Buah Keimanan (6)

Sesungguhnya keimanan akan menghilangkan keragu-raguan yang menghinggapi kebanyakan manusia sehingga merusak agama mereka. Allah Subhanahu wata’ala telah berfirman,

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا

“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu.” (al-Hujurat: 15)

Maknanya, keimanan yang benar akan menolak keragu-raguan yang ada pada mereka, menghilangkan seluruhnya, mengobati keragu-raguan yang dibisikbisikkan setan-setan dari kalangan manusia dan jin, serta menolak jiwa yang mengajak kepada kejelekan. Karena itu, tidak ada obat bagi penyakit yang membinasakan ini selain keimanan yang benar.

Oleh karena itu, telah datang dalam ash-Shahihain sebuah hadits dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu. bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda (yang artinya),

“Manusia akan terus-menerus saling bertanya sampai-sampai akan dikatakan, ‘Allah Subhanahu wata’ala telah menciptakan makhluk- Nya, lantas siapa yang menciptakan Allah Subhanahu wata’ala?’ Barang siapa yang mendapatkan demikian itu, hendaklah mengucapkan, ‘Aku beriman kepada Allah Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berhenti dan berlindung kepada Allah dari godaan setan’.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan penyakit yang berbahaya ini beserta obat yang bermanfaat untuknya berupa tiga perkara,

a. berhenti/meninggalkan waswas setan ini,

b. berlindung (kepada Allah Subhanahu wata’ala) dari (setan) yang membisikkannya dan yang membuat kerancuan padanya untuk menyurutkan hamba-hamba Allah Subhanahu wata’ala,

c. berpegang teguh dengan keimanan yang benar, karena barang siapa yang berpegang teguh dengannya, maka ia termasuk orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Sebab, kebatilan akan tampak jelas dengan banyak perkara. Di antaranya yang paling besar adalah dengan ilmu, sedangkan semua perkara yang bertentangan dengan kebenaran (al- Haq) adalah kebatilan.

فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ ۖ

“Tidak ada setelah kebenaran itu selain kesesatan.” (Yunus: 32)

(Diambil dari at-Taudhih wal Bayan lisy Syajaratil Iman hlm. 56—57 karya asy-Syaikh ‘Abdurrahman Ibnu Nashir as-Sa’di)

Ditulis oleh Al Ustadz Abu Muhammad Abdul Jabbar