Al-Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata,
Wahai saudaraku, hendaknya engkau memiliki pekerjaan dan penghasilan yang halal yang kamu peroleh dengan tanganmu. Hindari memakan atau mengenakan kotoran-kotoran manusia (maksudnya pemberian manusia, –ed.). Sebab, sesungguhnya orang yang memakan kotoran manusia, laksana orang yang memiliki sebuah kamar di bagian atas, sedangkan yang di bawahnya bukan miliknya. Ia selalu takut terjatuh dan kamarnya roboh. Karena itu, orang yang memakan kotoran-kotoran manusia akan berbicara sesuai hawa nafsu. Dia merendahkan dirinya di hadapan manusia karena khawatir mereka akan menghentikan (bantuan) untuknya.
Wahai saudaraku, jika menerima sesuatu dari manusia, engkau pun memotong lisanmu (bungkam, tidak berani bicara di saat wajib menegur mereka). Engkau akan memuliakan sebagian orang dan merendahkan yang lain, padahal ada balasan yang akan menimpamu di hari kiamat. Maka dari itu, harta yang diberikan oleh seseorang kepadamu hakikatnya adalah kotorannya. Tafsir dari ‘kotorannya’ adalah pembersihan amalannya dari dosa-dosa.
Jika menerima sesuatu dari manusia, saat mereka mengajakmu kepada kemungkaran engkau pun menyambutnya. Jadi, orang yang memakan kotoran manusia bagaikan orang yang memiliki sekutu-sekutu dalam suatu perkara yang mau tidak mau dia akan menjadi bagian dari mereka.
Wahai saudaraku, kelaparan dan ibadah yang sedikit itu lebih baik daripada engkau kenyang dengan kotoran-kotoran manusia sekalipun banyak beribadah. Sungguh, telah sampai kepada kami bahwa Rasulullah n bersabda, “Andai salah seorang dari kalian mengambil seutas tali lalu mengumpulkan kayu bakar dan memikulnya di belakang punggungnya, niscaya lebih baik baginya daripada terus-menerus meminta kepada saudaranya atau mengharap darinya.”
(Dinukil dari kitab Mawa’izh lil Imam Sufyan ats-Tsauri, hlm. 82—84)