Renungan Keenam
Bisa jadi, seseorang merenungi nenek moyang atau para pendahulunya, lalu bersedih dan khawatir akan keselamatan dirinya di akhirat, karena keadaan mereka yang buruk. Bisa jadi pula, ia senang dan merasa bangga karena keadaan mereka yang baik. Janganlah demikian . Anda mempertanggungjawabkan amal Anda sendiri. Selamatkan diri Anda, itu yang terpenting.
Asy-Syaikh Abdurrahman al- Mu’allimi berkata, “Ingatlah selalu, yang terpenting bagi seseorang dan yang hendak dia pertanggungjawabkan kelak adalah keadaan dirinya sendiri. Tidak akan mencelakakan Anda—baik di sisi Allah Subhanahu wata’ala, di hadapan para ulama, tokoh agama, maupun para cendekia— apabila ada kekurangan pada guru Anda, pembimbing Anda, nenek moyang Anda, atau syaikh Anda. Para nabi saja tidak selamat dari kekurangan tersebut. Generasi paling afdal umat ini, yakni para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, nenek moyang mereka dahulu musyrik.
Padahal bisa jadi, nenek moyang Anda ada alasan dalam kekurangan itu, apabila memang mereka tidak diingatkan dalam kekurangan tersebut dan hujah pun belum tegak atas mereka. Anggaplah para pendahulu Anda berada dalam kesalahan yang tidak diampuni. Apabila Anda mengikuti dan fanatik terhadap mereka, hal itu tidak memberi manfaat kepada mereka sedikit pun. Hal itu justru sangat mencelakakan mereka, karena mereka akan ditimpa seukuran dosa yang menimpa Anda dan dosa orang yang mengikuti Anda dari kalangan anak-anak Anda dan pengikut pengikut Anda sampai hari kiamat.
Di samping tertimpa dosa Anda sendiri, Anda juga tertimpa dosa orang yang mengikuti Anda sampai hari kiamat. Tidakkah Anda memandang bahwa tindakan Anda kembali kepada kebenaran itu berarti kebaikan juga untuk para pendahulu Anda, bagaimanapun keadaan mereka?
Wallahul muwaffiq.
Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc.