Munculnya Dukhan (Asap) Menjelang Hari Kiamat

Munculnya dukhan (asap) pada akhir zaman merupakan salah satu tanda kiamat besar yang ditunjukkan oleh dalil Al-Kitab dan As-Sunnah.

Dalil Tentang Munculnya Dukhan

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَٱرۡتَقِبۡ يَوۡمَ تَأۡتِي ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٍ مُّبِينٍ ١٠ يَغۡشَى ٱلنَّاسَۖ هَٰذَا عَذَابٌ أَلِيمٌ ١١

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih.” (ad-Dukhan: 10—11)

Maknanya, tunggulah orang-orang kafir itu—wahai Muhammad—pada hari di mana langit mendatangkan asap yang nyata lagi jelas, yang menutupi serta meliputi manusia. Ketika itu, dikatakan kepada mereka, “Inilah azab yang pedih”, sebagai celaan dan cercaan keras terhadap mereka. Atau sebagian mereka mengucapkan kalimat ini kepada yang lain. (Tafsir al-Qurthubi 16/130, Tafsir Ibnu Katsir 7/235—236)

Apakah Dukhan Sudah Terjadi?

Tentang apa yang dimaksud dengan dukhan ini, apakah sudah terjadi atau merupakan tanda yang masih ditunggu terjadinya, ada dua pendapat ulama.

  1. Dukhan adalah kesempitan hidup dan kelaparan yang menimpa kaum Quraisy ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendoakan kejelekan bagi mereka karena tidak mau memenuhi dakwah beliau. Mereka melihat sesuatu seperti asap di langit.

Pendapat inilah yang dipegang oleh Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu dan diikuti sekelompok salaf. Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu berkata, “Ada lima perkara yang telah berlalu: Al-lizam[1], Romawi, al-bathsyah, bulan, dan asap.”

Ketika seorang lelaki dari Kindah berbicara tentang dukhan, “Sesungguhnya, dukhan akan datang (menjelang) hari kiamat, mengambil pendengaran dan penglihatan orang-orang munafik,” Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu marah. Beliau berkata, “Barang siapa berilmu, berbicaralah. Barang siapa tidak berilmu, ucapkanlah, ‘Allah lebih tahu.’ Mengucapkan ‘aku tidak tahu’ ketika memang tidak tahu, merupakan bagian ilmu. Allah subhanahu wa ta’ala berkata kepada Nabi-Nya,

قُلۡ مَآ أَسۡ‍َٔلُكُمۡ عَلَيۡهِ مِنۡ أَجۡرٍ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُتَكَلِّفِينَ

Katakanlah (hai Muhammad), “Aku tidak meminta upah sedikit pun kepadamu atas dakwahku; dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” (Shad: 86)

Baca juga: Pilar-Pilar Dakwah Salafiyah

Sesungguhnya, Quraisy senantiasa mengulur-ulur waktu untuk masuk Islam. Lantas, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendoakan kejelekan bagi mereka. Beliau shallallahu alaihi wa sallam berkata,

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَيْهِمْ بِسَبْعٍ كَسَبْعِ يُوسُفَ

“Ya Allah, tolonglah aku atas mereka dengan tujuh (tahun) sebagaimana tujuh (tahun paceklik) Yusuf.”

Mereka lalu dihukum satu tahun hingga binasa, mereka memakan bangkai dan tulang. Seseorang bisa melihat sesuatu seperti asap di antara langit dan bumi.”[2]

Pendapat ini dinilai kuat oleh Ibnu Jarir ath-Thabari. Kemudian, beliau mengatakan,

“Sebab, Allah—yang Mahamulia pujian-Nya—mengancam musyrikin Quraisy dengan asap, dan bahwa firman-Nya kepada Nabi-Nya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam,

فَٱرۡتَقِبۡ يَوۡمَ تَأۡتِي ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٍ مُّبِينٍ

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (ad-Dukhan: 10)

adalah konteks pembicaraan Allah subhanahu wa ta’ala terhadap orang-orang kafir Quraisy, dan cercaan-Nya terhadap kesyirikan mereka terhadap-Nya, dengan firman-Nya,

لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحۡيِۦ وَيُمِيتُۖ رَبُّكُمۡ وَرَبُّ ءَابَآئِكُمُ ٱلۡأَوَّلِينَ ٨ بَلۡ هُمۡ فِي شَكٍّ يَلۡعَبُونَ ٩

“Tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Dialah) Rabbmu dan Rabb bapak-bapakmu yang terdahulu. Tetapi, mereka bermain-main dalam keragu-raguan.” (ad-Dukhan: 8—9)

Baca juga: Konsekuensi Kalimat Syahadat La Ilaha Illallah

Kemudian, Allah subhanahu wa ta’ala meneruskannya dengan firman-Nya kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam,

فَٱرۡتَقِبۡ يَوۡمَ تَأۡتِي ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٍ مُّبِينٍ

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (ad-Dukhan: 10)

yang merupakan perintah kepada beliau shallallahu alaihi wa sallam untuk bersabar hingga azab-Nya mendatangi mereka. Hal ini juga merupakan ancaman bagi kaum musyrikin. Hal itu merupakan ancaman bagi mereka, maka Allah subhanahu wa ta’ala timpakan kepada mereka.

Ini lebih dekat (kepada kebenaran) daripada Allah subhanahu wa ta’ala menunda (datangnya dukhan) lalu Dia timpakan kepada selain mereka.” (Tafsir ath-Thabari 25/114)

  1. Asap ini merupakan salah satu tanda yang masih ditunggu, dan belum terjadi. Hal ini akan terjadi mendekati datangnya hari kiamat.

Pendapat inilah yang dipegang oleh Ibnu Abbas dan sebagian sahabat serta tabiin. Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Mulaikah[3], dia berkata,

“Suatu hari, aku bersama Ibnu Abbas di waktu pagi. Dia berkata, ‘Aku tidak tidur tadi malam hingga subuh.’

Aku bertanya, ‘Mengapa?’

Dia berkata, ‘Mereka mengatakan, bintang Dzu Dzanbin telah terbit. Aku khawatir dukhan telah muncul, maka aku tidak tidur hingga subuh’.”

Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah sanad yang sahih sampai kepada Ibnu Abbas, habrul ummah, penerjemah Al-Qur’an. Begitu pula pendapat orang yang menyepakatinya dari kalangan sahabat dan tabiin seluruhnya. Ditambah lagi adanya hadits-hadits yang sahih ataupun hasan dan selainnya… yang mengandung kecukupan dan dalil yang jelas bahwa dukhan adalah salah satu tanda yang belum terjadi. Sekaligus itulah zahir Al-Qur’an. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَٱرۡتَقِبۡ يَوۡمَ تَأۡتِي ٱلسَّمَآءُ بِدُخَانٍ مُّبِينٍ

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (ad-Dukhan: 10)

Maksudnya, yang nyata dan jelas, bisa dilihat oleh semua orang.

Baca juga: Kiamat Sudah Dekat

Adapun yang ditafsirkan oleh Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu adalah bayangan yang dilihat oleh mata mereka karena lapar dan kesengsaraan yang sangat. Begitu pula firman-Nya,

يَغۡشَى ٱلنَّاسَۖ

“Yang meliputi manusia.” (ad-Dukhan: 11)

Maksudnya, menutupi dan mencakup mereka. Kalaulah dukan adalah bayangan yang hanya dilihat penduduk musyrikin Makkah, tentu Allah subhanahu wa ta’ala tidak akan berfirman “yang meliputi manusia.”

Disebutkan pula dalam Shahihain bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepada Ibnu Shayyad, “Aku menyembunyikan sesuatu untukmu.”

Dia berkata, “Ad-dukh.”

Beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tetaplah di tempatmu. Engkau tidak akan melampaui batasmu.”

Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyembunyikan terhadapnya, “Maka tunggulah hari ketika langit membawa asap yang nyata.” (ad-Dukhan: 10)

Dalam hadits ini ada dalil bahwa dukhan adalah sesuatu yang belum terjadi dan masih ditunggu. Ibnu Shayyad adalah seorang Yahudi Madinah. Padahal kisah ini tidaklah terjadi kecuali setelah Rasulullah hijrah ke Madinah.

Baca juga: Apakah Ibnu Shayyad Adalah Dajjal?

Selain itu, hadits-hadits sahih menyebutkan bahwa dukhan merupakan tanda-tanda kiamat yang besar, sebagaimana akan dijelaskan. Adapun penafsiran Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu, itu merupakan ucapan beliau saja. Sesuatu yang marfu’ (diriwayatkan sampai kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam) didahulukan atas setiap yang mauquf (diriwayatkan sampai kepada sahabat) ….

Sebagian ulama mengompromikan riwayat-riwayat ini dengan menyatakan bahwa itu adalah dua asap. Salah satunya sudah terjadi, sedangkan yang kedua—yang muncul menjelang hari kiamat—belum terjadi. Yang sudah muncul adalah yang dilihat oleh bangsa Quraisy layaknya asap, tetapi bukan asap hakiki yang terjadi ketika munculnya tanda-tanda hari kiamat.

Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Mujahid rahimahullah berkata, ‘Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu dahulu berkata bahwa itu adalah dua asap. Salah satunya telah terjadi. Adapun yang belum terjadi, asapnya akan memenuhi antara langit dan bumi. Asap itu akan menyebabkan seorang yang beriman terkena semacam selesma (flu), sedangkan orang kafir akan tembus pendengarannya’.” (Diambil dari Asyrathus Sa’ah, hlm. 383—388)


Catatan Kaki

[1] Yang disebutkan dalam surah al-Furqan ayat 77,

قُلۡ مَا يَعۡبَؤُاْ بِكُمۡ رَبِّي لَوۡلَا دُعَآؤُكُمۡۖ فَقَدۡ كَذَّبۡتُمۡ فَسَوۡفَ يَكُونُ لِزَامَۢا

“Padahal kalian sungguh telah mendustakan-Nya? Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpa kalian).”

Maksudnya, akan terjadi azab yang pasti, yang membinasakan mereka sebagai buah dari pendustaan mereka. Yang dimaksud di sini adalah pembunuhan dan penawanan terhadap kaum kafir Quraisy ketika Perang Badr. Lihat Tafsir Ibnu Katsir (6/143 dan 305) dan Syarh Shahih Muslim karya an-Nawawi (17/143).

[2] Shahih al-Bukhari, “Kitabut Tafsir”, Surah ar-Rum (8/511, bersama al-Fath) dan “Bab Yaghsyan Nas Hadza Yaumun ‘Azhim” (8/571, bersama al-Fath); Shahih Muslim, “Kitab Shifatul Qiyamah wal Jannah wan Nar”, “Bab ad-Dukhan” (17/140—141, bersama Syarh an-Nawawi).

[3] Dia adalah Abdullah bin Ubaidullah bin Abi Mulaikah Zuhair bin Abdillah bin Jad’an at-Taimi al-Makki. Beliau adalah salah seorang hakim dan muazin pada pemerintahan Ibnu az-Zubair. Dia meriwayatkan dari Abdullah yang empat. Dia orang yang tsiqah dan banyak haditsnya, meninggal pada 117 H. Lihat Tahdzibut Tahdzib (5/306—307).