Perang Badr Kubra (2)

Bagian ke-2

Pada edisi lalu dikisahkan bahwa pasukan Islam telah bergerak mendahului kaum Quraisy menuju tempat yang terdekat dengan sumber air di Badr. Peperangan pertama antara muslimin dan musyrikin pun siap berkecamuk.

Kaum muslimin akhirnya tiba di daerah Badr. Mereka mengambil tempat lebih dekat ke Madinah, sedangkan musyrikin menempati posisi lebih dekat ke Makkah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

إِذۡ أَنتُم بِٱلۡعُدۡوَةِ ٱلدُّنۡيَا وَهُم بِٱلۡعُدۡوَةِ ٱلۡقُصۡوَىٰ وَٱلرَّكۡبُ أَسۡفَلَ مِنكُمۡۚ وَلَوۡ تَوَاعَدتُّمۡ لَٱخۡتَلَفۡتُمۡ فِي ٱلۡمِيعَٰدِ وَلَٰكِن لِّيَقۡضِيَ ٱللَّهُ أَمۡرٗا كَانَ مَفۡعُولٗا لِّيَهۡلِكَ مَنۡ هَلَكَ عَنۢ بَيِّنَةٖ وَيَحۡيَىٰ مَنۡ حَيَّ عَنۢ بَيِّنَةٖۗ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَسَمِيعٌ عَلِيمٌ ٤٢

 “(Yaitu di hari) ketika kamu berada di pinggir lembah yang dekat dan mereka berada di pinggir lembah yang jauh sedang kafilah itu berada di bawah kamu. Sekiranya kamu mengadakan persetujuan (untuk menentukan hari pertempuran), pastilah kamu tidak sependapat dalam menentukan hari pertempuran itu, akan tetapi (Allah mempertemukan dua pasukan itu) agar Dia melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan, yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata. Dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Anfal: 42)

 

Kedua Pasukan Mulai Berhadapan

Setelah mendengar pendapat para sahabatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bergembira dan menunjuk ke beberapa tempat, sambil mengatakan bahwa ini adalah tempat jatuhnya bangkai Fulan dan Fulan (beberapa tokoh Quraisy). Dan tidak ada satu pun yang luput dari apa yang beliau tunjukkan. Demikian diriwayatkan oleh al-Imam Muslim dalam Shahih-nya dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu. Al-Imam Bukhari rahimahullah mengisahkan peristiwa ini dalam kitab Shahih-nya,

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ أَنَّهُ قَالَ: أَنَا أَوَّلُ مَنْ يَجْثُو بَيْنَ يَدَيِ الرَّحْمَنِ لِلْخُصُومَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. وَقَالَ قَيْسُ بْنُ عُبَادٍ: وَفِيهِمْ أُنْزِلَتْ }هَذَانِ خَصْمَانِ اخْتَصَمُوا فِي رَبِّهِمْ{ قَالَ: هُمُ الَّذِينَ تَبَارَزُوا يَوْمَ بَدْرٍ، حَمْزَةُ وَعَلِيٌّ وَعُبَيْدَةُ أَوْ أَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْحَارِثِ وَشَيْبَةُ بْنُ رَبِيعَةَ وَعُتْبَةُ بْنُ رَبِيعَةَ وَالْوَلِيدُ بْنُ عُتْبَةَ

“Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, dia mengatakan, ‘Saya adalah orang pertama yang berlutut di hadapan Ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih) di hari kiamat untuk khushumah (bertengkar, mempertahankan hujah).’ Qais bin ‘Ubad (salah seorang rawi), mengatakan bahwa tentang merekalah turunnya ayat:

هَٰذَانِ خَصۡمَانِ ٱخۡتَصَمُواْ فِي رَبِّهِمۡۖ فَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ قُطِّعَتۡ لَهُمۡ ثِيَابٞ مِّن نَّارٖ يُصَبُّ مِن فَوۡقِ رُءُوسِهِمُ ٱلۡحَمِيمُ ١٩

(Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka saling bertengkar mengenai Rabb mereka). (al-Hajj: 19)

Katanya: ‘Mereka adalah orang-orang yang saling bertempur dalam peristiwa Badr, yaitu Hamzah, ‘Ali dan ‘Ubaidah atau Abu ‘Ubaidah bin Al- Harits, melawan Syaibah bin Rabi’ah, ‘Utbah bin Rabi’ah, dan al-Walid bin ‘Utbah.’

Abu Dawud meriwayatkan juga dari ‘Ali, katanya, “Kemudian ‘Utbah maju diikuti oleh anaknya, al-Walid dan saudaranya Syaibah. Dan bangkitlah tiga pemuda Anshar menghadapi mereka. Tapi ‘Utbah mengatakan, “Kami tidak butuh kalian. Yang kami cari anak-anak paman kami.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berseru, “Bangkitlah, hai Hamzah. Bangkitlah, hai ‘Ali. Bangkitlah, hai ‘Ubaidah!” Kemudian Hamzah adu tanding melawan ‘Utbah, sedangkan al-Walid dan ‘Ubaidah saling menyerang beberapa kali dan masing-masing menderita luka. Kemudian kami menyerang al-Walid dan membunuhnya lalu membawa ‘Ubaidah.”

Ibnu Hajar rahimahullah (dalam al-Fath, 7/372) menerangkan bahwa riwayat ini lebih sahih daripada riwayat-riwayat lain yang menceritakan tentang siapa lawan ‘Ali bin Abi Thalib. Tetapi di dalam buku-buku sirah (sejarah), disebutkan bahwa yang menjadi lawan ‘Ali adalah al-Walid. Karena keduanya sama-sama masih muda, sedangkan Syaibah dan ‘Utbah sudah berumur seperti halnya Hamzah dan ‘Ubaidah.

Ketika musuh mulai mendekat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri di tengah-tengah pasukan dan memberikan nasihat serta mengingatkan agar mereka sabar dan tabah mengharapkan pertolongan dan kemenangan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Beliau menerangkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menjanjikan jannah (surga) bagi mereka yang gugur di jalan-Nya. Al-Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قُومُوا إِلَى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ .قَالَ: يَقُولُ عُمَيْرُ بْنُ الْحُمَامِ الْأَنْصَارِيُّ: يَا رَسُولَ اللهِ، جَنَّةٌ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ؟ قَالَ :نَعَمْ .قَالَ :بَخٍ، بَخٍ .فَقَالَ رَسُولُ اللهِ مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوْلِكَ بَخٍ بَخٍ؟ قَالَ: لاَ وَاللهِ، يَا رَسُولَ اللهِ، إِلاَّ رَجَاءَةَ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِهَا. قَالَ: فَإِنَّكَ مِنْ أَهْلِهَا. فَأَخْرَجَ تَمَرَاتٍ مِنْ قَرَنِهِ فَجَعَلَ يَأْكُلُ مِنْهُنَّ ثُمَّ قَالَ: لَئِنْ أَنَا حَيِيتُ حَتَّى آكُلَ تَمَرَاتِي هَذِهِ إِنَّهَا لَحَيَاةٌ طَوِيلَةٌ. قَالَ: فَرَمَى بِمَا كَانَ مَعَهُ مِنَ التَّمْرِ ثُمَّ قَاتَلَهُمْ حَتَّى قُتِلَ

“Bangkitlah menuju jannah yang luasnya seluas langit dan bumi!”

Berkatalah ‘Umair bin al-Humam al-Anshari, “Wahai Rasulullah, surga seluas langit dan bumi?”

“Ya.” Kata Rasulullah.

‘Umair berkata lagi, “Bagus. Bagus.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa yang mendorongmu mengatakan bagus, bagus?”

Kata ‘Umair, “Tidak ada, wahai Rasulullah kecuali berharap agar aku menjadi penghuninya.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Engkau penghuninya.”

‘Umair mengeluarkan kurma dari kantung bekalnya dan mulai memakannya. Tapi kemudian dia berkata, “Kalau aku masih hidup sampai memakan habis kurmaku ini, sungguh adalah kehidupan yang sangat panjang.”

Lalu dia membuang kurma itu dan maju ke tengah-tengah musuh hingga dia sendiri terbunuh.”

Pertempuran mulai berkecamuk. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kekuatan pasukan tidak seimbang. Kemudian beliau masuk ke tenda yang disediakan dan mulai bermunajat, berbisik memanggil Rabbnya, memohon agar Allah subhanahu wa ta’ala membuktikan janji-Nya. Al-Imam al-Bukharit meriwayatkan,

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ :قَالَ النَّبِيُّ يَوْمَ بَدْرٍ اللَّهُمَّ إِنِّي أَنْشُدُكَ عَهْدَكَ وَوَعْدَكَ، اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ لَمْ تُعْبَدْ. فَأَخَذَ أَبُو بَكْرٍ بِيَدِهِ فَقَالَ: حَسْبُكَ. فَخَرَجَ وَهُوَ يَقُولُ} سَيُهۡزَمُ ٱلۡجَمۡعُ وَيُوَلُّونَ ٱلدُّبُرَ }

Dari Ibnu ‘Abbas, katanya, “Pada waktu Perang Badr Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, tentang ketetapan dan janji- Mu. Ya Allah, kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau tidak akan disembah lagi.’ Abu Bakr memegang tangan beliau dan berkata, ‘Cukuplah!’ Kemudian beliau keluar sambil membaca ayat,

سَيُهۡزَمُ ٱلۡجَمۡعُ وَيُوَلُّونَ ٱلدُّبُرَ ٤٥

‘(Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang).’ (Al-Qamar: 45)

Maka Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya,

إِذۡ تَسۡتَغِيثُونَ رَبَّكُمۡ فَٱسۡتَجَابَ لَكُمۡ أَنِّي مُمِدُّكُم بِأَلۡفٖ مِّنَ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ مُرۡدِفِينَ ٩ وَمَا جَعَلَهُ ٱللَّهُ إِلَّا بُشۡرَىٰ وَلِتَطۡمَئِنَّ بِهِۦ قُلُوبُكُمۡۚ وَمَا ٱلنَّصۡرُ إِلَّا مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ١٠ إِذۡ يُغَشِّيكُمُ ٱلنُّعَاسَ أَمَنَةٗ مِّنۡهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيۡكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ لِّيُطَهِّرَكُم بِهِۦ وَيُذۡهِبَ عَنكُمۡ رِجۡزَ ٱلشَّيۡطَٰنِ وَلِيَرۡبِطَ عَلَىٰ قُلُوبِكُمۡ وَيُثَبِّتَ بِهِ ٱلۡأَقۡدَامَ ١١ إِذۡ يُوحِي رَبُّكَ إِلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ أَنِّي مَعَكُمۡ فَثَبِّتُواْ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْۚ سَأُلۡقِي فِي قُلُوبِ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ٱلرُّعۡبَ فَٱضۡرِبُواْ فَوۡقَ ٱلۡأَعۡنَاقِ وَٱضۡرِبُواْ مِنۡهُمۡ كُلَّ بَنَانٖ ١٢ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ شَآقُّواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥۚ وَمَن يُشَاقِقِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَإِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ١٣

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu, ‘Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bergelombang.’ Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteram dari-Nya. Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu, dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan untuk menguatkan hatimu, dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).

(Ingatlah), ketika Rabbmu mewahyukan kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.’ Kelak akan Aku timpakan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.

(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya; dan barang siapa menentang Allah dan Rasul-Nya, sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya.” (Al-Anfal: 9—13)

 

Bala Bantuan dari Langit dan Kemenangan Kaum Muslimin

Ibnul Qayyim rahimahullah menceritakan bahwa para malaikat berlomba-lomba mendahului kaum muslimin menyerang kaum musyrikin. Dalam riwayat Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

هَذَا جِبْرِيلُ آخِذٌ بِرَأْسِ فَرَسِهِ، عَلَيْهِ أَدَاةُ الْحَرْبِ

“Inilah Jibril sedang memegang kepala kudanya yang di atasnya terdapat peralatan perang.” (HR. Al-Bukhari)

Al-Imam Muslim rahimahullah menceritakan pula dari Ibnu ‘Abbas yang mendengar kisah dari ‘Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu, “Ketika seorang muslim sedang bertempur dengan seorang musyrikin, dia mendengar suara dari sebelah atas, ‘Majulah, hai Haizum!’

Dan ketika dia melihat si musyrik yang ada di depannya ternyata telah terjungkal dalam keadaan wajah robek seperti terkena lecutan cambuk.”

Dia menceritakan hal ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau berkata, ‘Engkau benar. Itulah bala bantuan dari langit ketiga’.”

(Bersambung, Insya Allah)

 

Ditulis oleh al-Ustadz Abu Muhammad Harits