(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu Abdirrahman bintu ‘Imran)
Keimanan terhadap agama Muhammad n menjanjikan segala kebahagiaan baginya. Janji yang takkan pernah diselisihi. Hingga dia pun rela menanggung segenap kepedihan siksa dunia yang menuntutnya keluar dari kebenaran yang digenggamnya. Dia lalui segalanya sampai akhir hayatnya.
Dia adalah seorang wanita yang memiliki kemuliaan, Sumayyah bintu Khayyath x. Dia seorang sahaya wanita milik Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah bin Abdillah bin ‘Umar bin Makhzum. Tuannya kemudian menikahkan dirinya dengan seorang sekutu Bani Makhzum, bernama Yasir bin ‘Amir bin Malik.
Yasir sendiri bukanlah penduduk asli Makkah. Dia berasal dari Yaman. Awalnya, dia datang ke Makkah bersama dua orang saudaranya, Al-Harits dan Malik, dalam rangka mencari saudara laki-lakinya. Kemudian pulanglah Al-Harits dan Malik ke negeri Yaman, sementara Yasir menetap di Makkah. Di kota ini, dia kemudian bersekutu dengan Abu Hudzaifah bin Al-Mughirah.
Kepada Yasir dan Sumayyah, Allah I anugerahi mereka seorang anak laki-laki bernama ‘Ammar. ‘Ammar sendiri kemudian dimerdekakan Abu Hudzaifah.1 Namun Yasir dan putranya itu tetap bersama Abu Hudzaifah hingga Abu Hudzaifah meninggal.
Sampai suatu ketika Allah I datangkan cahaya Islam di negeri Makkah. ‘Ammar yang mula-mula menyambut dakwah Rasulullah n. Saat kembali ke hadapan ibu dan ayahnya, ‘Ammar begitu ingin agar mereka berdua juga masuk Islam. Dia pun mengajak ibu dan ayahnya untuk beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Rasulullah n. Allah I pun membukakan pintu hati mereka berdua untuk menerima seruan itu, hingga berislamlah keluarga Yasir.
Saat itu, orang-orang yang menampakkan keislamannya dapat dihitung dengan jari. Mereka adalah Rasulullah n, Abu Bakr, ‘Ammar, Yasir, Sumayyah, Shuhaib, Bilal, dan Al-Miqdad. Rasulullah n mendapat perlindungan dari paman beliau, Abu Thalib bin ‘Abdil Muththalib, sementara Abu Bakr dilindungi oleh kaumnya. Selebihnya ditahan oleh kaumnya yang musyrik. Mereka disiksa dengan siksaan yang hebat, diberi pakaian dari besi, lalu dibiarkan terbakar panas terik matahari padang pasir. Mereka benar-benar merasakan siksaan yang dahsyat dari kaum musyrikin yang menghendaki mereka keluar dari agama Muhammad n. Keluarga Yasir disiksa oleh Bani Makhzum, kabilah Abu Hudzaifah di Bath-ha`.
Ketika itu, Rasulullah n berjalan di Bath-ha` bersama ‘Utsman bin ‘Affan z sembari menggamit tangan ‘Utsman. Tatkala melewati keluarga Yasir, Yasir pun berkata kepada Rasulullah n: “Wahai Rasulullah, sepanjang waktu demikian keadaannya.”
“Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga,” jawab beliau n.
Di puncak beratnya siksaan itu, tatkala malam mulai tiba, Abu Jahl mendatangi Summayyah, lalu mencaci makinya dengan cercaan yang kotor. Dia ambil sebilah tombak, kemudian ditusukkannya ke kemaluan Sumayyah hingga meninggal. Tertumpahlah darah seorang wanita yang bertahan dalam keimanannya di tengah siksaan yang sedemikian beratnya. Dia telah meraih syahadah. Dialah syahidah pertama dalam Islam.
Sumayyah bintu Khayyath, semoga Allah I meridhainya….
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
Sumber Bacaan:
q Al-Ishabah, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqalani (7/712)
q Al-Isti’ab, Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr (3/1136, 4/1863-1865)
q Ath-Thabaqatul Kubra, Al-Imam Ibnu Sa’d (3/233,246, 4/136, 8/264, 21/221)
q Shahih As-Sirah An-Nabawiyah, Ibrahim Al-’Ali (hal. 70-71)
q Tahdzibul Kamal, Al-Imam Al-Mizzi (21/218-219)
Catatan Kaki:
1 ‘Ammar adalah maula Abu Hudzaifah karena ibunya, Sumayyah, adalah hamba sahaya milik Abu Hudzaifah.