Mengenal Beberapa Faedah Mukjizat

Ketetapan Allah Subhanahu wata’ala baik yang kauni maupun syar’i selalu dipenuhi hikmah. Tidak ada satu perkara pun yang Allah Subhanahu wata’ala takdirkan melainkan penuh dengan hikmah yang sangat mendalam. Demikian pula mukjizat yang Allah Subhanahu wata’ala berikan kepada nabi dan rasul-Nya, bukanlah perkara sia-sia. Berbagai hikmah dan faedah mengitari mukjizat nabi dan rasul. Di antara faedahnya adalah:

1. Sebagai bukti kebenaran dakwah para nabi dan rasul.

Dalam perjalanan dakwah, tidak jarang orang-orang kafir menantang agar nabi dan rasul mendatangkan bukti akan kebenaran dakwah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

وَقَالُوا لَوْلَا يَأْتِينَا بِآيَةٍ مِّن رَّبِّهِ ۚ أَوَلَمْ تَأْتِهِم بَيِّنَةُ مَا فِي الصُّحُفِ الْأُولَىٰ

Mereka berkata, “Mengapa ia tidak membawa bukti kepada kami dari Rabbnya?” Apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu? (Thaha: 133)

Kaum Nabi Shalih ‘Alaihissalam berkata kepada beliau ‘Alaihissalam,

مَا أَنتَ إِلَّا بَشَرٌ مِّثْلُنَا فَأْتِ بِآيَةٍ إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ

“Kamu tidak lain seorang manusia seperti kami; maka datangkanlah sesuatu mukjizat, jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar.” (asy-Syu’ara: 154)

Di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, orangorang musyrikin Quraisy pernah meminta agar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangkan bukti kebenaran dakwah beliau. Ditampakkanlah salah satu mukjizat dari Allah Subhanahu wata’ala , yaitu terbelahnya bulan, sebagai jawaban atas tantangan mereka. Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan,

أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً  أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللهِ فَأَرَاهُمُ الْقَمَرَ شِقَّتَيْنِ حَتَّى رَأَوْا حِرَاءَ بَيْنَهُمَا

 “Penduduk kota Makkah menantang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menunjukkan kepada mereka ayat (bukti kebenaran dakwahnya), maka beliau menunjukkan kepada mereka bulan yang terbelah menjadi dua, hingga mereka melihat Gunung Hira’ berada di antara kedua belahan bulan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Namun, tidak semua permintaan dan tantangan mereka ditanggapi oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

2. Menguatkan iman para nabi.

Allah Subhanahu wata’ala mengisahkan mukjizat Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِن ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِي ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا ۚ وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Wahai Rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab, “Aku telah meyakininya, tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).” Allah berfirman, “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah semuanya olehmu.” (Allah berfirman), “Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (al-Baqarah: 260)

Ketika para nabi dan rasul menyaksikan mukjizat, keimanan mereka semakin kokoh dan semakin kokoh pula mereka berdakwah.

3. Menghibur nabi dan rasul dalam menghadapi beban dakwah dan gangguan kaumnya.

Dakwah di Makkah dilalui oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan penuh kesabaran. Tidak samar bagi pembaca betapa berat perjalanan dakwah beliau. Permusuhan Quraisy semakin gencar dengan kematian Abu Thalib, kesedihan pun semakin mendera dengan wafatnya Khadijah radhiyallahu ‘anha, istri yang selalu menemani beliau dalam suka dan duka. Sesaat kemudian, Allah Subhanahu wata’ala memberikan kepada Nabi-Nya mukjizat Isra’. Perjalanan dari Makkah ke Baitul Maqdis dan dilanjutkan ke langit ketujuh hanya dalam satu malam. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (al-Isra’: 1)

Dalam perjalanan tersebut, Allah Subhanahu wata’ala menampakkan kebesaran-Nya kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan, Allah Subhanahu wata’ala berbicara langsung dengan Nabi dan Kekasih-Nya. Perjalanan yang penuh dengan ibrah semakin mengokohkan jiwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengemban dakwah yang lebih berat. Termasuk hiburan bagi Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah berita-berita gaib tentang kisah nabi-nabi sebelum beliau yang sebelumnya tidak beliau ketahui. Allah Subhanahu wata’ala mengisahkan beban yang menimpa Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa , yang di antara faedahnya ialah menghibur Nabi dan Khalil-Nya.

4. Menambah keimanan orangorang yang beriman.

Ini seperti permintaan pengikut Isa ‘Alaihissalam agar diturunkan makanan dari langit. Allah Subhanahu wata’ala mengisahkan mukjizat tersebut dalam surat al-Maidah,

إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَن يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِّنَ السَّمَاءِ ۖ قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ () قَالُوا نُرِيدُ أَن نَّأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا وَنَعْلَمَ أَن قَدْ صَدَقْتَنَا وَنَكُونَ عَلَيْهَا مِنَ الشَّاهِدِينَ () قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِّنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِّأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِّنكَ ۖ وَارْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata, “Hai Isa putra Maryam, bersediakah Rabbmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” Isa menjawab, “Bertakwalah kepada Allah jika kamu benar-benar orang yang beriman.” Mereka berkata, “Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.” Isa putra Maryam berdoa, “Wahai Rabb kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah sebaikbaik pemberi rezeki.” (al-Maidah: 112—114)

Demikian pula mukjizat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang terjadi di hadapan para sahabat, seperti bertambahnya makanan dan air pada saat para sahabat kekurangan bekal. Semua itu menambah keimanan dan ketenteraman jiwa kaum mukminin. Mereka sedikit pun tidak ragu akan kebenaran dakwah Rasul. Namun, Allah Subhanahu wata’ala menampakkan mukjizat-mukjizat tersebut agar iman mereka semakin bertambah.

5. Menjadi jalan keluar bagi nabi dan orang-orang yang beriman ketika mendapatkan ujian.

Hal ini seperti saat Nabi Ibrahim ‘Alaihisslam dibakar oleh kaumnya. Allah Subhanahu wata’ala menampakkan mukjizat, di samping sebagai bukti kebenaran dakwah Ibrahim ‘Alaihissalam, juga sebagai jalan keluar bagi beliau. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمْ شَيْئًا وَلَا يَضُرُّكُمْ () أُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ () قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ () قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ () وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الْأَخْسَرِينَ

Ibrahim berkata, “Mengapakah kalian menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kalian? Ah (celakalah) kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah. Apakah kamu tidak memahami?” Mereka berkata, “Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak.” Kami berfirman, “Hai api dinginlah, dan jadilah keselamatan bagi Ibrahim.” Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka orang-orang yang paling merugi. (al- Anbiya: 66—70)

Demikian pula saat Musa ‘Alaihissalam dan kaum mukminin terimpit tentara Fir’aun, datanglah pertolongan Allah Subhanahu wata’ala berupa mukjizat Musa ‘Alaihissalam. Tentang hal ini, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَىٰ إِنَّا لَمُدْرَكُونَ () قَالَ كَلَّا ۖ إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ () فَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنِ اضْرِب بِّعَصَاكَ الْبَحْرَ ۖ فَانفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ

Setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa, “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul.” Musa menjawab, “Sekalikali tidak akan tersusul. Sesungguhnya Rabbku bersamaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” Lalu Kami wahyukan kepada Musa, “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.” Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan seperti gunung yang besar. (asy-Syu’ara: 61—63)

6. Untuk mengalahkan sihir, sehingga para pengikut setan menyadari bahwa sihir tidak ada sedikit pun kekuatannya di hadapan kekuasaan Allah Subhanahu wata’ala.

Hal ini seperti kisah Musa ‘Alaihissalam ketika Fir’aun mendatangkan seluruh tokoh sihir untuk mengalahkan beliau ‘Alaihissalam. Namun, makar mereka tidak mungkin mengalahkan mukjizat Musa ‘Alaihissalam. Sihir memiliki kemiripan dengan mukjizat dari sisi bahwa keduanya adalah perkara di luar kebiasaan, walaupun tentu saja perbedaannya sangat jauh dan kentara. Namun, boleh jadi seseorang tertipu dengan sihir dan menganggapnya sebagai mukjizat atau karamah.

7. Sebagai ujian bagi manusia.

Apakah mereka mau menerima dan membenarkan bukti-bukti yang dibawa rasul, ataukah mereka mendustakannya setelah datangnya tanda. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

فَإِن كَذَّبُوكَ فَقَدْ كُذِّبَ رُسُلٌ مِّن قَبْلِكَ جَاءُوا بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَالْكِتَابِ الْمُنِيرِ

“Jika mereka mendustakan kamu, sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamu pun telah didustakan (pula). Mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.” (Ali ‘Imran: 184)

Seperti halnya Yahudi, mereka yakin betul bahwa Muhammad bin Abdillah adalah nabi dan rasul Allah Subhanahu wata’aladengan bukti-bukti yang mereka saksikan. Akan tetapi, mereka tidak mau beriman karena hasad.

8. Sebagai peringatan dan ancaman bagi penentang Rasul.

Allah Subhanahu wata’ala mengingatkan tenggelamnya Fir’aun agar selalu menjadi peringatan bagi orang yang beriman dan orangorang kafir, para penentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.

إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ رَسُولًا () فَعَصَىٰ فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا

“Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Makkah) seorang rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang rasul kepada Fir’aun. Fir’aun mendurhakai rasul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” (al-Muzzammil: 15—16)

Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Ismail Muhammad Rijal, Lc.