Aqidah dan Fenomena “Penampakan”

Peri cantik yang bisa mengabulkan segala permintaan, tuyul-tuyul yang lucu tapi sakti, putri duyung, siluman ular atau serigala, drakula penghisap darah, dan lainnya, adalah makhluk-makhluk yang jauh dari kehidupan nyata kita sehari-hari. Namun kini, mereka menjadi santapan rutin bagi yang sering menghabiskan waktunya di depan televisi.
Repotnya, semua itu juga dikonsumsi oleh anak-anak yang pola pikirnya mudah terbentuk dengan apa yang ia lihat dan ia dengar. Terlebih, sebagian besarnya adalah sosok-sosok yang mewakili “kebenaran.” Tak ayal, selain mengaduk emosional mereka, sosok-sosok rekaan itu juga menyusupi akidahnya.
Pertanyaannya, benarkah mereka benar-benar ada dalam kacamata syariat? Pertanyaan ini patut mengemuka karena fenomena ‘keghaiban’ semacam di atas, bukan muncul satu atau dua tahun belakangan. Namun telah ada sejak lama, bahkan mungkin ribuan tahun silam.
Fenomena demikian memang perlu disikapi secara kritis. Serta merta menolak bahkan menafikan semua makhluk “lelembut” jelas bukan sikap yang bijak. Bahkan bisa menggiring kita untuk tidak mempercayai hal-hal ghaib, di mana hal itu merupakan salah satu pokok keimanan di dalam Islam.
Yang kita butuhkan adalah mendudukkan permasalahan ini sesuai dengan dalil. Karena kita memang banyak dihadapkan dengan beberapa makhluk rekaan “produk” film atau cerita fiktif yang sejatinya memang tidak ada. Atau kalau toh memang benar ada, gambaran `fisik’-nya masih perlu dipertanyakan.
Kajian yang kami suguhkan memang masih bersifat global sehingga bisa jadi belum bisa menuntaskan rasa ingin tahu anda, pembaca. Karena, jika semua fenomena alam ghaib di sekitar kita harus dikupas semuanya, maka jelas tidak akan cukup satu atau dua edisi. Namun bisa berpuluh-puluh edisi kami suguhkan kepada anda ‘hanya’ untuk tema yang satu ini.
Di Sakinah, tema ta’ziyah menjadi salah satu tema unggulan kami. Tema ini kami angkat mengingat banyak sekali amalan yang berkaitan dengan ta’ziyah, berikut amalan-amalan ‘derivat’-nya, yang tidak ada tuntunannya sama sekali dalam syariat. Juga sedikit kami singgung dalam rubrik Wanita dalam Sorotan, pendapat-pendapat madzhab Syafi’i berkaitan dengan hal tersebut. Ini tak lain dalam rangka menjernihkan pola pikir masyarakat yang acap menisbatkan amalannya sebagai fiqih dari madzhab Syafi’i namun sejatinya bukan, bahkan bertentangan.
Selain ta’ziyah, tema gambar atau tiruan makhluk bernyawa masih mengisi lembar Sakinah edisi ini. Kami berharap, agar tema-tema yang disuguhkan secara berseri ini bisa lebih memahamkan kepada anda, pembaca, mengenai hukum-hukum syariat yang bisa jadi masih sangat asing di dalam benak anda.
Pembaca, ilmu memang tidak akan pernah habis digali. Oleh karena itu, kami pun berharap, anda tidak pernah bosan membuka lembar demi lembar majalah sarat ilmu ini, agar senantiasa kita mendapat petunjuk dan hidayah dari Allah I. Sekali lagi, kebenaran datangnya dari Allah I, jika ada kesalahan maka itu semata-mata dari kami.
Selamat membaca!