Syirik

arti syirik

Syirik adalah menjadikan sekutu bagi Allah subhanahu wa ta’ala pada sesuatu yang menjadi kekhususan-Nya, baik uluhiyah, rububiyah, maupun asma dan sifat-Nya.

Yang menjadi kekhususan Allah subhanahu wa ta’ala dalam uluhiyah maksudnya adalah ibadah. Adapun rububiyah adalah perbuatan-perbuatan Allah subhanahu wa ta’ala, dan asma serta sifat-Nya.

Jadi, syirik bisa terjadi pada tiga hal:

  1. Ibadah

Syirik pada ibadah terjadi dengan seseorang beribadah kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala, baik kepada berhala, jin, orang saleh yang telah mati, atau benda mati yang dikeramatkan. Syirik ini disebut syirik dalam hal uluhiyah.

  1. Perbuatan-perbuatan yang menjadi kekhususan Allah subhanahu wa ta’ala

Di antara perbuatan yang menjadi kekhususan Allah subhanahu wa ta’ala adalah menciptakan alam, mengaturnya, menjaganya, memberikan rezeki kepada makhluk yang di dalamnya, menghidupkan, mematikan, menyembuhkan sakit, dan semacamnya.

Orang yang meyakini bahwa selain Allah subhanahu wa ta’ala bisa melakukan perbuatan-perbuatan tersebut, berarti ia telah berbuat syirik dalam hal rububiyah.

  1. Asma dan sifat Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah subhanahu wa ta’ala memiliki nama dan sifat yang khusus untuk-Nya, seperti tersebut di dalam ayat Al-Qur`an dan hadits Nabi yang sahih. Barang siapa meyakini bahwa selain Allah subhanahu wa ta’ala juga memiliki seperti sifat Allah subhanahu wa ta’ala walaupun satu sifat, berarti ia telah berbuat syirik dalam hal sifat.

Contohnya adalah dua buah bait syair yang memuji Nabi shallallahu alaihi wa sallam secara berlebihan, bunyinya:

يَا أَكْرَمَ الْخَلقِ مَا لِي مَنْ أَلُوذُ بِهِ … سِوَاكَ عِنْدَ حُلُولِ الْحَادِثِ الْعَمَمِ

فَإِنَّ مِنْ جُودِكَ الدُّنْيَا وَضَرَّتَهَا … وَمِنْ عُلُومِكَ عِلْمَ اللَّوْحِ وَالْقَلَمِ

Wahai makhluk yang paling mulia, tiada bagiku yang kumohon padanya keinginanku

         selainmu ketika terjadi bencana merata yang menimpa

Dan sungguh dunia dan akhirat adalah sebagian kebaikanmu

       di antara ilmumu adalah ilmu tentang Lauhul Mahfuzh dan pena penulis takdir

Dua bait syair ini mengandung ketiga macam syirik tersebut di atas.

Pada ucapan “Tiada bagiku yang kumohon padanya keinginanku selainmu”, terkandung syirik dalam uluhiyah, karena memohon pertolongan dalam hal semacam ini adalah ibadah. Artinya, dia telah memberikan suatu jenis ibadah kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam.

Pada ucapan “Dan sungguh dunia dan akhirat adalah sebagian kebaikanmu”, terkandung syirik dalam rububiyah, karena kepemilikan keduanya adalah di tangan Allah subhanahu wa ta’ala.

Adapun pada ucapan “Di antara ilmumu adalah ilmu tentang Lauhul Mahfuzh dan pena penulis takdir”, terkandung syirik dalam hal sifat Allah subhanahu wa ta’ala, yaitu sifat ilmu tentang Lauhul Mahfuzh dan takdir. Sebab, hanya Allah-lah yang mengetahui hal itu.

Kesalahan Memahami Makna Syirik

Kesalahan-kesalahan dalam memahami makna syirik di antaranya:

  1. Aliran Mu’tazilah memahami bahwa meyakini sifat-sifat Allah subhanahu wa ta’ala yang banyak sebagai syirik.

Sebab, menurut mereka, sifat-sifat yang banyak itu berarti yang disifati juga banyak. Pemahaman ini jelas keliru karena sangat wajar apabila sesuatu memiliki sifat lebih dari satu.

  1. Memahami bahwa syirik itu hanya dalam rububiyah.

Akibatnya, sebagian orang berbuat syirik dalam hal uluhiyah dan bertauhid dalam hal rububiyah.

  1. Meyakini bahwa syirik terbatas pada peribadatan kepada berhala.

  2. Memahami syirik dalam istilah syariat dengan makna iri atau dengki.


Sumber Bacaan

al-’Aqidah ath-Thahawiyah dengan ta’liq (catatan kaki) Syaikh al-Albani hlm. 31—32

Kasyfusy Syubuhat dengan syarah Syaikh Ibnu‘Utsaimin hlm. 35 dan 96.

al-Qawa’id al-Mutsla hlm. 25

Firaq Mu’ashirah hlm. 1032

al-Qaulul Mufid hlm. 11

 

Ditulis oleh Ustadz Qomar ZA, Lc.

 

 

Comments are closed.