Pihak-pihak yang tak bertanggung jawab terus menebarkan isu dan tuduhan negatif, bahkan mengaitkan Wahabi dengan terorisme dan paham radikal.
Di antara tuduhan yang dilontarkan adalah bahwa semua teroris di RI adalah Wahabi. Sangat memprihatinkan, pernyataan yang sarat dengan ujaran kebencian (hate speech) ini terlontar dari beberapa tokoh agama di negeri ini. Semoga Allah senantiasa melindungi dan memberikan petunjuk kepada para tokoh agama dan para pemimpin negeri ini.
Salah total, mengaitkan terorisme-radikalisme dengan Wahabi atau negara Arab Saudi. Sebaliknya, Arab Saudi justru negara yang terdepan memerangi terorisme dan radikalisme serta kelompok-kelompok radikal/teroris.
Di antara bukti keseriusan Arab Saudi memerangi terorisme adalah
-
Menangkap dan memenjarakan tokoh-tokoh terorisme dan radikalisme pada pertengahan dekade 1990-an.
-
Memulai kampanye antiterorisme sejak 1992.
-
Menggagalkan lebih dari 200 operasi teror.
-
Mengeksekusi mati 47 teroris pada 2016.
-
Membentuk aliansi militer untuk memerangi terorisme.
-
Melarang peredaran buku-buku Ikhwanul Muslimin.
-
Memutus jalur pendanaan terorisme internasional.
Di sisi lain, Arab Saudi juga gencar memerangi liberalisme yang tak kalah berbahaya dibandingkan dengan radikalisme dan terorisme.
Pada 5 Jumadal Ula 1435 H (6 Maret 2014) Kementerian Dalam Negeri Arab Saudi mengeluarkan penjelasan resmi yang menetapkan bahwa al-Qaeda, Jabhatun Nushrah, ISIS, Ikhwanul Muslimin, gerakan Ansharullah, kelompok Hizbullah, dan kelompok Syiah Houthi di Yaman adalah kelompok/organisasi teroris.
Putra Mahkota Kerajaan Saudi Arabia, Muhammad bin Nayef, dalam pidatonya di hadapan Sidang Tahunan Majelis Umum PBB ke-71 pada 22 September 2016 M, menegaskan, “Arab Saudi memegang peran penting dalam memerangi terorisme. Arab Saudi merupakan negara yang paling awal menyatakan perang terhadap terorisme, dan ini sudah dinyatakan sejak lama. Sejak 1992 Arab Saudi harus berhadapan dengan lebih dari 100 kali aksi teror, 18 aksi di antaranya dilancarkan oleh unsur yang terkait secara struktural dengan negara regional.”
Muhammad bin Nayef juga menjelaskan bahwa Arab Saudi melakukan itu sebagai pelaksanaan dari kesepakatan antara negara-negara Arab dalam menangkal terorisme jauh sebelum peristiwa 11 September. Arab Saudi terus menyatakan perang terhadap organisasi-organisasi teroris, dan tidak ada toleransi sama sekali dalam hal ini.
Dalam kesempatan itu pula, Muhammad bin Nayef menyampaikan bahwa Saudi dan masyarakat dunia merasa aneh dengan keluarnya undang-undang di AS yang memberangus prinsip terpenting dalam hukum internasional, yaitu prinsip kedaulatan dan kepemimpinan setiap negara.
Dalam pidato itu pula, Muhammad bin Nayef mengatakan bahwa memerangi terorisme merupakan tanggung jawab bersama negara-negara di seluruh dunia.
Renungan Bagi Kaum Muslimin Indonesia
Kaum muslimin Indonesia harus banyak mengevaluasi dan introspeksi mengapa Arab Saudi sering didiskreditkan di negeri ini. Mengapa pula dakwah yang dilabeli secara sepihak sebagai ajaran “Wahabi”—yang sebenarnya adalah dakwah tauhid dan Sunnah—banyak dibenci dan dipadang negatif di negeri ini.
Kaum muslimin negeri ini semestinya mendukung dan berjalan seiring dengan Arab Saudi yang memiliki misi dan tugas yang sangat mulia, yaitu membela dan menegakkan agama Allah, menegakkan tauhid dan sunnah. Misi ini akan menciptakan rahmatan lil ‘alamin, keamanan, dan kedamaian bagi umat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيًۡٔاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku tanpa mempersekutukan sesuatu apa pun dengan-Ku. Barangsiapa (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik.” (an-Nur: 55)
Baca juga:
Arab Saudi, Negara Paling Dibenci Teroris
Secara umum ada lima pihak yang sangat berkepentingan memusuhi Arab Saudi sebagai negara terbesar di dunia yang berupaya secara serius menerapkan tauhid dan sunnah:
-
Ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani)
-
Kaum radikal teroris internasional dengan berbagai kelompoknya, ISIS, al-Qaeda, Hizbut Tahrir (HTI)
-
Kaum liberal internasional, termasuk yang ada di Indonesia, dengan berbagai tulisan yang sering memojokkan Arab Saudi
-
Kaum sufi internasional yang selalu melemparkan tuduhan
-
Syiah Rafidhah internasional yang dimotori oleh Iran yang selalu berupaya mengganggu stabilitas keamanan Arab Saudi dan negara-negara kawasan Teluk.
Tiga pihak yang disebut terakhir sering berkolaborasi memojokkan Arab Saudi dengan berbagai cara, termasuk terus menggencarkan julukan Wahabi bagi negara penegak tauhid dan sunnah ini. Dalam artikel ini, kami lebih menyoroti permusuhan kaum radikal teroris terhadap Arab Saudi.
Kenyataan membuktikan, kelompok-kelompok radikal/teroris sangat memusuhi negara “Wahabi” Arab Saudi, terutama para ulamanya. Di antara buktinya, pada Jumat (18/12/2015) ISIS merilis video yang menyatakan perang terhadap Arab Saudi.
Baca juga:
Demikian juga kelompok Syiah Hizbullah Lebanon, pimpinan Hasan Nasrullah. Pada Selasa (4/10/2016) kelompok radikal ini menyatakan bahwa Arab Saudi dengan paham Wahabi-nya jauh lebih jahat dibandingkan dengan Israel. Arab Saudi merupakan ancaman bagi keberlangsungan wilayah Timur Tengah.
Demikianlah pemutarbalikan fakta kelompok radikal binaan negara Syiah Iran ini. Faktanya, justru kelompok Hizbullah yang mendalangi berbagai teror di Timur Tengah.
Kelompok radikal lain yang sangat memusuhi Arab Saudi adalah Hizbut Tahrir. Di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Sejak lama, kelompok Hizbut Tahrir menuduh negara Arab Saudi sebagai antek-antek Amerika dan Inggris. Bahkan, dengan tegas HTI menyatakan bahwa Kerajaan Arab Saudi bukan negara Islam.
Baca juga:
Demikianlah, semua kelompok radikal/teroris satu kata membenci Arab Saudi dan dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah.
Ini menunjukkan bahwa akidah, prinsip, dan misi dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bertentangan dengan akidah, prinsip, dan misi kelompok-kelompok radikal dan teroris.
Jika demikian, bagaimana bisa dikatakan bahwa dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab adalah sumber radikalisme dan terorisme?!
Perbedaan Prinsip “Wahabi” dan Kelompok Radikal
Berikut ini secara ringkas perbedaan antara “Wahabi” dengan kelompok-kelompok teroris/radikal, semacam al-Qaeda, ISIS, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir (HT), dll. Istilah “Wahabi” di sini sekadar meminjam gelaran yang disematkan olehpihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan sudah telanjur tersebar. Sebab, dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab bukanlah gerakan Wahabi, melainkan dakwah tauhid dan sunnah.
-
Dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab adalah dakwah tauhid.
Dakwah beliau mengajak umat manusia memurnikan peribadatan hanya kepada Allah satu-satu-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, dan meninggalkan segala bentuk perbuatan menyekutukan Allah dalam hal peribadatan. Selain itu, dakwah beliau mengajak untuk menegakkan sunnah, menegakkan amar makruf nahi mungkar dengan cara hikmah dan damai, serta mengajak kepada akhlak mulia.
Adapun dakwah kelompok-kelompok radikal/teroris hakikatnya adalah dakwah Khawarij yang selalu menebarkan teror,kekerasan, kegaduhan, dan kekacauan di tengah-tengah umat.
-
Dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab mengajak untuk mencintai dan meneladani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
Ini artinya mencintai dan meneladani sunnah dan bimbingan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dakwah beliau juga mengajak untuk kembali kepada manhaj salafush shalih (para sahabat Nabi, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in).
Adapun kelompok-kelompok radikal-teroris mengajak untuk berfanatik terhadap para pimpinan mereka, seperti Hasan al-Banna, Sayyid Quthub, Usamah bin Laden, Ayman al-Zhawahiri, Abu Bakr al-Baghdadi, dll.
-
Dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab tidak mengafirkan secara serampangan.
Beliau sangat ketat dan berhati-hati dalam masalah ini. Dakwah beliau memang bukan dakwah yang mengafirkan kaum muslimin.
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah berkata, “Tuduhan bahwa saya mengafirkan kaum muslimin secara umum adalah salah satu kebohongan musuh-musuh. Dengan tuduhan itu mereka hendak menghalangi umat dari dakwah ini.” (ad-Durar as-Saniyah fi al-Ajwibah an-Najdiyah 1/72)
Beliau juga berkata, “Kami tidak mengafirkan kecuali pada kesalahan yang telah disepakati oleh para ulama, yaitu (kesalahan/pelanggaran) pada dua kalimat syahadat.” (ad-Durar as-Saniyah fi al-Ajwibah an-Najdiyah 1/102)
Adapun kelompok-kelompok radikal/teroris sangat serampangan mengafirkan kaum muslimin. Sebab, memang akidah dan prinsip kelompok-kelompok ini adalah akidah Khawarij, yang mengafirkan (takfir) kaum muslimin di luar kelompok/golongannya.
Perlu diketahui, prinsip takfir juga dianut oleh kelompok Syiah Rafidhah. Prinsip takfir inilah yang melahirkan radikalisme.
-
Dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab mengajak untuk taat kepada pemerintah dan tidak memberontak.
Ini merupakan salah satu prinsip penting dalam ajaran Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Adapun kelompok-kelompok radikal/teroris tidak mau taat terhadap pemerintah Islam. Mereka memandang revolusi dan pemberontakan terhadap pemerintah adalah suatu yang boleh, bahkan sebagai bagian dari cara dakwah mereka.
-
Menurut Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab, khilafah bukanlah tujuan ditegakkannya dakwah.
Khilafah adalah janji Allah yang akan Dia berikan apabila syarat-syaratnya telah terpenuhi. Adapun tujuan utama dakwah adalah menegakkan tauhid dan sunnah. Demikianlah dakwah para nabi dan rasul.
Berbeda halnya dengan kelompok-kelompok radikal/teroris. Bagi mereka, khilafah Islamiyah adalah tujuan utama. Mereka berupaya mewujudkannya walaupun dengan cara-cara yang bertentangan dengan syariat Islam, dengan berdemonstrasi dan memberontak, bahkan melancarkan operasi teror.
-
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab tidak memaksa kaum muslimin untuk berhijrah ke Arab Saudi.
Beliau tidak mengafirkan mereka yang tidak mau berhijrah ke sana. Beliau rahimahullah berkata, “Apabila kami tidak mengafirkan orang yang menyembah berhala di atas kuburan Abdul Qadir dan berhala di atas kuburan Ahmad Badawi, dan yang semisalnya karena kejahilan (kebodohan) mereka dan tidak ada yang menegur mereka; bagaimana kami akan mengafirkan orang yang tidak menyekutukan Allah apabila dia tidak mau datang berhijrah kepada kami?!” (ad-Durar as-Saniyah fi al-Ajwibah an-Najdiyah 1/104)
Adapun kelompok-kelompok radikal/teroris mengharuskan kaum muslimin untuk hijrah dan masuk ke “negara khilafah” versi mereka. Siapa pun yang tidak mau berhijrah, akan mereka vonis sebagai kafir. Barang siapa menentang atau kabur dari “negara khilafah”, ia akan diberi sanksi yang sangat berat, bahkan dibunuh dengan cara yang sangat keji.
-
Teror, membunuh jiwa tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat, mengebom, melakukan operasi penculikan, dll., adalah haram menurut dakwah Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab.
Inilah sesungguhnya hakikat Islam yang membawa rahmatan lil alamin. Adapun bagi kelompok-kelompok radikal/teroris teror, pembunuhan, penculikan, dan pengeboman adalah bagian dari dakwah mereka dalam rangka mewujudkan khilafah Islamiyah versi mereka.
Mengapa ISIS Mencetak dan Mempelajari Buku-Buku Muhammad bin Abdul Wahhab?
Ada sebuah argumentasi yang dijadikan alasan menuduh dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengajarkan terorisme atau sebagai sumber radikalisme: ISIS mencetak buku-buku karya Syaikhul Islam Muhammad bin Wahhab dan mempelajarinya. Argumentasi ini juga disebarluaskan oleh para penganut Islam liberal.
Umat Islam hendaknya bisa berpikir cerdas, dewasa, dan jernih. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa memberikan hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua.
Jika kita perhatikan dengan baik masalah ini, dalam berbagai pemikiran dan aksinya, ISIS dan kelompok-kelompok teroris lainnya juga berdalil dengan al-Qur’an dan hadits. Apakah kemudian kita katakan bahwa al-Quran dan hadits mengajarkan terorisme?
ISIS dan kelompok-kelompok teroris lainnya juga mempelajari kitab-kitab mazhab Syafi’i. Mereka mempelajari dan mengajarkan kitab Riyadhush Shalihin karya an-Nawawi dan Bulughul Maram karya al-Hafizh Ibnu Hajar. Apakah akan kita katakan bahwa kedua ulama tersebut mengajarkan terorisme dan radikalisme? Atau mazhab Syafi’i mengajarkan terorisme dan radikalisme?
Tentu saja tidak.
Kesalahan bukan terletak pada ayat al-Qur’an atau hadits, bukan pula pada kitab-kitab para ulama Ahlus Sunnah. Kesalahannya ada pada pemahaman dan pengamalan ISIS dan kelompok-kelompok teroris tersebut. Entah mereka tidak memahami maknanya dengan benar, atau menafsirkan dan mengaplikasikannya tidak sesuai dengan makna yang benar, atau mengambil yang dianggap cocok dan membuang yang dianggap tidak cocok.
Pada kenyataannya, pemikiran takfir tidak mereka peroleh dari Muhammad bin Abdul Wahhab, tetapi dari tokoh-tokoh Khawarij masa kini semacam Sayyid Quthub. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menampakkan kebenaran sebagai sebuah kebenaran dan menampakkan kebatilan sebagai sebuah kebatilan.