• Majalah Islam AsySyariah
Jumat, Maret 5, 2021
Majalah Asy Syariah
  • Beranda
  • Majalah
    • Tebar Asy-Syariah
    • Daftar Agen
    • Majalah Asy Syariah – Digital
  • Tanya Jawab
  • Artikel
    • All
    • Akhlak
    • Akidah
    • Doa
    • Hadits
    • Kajian Utama
    • Khutbah Jumat
    • Manhaji
    • Pengantar Redaksi
    • Permata Salaf
    • Surat Pembaca
    • Tafsir
    Akidah Ahmadiyah

    Akidah Ahmadiyah

    Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

    Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

    Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

    Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

    Kenabian dan Kerasulan Berakhir dengan Kenabian dan Kerasulan Muhammad

    Kenabian dan Kerasulan Berakhir dengan Kenabian dan Kerasulan Muhammad

    Biografi Syaikh Abdul Aziz bin Baz

    Biografi Syaikh Abdul Aziz bin Baz

    Jenis-Jenis Harta yang Terkena Zakat

    Jenis-Jenis Harta yang Terkena Zakat

    Trending Tags

    • Audio
      • Audio Tanya Jawab
      • Audio Kajian
      • Audio Khutbah Jumat
      • Audio Kutipan
    • Ebook
    No Result
    View All Result
    Majalah Asy Syariah
    • Beranda
    • Majalah
      • Tebar Asy-Syariah
      • Daftar Agen
      • Majalah Asy Syariah – Digital
    • Tanya Jawab
    • Artikel
      • All
      • Akhlak
      • Akidah
      • Doa
      • Hadits
      • Kajian Utama
      • Khutbah Jumat
      • Manhaji
      • Pengantar Redaksi
      • Permata Salaf
      • Surat Pembaca
      • Tafsir
      Akidah Ahmadiyah

      Akidah Ahmadiyah

      Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

      Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

      Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

      Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

      Kenabian dan Kerasulan Berakhir dengan Kenabian dan Kerasulan Muhammad

      Kenabian dan Kerasulan Berakhir dengan Kenabian dan Kerasulan Muhammad

      Biografi Syaikh Abdul Aziz bin Baz

      Biografi Syaikh Abdul Aziz bin Baz

      Jenis-Jenis Harta yang Terkena Zakat

      Jenis-Jenis Harta yang Terkena Zakat

      Trending Tags

      • Audio
        • Audio Tanya Jawab
        • Audio Kajian
        • Audio Khutbah Jumat
        • Audio Kutipan
      • Ebook
      No Result
      View All Result
      Majalah Asy Syariah
      No Result
      View All Result
      Home Aktual

      Larangan Mencela Pemerintah, Terkhusus pada Masa Wabah

      Tuntunan Islam Menghadapi Wabah Virus Corona & Lainnya (Bagian 16)

      Oleh Redaksi
      17/04/2020
      di Aktual, Seri Tuntunan Islam Menghadapi Wabah Virus Corona & Lainnya
      0
      gugus tugas covid19

      Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

      Pada artikel yang telah lalu, telah dijelaskan pembahasan tentang wajibnya seorang muslim untuk taat kepada pemerintahnya dalam perkara selain maksiat. Demikian pula telah dipaparkan larangan untuk bermaksiat dan tidak mentaati pemerintah, walaupun pemerintah tidak memenuhi hak kita, bahkan menuntut kita untuk memenuhi hak mereka.

      Hal ini (menahan diri dari mencela penguasa) kita lakukan semata-mata dalam rangka ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan untuk kepentingan duniawi, politik praktis, ekonomi, ataupun tendensi yang lain. Murni ikhlas dan meniatkan ini semua untuk ibadah kepada Allah semata. Silakan pembaca kembali mencermati:

      Seri 14: Nasihat untuk Bersungguh-Sungguh Menaati Pemerintah pada Masa Wabah

      Pada artikel kali ini, akan diterangkan tentang larangan dan haramnya mencela, mengumbar aib, atau menjelekkan pemerintah kaum muslimin. Hal ini penting untuk diingatkan terkhusus pada masa wabah COVID-19. Sebab, banyak kaum muslimin belum memahami dan mengilmui tentang hal ini.

      Akhirnya, mencela dan mengkritik penguasa di depan khalayak atau di media umum, menjadi sesuatu yang biasa; bahkan, seolah-olah menjadi sebuah “keharusan” dengan dalih demokrasi atau kebebasan berpendapat.

      Padahal, perbuatan tersebut merupakan salah satu dosa besar (sebagaimana nanti akan diterangkan). Sungguh, pada masa-masa wabah COVID-19 seperti ini, seharusnya kaum muslimin banyak bertobat dan beristigfar, seraya menghentikan semua perbuatan maksiat, apalagi dosa besar.

      Bagaimana kita berharap kepada Allah subhanahu wa ta’ala supaya wabah penyakit ini diangkat, sementara perbuatan maksiat (bahkan dosa besar) justru banyak dan semakin tersebar?

      Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberi kita taufik dan hidayah-Nya untuk menilai dan menimbang segala sesuatu dengan ilmiah berdasarkan dalil. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjauhkan kita dari hawa nafsu yang jelek dan berbagai kepentingan (yang buruk) pribadi atau kelompok.

      Tidak Boleh Mencela dan Mengumbar Aib Pemerintah

      Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

      Mencela, menghina, mengumbar aib, atau menjelekkan pemerintah kaum muslimin hukumnya haram. Pelakunya berhak mendapatkan dosa. Bahkan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengancam, siapa saja yang menghina pemimpinnya, Allah subhanahu wa ta’ala akan menghinakannya. Sebaliknya, barang siapa memuliakan penguasa dengan menolongnya dalam kebaikan, menaatinya dalam hal yang makruf, dan mendoakan kebaikan untuk mereka; Allah subhanahu wa ta’ala akan memuliakannya.

      Seorang tabi’in yang bernama Ziyad bin Kusaib al-‘Adawi menceritakan,

      “Aku pernah bersama sahabat Abu Bakrah radhiallahu anhu di bawah mimbar Ibnu ‘Amir. Saat berkhotbah, Ibnu ‘Amir mengenakan baju yang tipis. Kemudian, Abu Bilal berkomentar, ‘Lihatlah pemimpin kita! Dia mengenakan baju orang-orang fasik.’

      (Mendengar hal tersebut) sahabat Abu Bakrah radhiallahu anhu berkata, ‘Diam! Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

      مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ

      “Barang siapa merendahkan pemimpin Allah di bumi, Allah akan menghinakannya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2224. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 2224)

      Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

      Mari kita memperhatikan dan merenungi kisah di atas. Sahabat Abu Bakrah Nufai’ bin al-Harits radhiallahu anhu menasihati dan memperingatkan Abu Bilal yang mencela pakaian yang dikenakan pemimpin ketika itu (yakni Ibnu ‘Amir). Padahal, Abu Bilal hanya mencela pakaian yang dikenakan oleh Ibnu ‘Amir.

      Sahabat Abu Bakrah radhiallahu anhu melakukan hal itu bukan karena kepentingan politik praktis, ekonomi, atau kepentingan duniawi lainnya. Beliau melakukan yang demikan, semata-mata karena sabda yang pernah beliau dengar langsung dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

      Balasan Bagi Para Penghina Pemerintah Kaum Muslimin

      Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

      Kita sering membaca atau mendengar di internet ataupun media sosial, orang-orang yang selalu saja mencela pemerintah dalam setiap kebijakannya; termasuk pada masa wabah ini. Apabila pemerintah menetapkan suatu kebijakan (walaupun kebijakan tersebut baik), pasti akan langsung bermunculan komentar-komentar negatif dan celaan. Apalagi jika pemerintah melakukan suatu kesalahan, pasti akan langsung diviralkan dan dibongkar seluruh aib-aibnya.

      Apakah seperti ini bimbingan agama Islam? Tentu saja tidak.

      Agama Islam justru mengajari para pemeluknya untuk senantiasa taat kepada penguasanya (dalam perkara selain maksiat), menjaga wibawa para pemimpin, tidak mencelanya, mendoakan kebaikan untuk mereka, serta mendukung dan membantu pemerintah dalam perkara yang makruf, sesuai dengan kemampuan masing-masing.

      Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

      مَنْ أَكْرَمَ سُلْطَانَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي الدُّنْيَا أَكْرَمَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي الدُّنْيَا أَهَانَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

      “Barang siapa memuliakan pemimpin Allah Tabaraka wa Ta’ala di dunia, Allah akan memuliakannya pada hari kiamat kelak. Sebaliknya, barang siapa merendahkan pemimpin Allah Tabaraka wa Ta’ala di dunia, Allah akan menghinakannya pada hari kiamat kelak.” (HR. Ahmad no. 20433 dari sahabat Abu Bakrah radhiallahu anhu. Hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Silsilah as-Shahihah 5/376)

      Bentuk perendahan kepada penguasa ada beberapa macam:

      1. Mengolok-olok perintahnya. Contoh, apabila pemimpin memerintahkan sesuatu, dia berkomentar, “Coba lihatlah omongannya (tidak bermutu, –pent.)!”

      1. Apabila penguasa menjalankan suatu tugas yang tidak terpublikasi, dia mengatakan, “Coba lihat, apa saja sih yang sudah mereka (pemimpin) kerjakan?”

      Tujuan semua itu adalah merendahkan penguasa di hadapan rakyat. Apabila rakyat sudah meremehkan penguasanya, mereka akan ikut merendahkannya. Akhirnya, rakyat tidak lagi menaati perintah penguasa dan melanggar larangannya.

      Oleh karena itu, seorang yang merendahkan penguasa, mengumbar aib-aibnya, mencela, menjelek-jelekkan, dan menghinanya; dia terancam akan dihinakan oleh Allah azza wa jalla. Sebab, jika seorang merendahkan penguasa dengan cara-cara yang demikian, akhirnya rakyat akan membangkang kepada penguasanya. Hal ini menjadi sebab terjadinya banyak keburukan dan kekacauan. (Saking buruk efek negatifnya), sebagai balasannya, Allah subhanahu wa ta’ala akan menghinakan orang yang merendahkan pemerintahnya.

      Apabila Allah subhanahu wa ta’ala menghendaki, Dia akan menghinakannya langsung di dunia sehingga itulah hukuman yang disegerakan baginya. Akan tetapi, walaupun Allah subhanahu wa ta’ala belum menghukumnya di dunia, dia tetap berhak untuk mendapatkan kerendahan di akhirat kelak—na’udzubillah—. Sebab, sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pastilah benar.

      Sebaliknya, barang siapa membantu penguasa (dalam hal makruf), Allah subhanahu wa ta’ala akan menolongnya karena dia telah membantu dalam kebaikan.

      Jika Anda ikut andil menjelaskan kepada masyarakat tentang kewajiban yang harus mereka tunaikan kepada penguasanya dan membantu rakyat untuk (tetap bersabar) menaati penguasanya dalam hal yang bukan maksiat, hal ini adalah kebaikan yang agung. Namun, dengan syarat bahwa bantuan yang diberikan adalah dalam kebaikan dan ketakwaan, bukan dalam hal maksiat. (Lihat Syarh Riyadhush Shalihin karya Syaikh Ibnu Utsaimin 1/720)

      Menggunjing Penguasa Merupakan Salah Satu Dosa Besar

      Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

      Sungguh, mencela, mengumbar aib, atau menjelekkan pemerintah kaum muslimin adalah salah satu dosa besar yang mengakibatkan banyak kemudaratan dan kekacauan.

      Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan,

      “Memperbincangkan (keburukan dan aib) penguasa, termasuk bentuk menggunjing dan mengadu domba (sebagaimana penjelasan Syaikh Ibnu Utsaimin di atas, -pent.). Keduanya adalah perbuatan yang sangat diharamkan setelah syirik. Lebih-lebih apabila yang digunjing adalah para ulama dan penguasa, tentu hal itu lebih diharamkan lagi. Sebab, akan timbul darinya sejumlah kerusakan, yaitu tercerai-berainya persatuan dan munculnya sikap buruk sangka dan pesimis pada jiwa-jiwa manusia.” (al-Ajwibah al-Mufidah ‘an As`ilah al-Manahij al-Jadidah hlm. 66—67)

      Nasihat Emas dari Para Sahabat, “Jangan Mencela dan Membenci Penguasa!”

      Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata,

      نَهَانَا كُبَرَاؤُنَا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ، قَالُوا: لَا تَسُبُّوا أُمَرَاءَكُمْ وَلَا تَغُشُّوهُمْ وَلَا تُبْغِضُوهُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ وَاصْبِرُوا فَإِنَّ الْأَمْرَ قَرِيبٌ

      “Kalangan tua dari sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam melarang kami (mencela penguasa). Mereka berkata, ‘Janganlah mencela pemerintah kalian. Janganlah melakukan tipu daya terhadapnya, jangan pula membencinya. Bertakwalah kalian kepada Allah dan bersabarlah, karena sesungguhnya (keputusan) urusan itu sangat dekat’.” (as-Sunnah karya Ibnu Abi ‘Ashim, 2/488. Sanad hadits ini dinilai jayyid (bagus) oleh Syaikh al-Albani dalam Zhilal al-Jannah no.1015)

      Saudaraku, kaum muslimin rahimakumullah.

      Janganlah kekurangan-kekurangan yang ada pada penguasa kita, membuat kita mencela atau membenci mereka. Jika penguasa melakukan sesuatu yang tidak benar, tentu saja kita tidak boleh menyetujuinya. Namun, bukan berarti kemudian kita boleh mencelanya.

      Apabila Anda melihat ada kekurangan pada mereka, sampaikan dengan baik dan santun dengan cara diam-diam (empat mata), bukan di muka umum. Silakan cermati pembahasan berikut:

      Cara Menasihati Penguasa

      Nasihat Bagi Para Pencela Pemerintah Untuk Segera Bertobat

      Saudaraku, kaum muslimin rahimukumullah.

      Apabila Anda pernah mencela pemerintah, hendaklah segera berhenti lantas bertobat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Takutlah kepada Allah. Janganlah perasaan dan lemahnya hati menjadi sebab Anda terjerumus dalam dosa besar ini.

      Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

      سَيَكُونُ بَعْدِي سُلْطَانٌ فَأَعْزِرُوهُ، مَنِ الْتَمَسَ ذُلَّهُ ثَغَرَ ثُغْرَةً فِي الْإِسْلامِ وَلَمْ يُقْبَلْ مِنْهُ تَوْبَةٌ حَتَّى يُعِيدَهَا كَمَا كَانَتْ

      “Akan ada setelahku para penguasa, maka muliakanlah dia! Barang siapa menghinakannya, berarti ia telah membuat satu lubang dalam Islam. Tidak akan diterima tobat darinya sampai ia mengembalikannya seperti sebelumnya.” (as-Sunnah karya Ibnu Abi ‘Ashim, 2/513. Hadits ini dinilai shaih oleh Syaikh al-Albani dalam Zhilal al-Jannah no. 1079)

      Nasihat Untuk Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan Salafi Secara Khusus serta Kaum Muslimin Secara Umum

      Disadari ataupun tidak, berita dan kabar yang beredar, terkadang—atau bahkan sering—membuat perasaan kita ikut terbawa suasana. Derasnya informasi—terkhusus pada masa wabah COVID-19 ini—membuat hati yang lemah ini ikut terpengaruh. Akhirnya, ketika berbincang di rumah atau berdiskusi dengan teman, bisa jadi lisan ini tak terasa mengucapkan celaan kepada pemerintah.

      Ya, benar. Terkadang kita lupa dan terlalaikan dari prinsip Ahlus Sunnah yang agung ini:

      • Mendengar dan taat kepada pemerintah kaum muslimin dalam perkara selain maksiat.

      • Tidak boleh mencela dan mengumbar aib penguasa.

      • Menjaga wibawa penguasa.

      • Senantiasa mendoakan kebaikan untuk pemerintah kaum muslimin.

      • Apabila ingin memberi nasihat, hendaklah dilakukan dengan cara yang benar.

      Ahlus Sunnah Wal Jamaah, salafi; adalah orang-orang yang memegang teguh prinsip-prinsip di atas. Mereka melakukannya bukan karena kepentingan politik praktis, karena memang salafi tidak ikut terjun dalam politik praktis. Demikian pula bukan karena tendensi ekonomi, apalagi kepentingan pribadi. Mereka memegang erat prinsip tersebut dalam rangka ikhlas beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Demikian pula sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.

      Oleh karena itu, Anda tidak akan mendapati seorang salafi mencela dan menggunjing pemerintahnya, walau sekadar pembicaraan dengan keluarganya. Bahkan, di rumah-rumah pun mereka tetap memegang teguh prinsip ini. Mereka takut kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka yakin, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala Maha Mendengar dan Maha Melihat.

      Apabila mereka ingin menasihati penguasa, mereka akan melakukannya dengan cara yang benar dan Islami. Prinsip ini, akan senantiasa dipegang erat oleh salafi, sampai kapan pun.

      Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

      وَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَۖ وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡۖ

      “Dan tetaplah istiqamah sebagaimana diperintahkan kepadamu! Dan janganlah Engkau mengikuti hawa nafsu mereka!” (asy-Syura: 15)

      Makna firman Allah,

      وَٱسۡتَقِمۡ كَمَآ أُمِرۡتَۖ

      “Dan tetaplah istiqamah sebagaimana diperintahkan kepadamu!” ialah tetaplah istiqamah dalam melaksanakan perintah Allah, tidak ifraath (menambah-nambahi) dan tidak tafriith (mengurang-ngurangi). Hendaklah engkau tetap kokoh dan terus-menerus melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

      Adapun makna firman Allah,

      وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَهُمۡۖ

      “Dan janganlah Engkau mengikuti hawa nafsu mereka!”, ialah janganlah engkau menoleh dan terpengaruh dengan orang-orang yang menyelisihi dirimu. (Lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an [16/13] dan Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir al-Kalam al-Mannan hlm. 755)

      Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan kita taufik dan petunjuk-Nya untuk meniti jalan yang benar.

       

      Ditulis oleh Ustadz Abu Ismail Arif

      Tags: ghibahghibah penguasamencela pemerintahmencela penguasataat kepada pemerntah
      Previous Post

      Kedudukan Penguasa dalam Syariat

      Next Post

      Khaulah bintu Tsa'labah

      Related Posts

      Menyebut Kata Tuhan di Kamar Mandi

      Menyebut Kata Tuhan di Kamar Mandi

      Oleh Redaksi
      05/03/2021
      0

      Pertanyaan: Bolehkah menyebut kata ‘Tuhan’ (bukan ‘Allah’) di kamar mandi? Jawaban: Kata Tuhan adalah terjemahan dari ilah atau Rabb. Maknanya...

      Apakah Sifat Dayyuts Hanya Bagi Laki-Laki?

      Apakah Sifat Dayyuts Hanya Bagi Laki-Laki?

      Oleh Redaksi
      05/03/2021
      0

      Pertanyaan: Apakah dayyuts (tidak adanya rasa cemburu terhadap keluarga yang melakukan kemaksiatan) hanya berlaku bagi laki-laki saja? Bagaimana dengan perempuan...

      Next Post
      kisah khaulah bintu tsalabah

      Khaulah bintu Tsa'labah

      kejujuran dalam pendidikan anak

      Kejujuran

      Aktual

      Menyebut Kata Tuhan di Kamar Mandi

      Oleh Redaksi
      05/03/2021
      0
      Menyebut Kata Tuhan di Kamar Mandi
      Aktual

      Pertanyaan: Bolehkah menyebut kata ‘Tuhan’ (bukan ‘Allah’) di kamar mandi? Jawaban: Kata Tuhan adalah terjemahan dari ilah atau Rabb. Maknanya...

      Selengkapnya

      Apakah Sifat Dayyuts Hanya Bagi Laki-Laki?

      Oleh Redaksi
      05/03/2021
      0
      Apakah Sifat Dayyuts Hanya Bagi Laki-Laki?
      Aktual

      Pertanyaan: Apakah dayyuts (tidak adanya rasa cemburu terhadap keluarga yang melakukan kemaksiatan) hanya berlaku bagi laki-laki saja? Bagaimana dengan perempuan...

      Selengkapnya

      Artikel Terbaru

      Akidah Ahmadiyah
      Asy Syariah Edisi 041

      Akidah Ahmadiyah

      Oleh Redaksi
      15/02/2021
      0

      Kelompok Ahmadiyah memiliki akidah yang sangat bertolak belakang dengan akidah kaum muslimin pada umumnya. Oleh karena itu, seharusnya mereka tidak...

      Selengkapnya
      Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

      Hukum Orang yang Mengaku Sebagai Nabi & Rasul

      14/02/2021
      Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

      Kemunculan Nabi Palsu, Pertanda Datangnya Hari Kiamat

      13/02/2021

      Audio Terbaru

      Cadar & Celana Cingkrang, Simbol Radikalisme?

      Cadar & Celana Cingkrang, Simbol Radikalisme?

      Oleh Redaksi
      31/10/2020
      0

      Pertanyaan: Apakah cadar dan celana panjang di atas mata kaki (cingkrang) adalah simbol radikalisme, atau simbol anti-merah putih NKRI? Pertanyaan...

      takaran 1 sho' zakat fitrah

      Ukuran Zakat Fitrah Sesuai Ukuran Sha’ di Zaman Nabi

      Oleh Redaksi
      22/05/2020
      0

      Tanya: Bismillah Telah beredar luas sebuah potongan video yang berisi penjelasan ukuran zakat fitrah sesuai ukuran sha’ di zaman Nabi,...

      Tolak Bencana musibah dengan Takwa

      Tolak Musibah dengan Takwa

      Oleh Redaksi
      13/05/2020
      0

      Link Download Audio Untuk menolak bala tersebut... Untuk menolak musibah tersebut, solusi yang Allah dan Rasul sebutkan...

      nasihat untuk tenaga medis terkait wabah covid19

      Nasihat dan Dukungan untuk Tenaga Medis Terkait Covid-19

      Oleh Redaksi
      27/03/2020
      0

      Link Download Audio Kepada para tenaga medis yang berkecimpung dalam penanganan pasien virus Corona (Covid-19), saya menasihatkan...

      Majalah Asy Syariah (versi digital)

      Selain versi cetak, tersedia pula Majalah Asy Syariah dalam versi digital, Untuk membaca versi digital, Anda bisa mengunduhnya di Smartphone Android anda dengan menggunakan Aplikasi Google Play Book

      KUNJUNGI MAJALAH ASY SYARIAH DI GOOGLE PLAY BOOK

      AsySyariah edisi khusus 02 Mengapa Teroris Tidak Pernah Habis?

      Kontak

      Redaksi: 0813-2807-8414
      Sirkulasi: 0858-7852-5401
      Layanan: 0823-2741-2095
      Email: asysyariah@gmail.com

      Tentang Majalah AsySyariah

      Majalah AsySyariah adalah Majalah ahlussunnah wal jamaah di Indonesia. Membahas dan menampilkan pembahasan artikel berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah dengan apa yang di pahami oleh generasi awal umat ini.

      Alamat

      Jl. Titi Bumi - Potrojoyo 2 No. 082 (gg. Kenanga 26B) RT 01 Patran, Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55599

      • Majalah Islam AsySyariah
      • Pengiriman
      • Daftar Agen

      © 1442 H Majalah Asy Syariah
      Web Desain oleh DakwahStudio.

      No Result
      View All Result
      • Beranda
      • Majalah
        • Tebar Asy-Syariah
        • Daftar Agen
        • Majalah Asy Syariah – Digital
      • Tanya Jawab
      • Artikel
      • Audio
        • Audio Tanya Jawab
        • Audio Kajian
        • Audio Khutbah Jumat
        • Audio Kutipan
      • Ebook

      © 1442 H Majalah Asy Syariah
      Web Desain oleh DakwahStudio.