tulisan yang dibagi menjadi beberapa seri. Bagi yang belum membaca seri pertama, mohon berkenan membuka tautan berikut.

Tidak Ada yang Sia-Sia di Sisi Allah

Berhati-Hati dari Niat yang Tidak Ikhlas

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan kepada Anda.

Selalu perhatikan niat Anda. Jangan sampai amalan dan ibadah mulia yang sedang Anda lakukan ini ternodai dengan ketidakikhlasan. Sebab, apabila suatu amalan tidak ikhlas, sungguh kelak pada hari kiamat amalan tersebut akan sia-sia. Allah subhanahu wa ta’ala akan menjadikannya seperti debu yang beterbangan.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَقَدِمۡنَآ إِلَىٰ مَا عَمِلُواْ مِنۡ عَمَلٍ فَجَعَلۡنَٰهُ هَبَآءً مَّنثُورًا

“Dan Kami datangi segala amal yang mereka telah kerjakan (dahulu di dunia), lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (al-Furqan: 23)

Imam al-Baghawi menafsirkan, “Maksudnya, amalan yang sudah mereka kerjakan tersebut batal (tidak dianggap) dan sama sekali tidak mendapatkan pahala. Sebab, mereka tidak mempersembahkan amalannya (tidak ikhlas) hanya untuk Allah azza wa jalla.” (Ma’alim at-Tanzil 6/79)

Betapa mengerikannya amalan yang tidak ikhlas. Oleh karena itu, jagalah selalu keikhlasan niat Anda. Jangan sampai Anda hanya mendapatkan lelah dan capek, tanpa pahala dan ridha dari-Nya.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, “Orang yang beramal tanpa keikhlasan atau tidak mencontoh ajaran Nabi, seperti seorang musafir yang mengisi penuh tas bawaannya dengan batu. Itu hanya akan membebani/memberati perjalanannya, tanpa manfaat sedikit pun.” (al-Fawaid hlm. 49)

Apabila datang di hati Anda perasaan ingin dipuji, riya’ (ingin amalannya dilihat manusia), sum’ah (ingin amalannya didengar manusia), cinta kedudukan, dsb.; berhati-hatilah. Mintalah pertolongan dan perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Segera tampik dan lawan. Bersemangatlah untuk terus mengobati kalbu Anda, jangan berhenti.

Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah mengatakan, “Tidaklah aku mengobati sesuatu pun yang lebih berat kurasakan daripada mengobati niatku. Sebab, niat itu berbolak-balik atasku.” (Diriwayatkan oleh al-Khathib al-Baghdadi dalam al-Jami’ Li Akhlaq ar-Rawi Wa Adab as-Sami’ no. 697)

Pahala Anda Bergantung pada Keikhlasan dan Ihtisab Anda

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan dan kelancaran kepada Anda.

Semakin kuat keikhlasan Anda ketika beramal, semakin berlipat pula pahala yang Anda peroleh. Demikan pula, semakin Anda ber-ihtisab (mengharap pahala) kepada Allah, semakin besar pula ganjaran yang Dia berikan kepada Anda.

Abdullah bin Mubarak rahimahullah mengatakan,

رُبَّ عَمَلٍ صَغِيْرٍ تُكَثِّرُهُ النِّيَّةُ، وَرُبَّ عَمَلٍ كَثِيْرٍ تُصَغِّرُهُ النِّيَّةُ

Betapa banyak amalan yang sepertinya kecil, tetapi menjadi besar/berpahala berlipat di sisi Allah dengan sebab niat. Sebaliknya pula, betapa banyak amalan yang besar/banyak, tetapi menjadi kecil/berkurang pahalanya di sisi Allah dengan sebab niat.” (Siyar A’lam an-Nubala 15/416)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Setiap amalan pasti mengandung niat-niat dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (HR. al-Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907 dari sahabat Umar bin al-Khaththab radhiyallahu anhu. Lafaz hadits di atas adalah lafaz Imam al-Bukhari)

Ada beberapa hal penting terkait hadits di atas:

  1. Ada dua penggalan kalimat dalam hadits di atas.
  • Pertama, innamal a’maalu binniyyaat, yang artinya “setiap amalan pasti mengandung niat-niat”.
  • Kedua, wa innamaa likullimri in maa nawaa, yang artinya “setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang dia niatkan”.
  1. Apakah dua penggalan kalimat di atas bermakna sama?

Sebagian ulama berpendapat bahwa setiap penggalan kalimat di atas memiliki makna tersendiri, tidak sekadar pengulangan. Artinya, makna penggalan pertama berbeda dengan makna penggalan kedua.

  1. Innamal a’maalu binniyyaat, artinya “setiap amalan pasti mengandung niat-niat”. Kalimat ini menetapkan bahwa setiap amalan pasti mengandung niat.
  2. Wa innamaa likullimri in maa nawaa, artinya “setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang dia niatkan”. Kalimat ini menjelaskan bahwa balasan yang akan didapatkan sesuai dengan niat pelakunya. Apakah dia meniatkan ikhlas hanya untuk Allah? Ataukah di kalbunya ada tujuan selain-Nya?
  3. Oleh karena itu, boleh jadi ada dua orang yang melakukan suatu amalan yang sama persis. Namun, pahala yang diperoleh bisa jadi tidak sama. Apa yang membedakan? Niat dan keikhlasannya.
  4. Sebagian ulama mengatakan, “Ibadahnya orang yang lalai (tidak memperhatikan/menghadirkan niat ikhlas), dikhawatirkan akan menjadi kebiasaan atau rutinitas saja. Sebaliknya, kebiasaan atau rutinitas orang yang selalu memperhatikan/menghadirkan niat (ikhlas), akan bernilai ibadah di sisi Allah.”
  5. Contohnya ada dua orang yang sama-sama makan. Yang satu meniatkannya dalam rangka mengamalkan firman Allah (yang artinya), “Makan dan minumlah kalian! Namun, jangan berlebihan!” (al-A’raf: 31) supaya kuat beribadah kepada-Nya.

Yang satu lagi makan hanya karena lapar tanpa meniatkan apa-apa, tidak sebagaimana niat orang yang pertama. Dengan demikian, kegiatan makan orang yang pertama bernilai ibadah. Adapun kegiatan makan orang yang kedua sekadar kebiasaan/rutinitas.

(Lihat at-Talkhish al-Mu’in ‘Ala Syarh al-Arba’in li asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin hlm. 4)

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, semoga Allah membalas Anda dengan pahala yang berlipat-lipat.

Bisa jadi, terkadang kesibukan, konsentrasi, dan fokus kegiatan yang saat ini Anda jalani, membuat hati ini lalai atau kosong dari berniat ikhlas dan mengharapkan pahala serta ridha-Nya. Saking banyaknya tugas dan beban yang harus dihadapi, terkadang semuanya berlalu begitu cepat. Akhirnya, hati lalai mengingat Allah.

Oleh karena itu, selalu tanamkan dalam kalbu bahwa semua yang Anda lakukan adalah demi mengharap pahala, ridha, dan jannah (surga)-Nya. Jangan sampai lupa bahwa Anda sedang melakukan salah satu peribadahan yang paling utama dan berpahala besar, yaitu menolong jiwa sesama, bahkan menyelamatkan nyawa.

Semoga Allah senantiasa menolong kita untuk selalu berzikir mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan senantiasa memperbaiki ibadah untuk-Nya. Allaahumma a‘innaa ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika.

Kadar Pertolongan Allah Sesuai dengan Tawakal dan Keikhlasan

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya kepada Anda.

Dalam melaksanakan tugas dan amanat yang sedang dijalani, Anda pasti meginginkan kemudahan dan kelancaran. Pertolongan Allah adalah satu-satunya yang kita harapkan. Sungguh, kesulitan serumit apa pun akan menjadi mudah jika Allah sudah berkehendak memudahkan dan memberikan pertolongan-Nya.

Oleh karena itu, hendaklah Anda senantiasa menguatkan keikhlasan dan tawakal kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Sungguh, dengan selalu ikhlas dan bertawakal, Allah akan memudahkan segala urusan dan permasalahan yang sedang Anda hadapi.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَن يَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ فَهُوَ حَسۡبُهُۥٓۚ

“Barang siapa betawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi urusannya.” (ath-Thalaq: 3)

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menjelaskan,

“Barang siapa bertawakal kepada Allah, baik dalam urusan agama maupun dunia, dengan menyandarkan hanya kepada Allah saat berupaya mencapai suatu maslahat atau menolak mudarat, demikian pula dia yakin bahwa Allah akan memberikan kemudahan; niscaya Allah pasti mencukupi segala kebutuhannya. Maknanya, Allah akan memberikan kecukupan terhadap permasalahan yang dia bertawakal kepada Allah tersebut.” (Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan hlm. 869)

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, semoga Allah menjaga Anda semua.

Sungguh, kadar pertolongan Allah sesuai dengan keikhlasan, kesungguhan, dan kemurnian penyandaran Anda kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Bersungguh-sungguhlah dalam keikhlasan dan kejujuran Anda dalam beramal. Serahkan semuanya hanya kepada Allah, niscaya Dia akan menolong dan memberikan kemudahan dalam setiap urusan Anda.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

وَعَلَى قَدْرِ نِيَّةِ الْعَبْدِ وَهِمَّتِهِ وَمُرَادِهِ وَرَغْبَتِهِ فِي ذَلِكَ يَكُونُ تَوْفِيقُهُ سُبْحَانَهُ وَإِعَانَتُهُ

“Taufik dan pertolongan Allah sesuai dengan kadar niat (keikhlasan) seorang hamba, kesungguhan, tekad, dan keinginannya untuk mencapai kebaikan.” (al-Fawaid hlm. 97)

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan kemudahan dan kelancaran dalam segala urusan.

Bersungguh-Sungguh Mengamalkan Wirid & Doa Memohon Perlindungan

Saudaraku, segenap tenaga kesehatan yang sedang berjuang merawat masyarakat, semoga Allah senantiasa memberikan perlindungan kepada Anda.

Saat ini, Anda adalah garda terdepan dalam penanganan wabah COVID-19. Hampir pada sebagian besar waktu, Anda melakukan kontak dengan pasien ODP, PDP, suspect, atau pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19. Bahkan, bisa jadi sebagian dari Anda bertugas mengurus jenazahnya. Oleh karena itu, sesuai dengan SOP, APD (Alat Pelindung Diri) adalah sesuatu yang mutlak dan tidak bisa ditoleransi.

Agama Islam juga mengajarkan berbagai doa dan wirid harian yang memiliki keutamaan mendapatkan perlindungan dari Allah dari berbagai penyakit secara khusus, dan secara umum perlindungan dari segala macam mudarat dan keburukan. Sebagai seorang muslim yang baik, tentu kita akan melengkapi dan menyempurnakan semua ikhtiar dan tawakal kita dalam upaya memperoleh perlindungan dari berbagai penyakit secara khusus dan kemudaratan serta keburukan secara umum.

Berdoa, berzikir, berikhtiar, dan bertawakal; adalah sesuatu yang harus menjadi prioritas. Apa saja doa-doa yang pernah dilantunkan Nabi dalam memohon perlindungan dari berbagai penyakit? Wirid harian apa saja yang harus dijaga supaya terlindung dari berbagai keburukan dan kemudaratan? Terkait hal ini, mohon Anda berkenan membaca:

Pentingnya Doa dalam Menghadapi Wabah Penyakit

Memperbanyak Doa Meminta Perlindungan dari Segala Penyakit

Wirid Rutin Harian Sebagai Perlindungan dari Penyakit

Kaidah Penting Memahami Hubungan Sebab dan Akibat dalam Islam

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan perlindungan dan memudahkan segenap urusan Anda.

 

Ditulis oleh Ustadz Abu Ismail Arif