Dalil Nama Allah Al-Jawwad
Di antara Asmaul Husna adalah al-Jawwad (الْجَوَّادُ), Yang Mahadermawan.
Nama Allah subhanahu wa ta’ala ini disebutkan dalam sebuah hadits dari Thalhah bin Ubaidillah radhiallahu anhu. Dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللهَ جَوَّادٌ يُحِبُّ الْجُوْدَ وَيُحِبُّ مَعَالِيَ اْلأَخْلاَقِ وَيَكْرَهُ سَفْسَافَهَا
“Sesungguhnya, Allah itu Jawwad (Mahadermawan), mencintai kedermawanan. Allah juga mencintai akhlak yang luhur dan membenci akhlak yang rendah.” (Sahih, HR. al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman; asy-Syasyi dalam Musnad-nya, 1/80; Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma dalam Hilyatul Auliya. Syaikh al-Albani rahimahullah menilainya sahih dalam Shahihul al-Jami’ ash-Shaghir no. 1744)
Dalam hadits yang lain, hadits qudsi,
وَلَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَحَيَّكُمْ وَمَيِّتَكُمْ وَرَطْبَكُمْ وَيَابِسَكُمُ اجْتَمَعُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْكُمْ مَا بَلَغَتْ أُمْنِيَّتُهُ فَأَعْطَيْتُ كُلَّ سَائِلٍ مِنْكُمْ ما سَأَلَ، ما نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي إِلاَّ كَمَا لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ مَرَّ بِالْبَحْرِ فَغَمَسَ فِيْهِ إِبْرَهُ ثُمَّ رَفَعَهَا إِلَيْهِ، ذَلِكَ بِأَنِّيْ جَوَّادٌ مَاجِدٌ أَفْعَلُ ما أُرِيدُ، عَطَائِي كَلَامٌ وَعَذَابِي كَلَامٌ، إِنَّمَا أَمْرِي لِشَيْءٍ إِذَا أَرَدْتُهُ أَنْ أَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
“Seandainya yang pertama hingga yang akhir di antara kalian (para hamba-Ku), yang hidup dan yang mati di antara kalian, yang basah maupun yang kering di antara kalian, berkumpul dalam satu hamparan, lantas setiap orang di antara kalian meminta sesuatu hingga akhir yang dia angan-angankan, lalu Aku beri setiap orang apa yang dia minta, itu tidak akan mengurangi sebagian pun dari kerajaan-Ku; kecuali seperti jika seseorang di antara kalian melewati sebuah lautan lalu mencelupkan jarumnya ke dalamnya, lalu mengangkatnya lagi.
Baca juga: Luasnya Nikmat Allah
Hal itu karena Aku adalah Jawwad (Mahadermawan) lagi Mahamulia. Aku berbuat sekehendak-Ku. Pemberian-Ku adalah ucapan (tinggal mengucap) dan azab-Ku adalah ucapan (tinggal mengucap). Sesungguhnya perintah-Ku terhadap sesuatu apabila Aku menghendakinya ialah tinggal mengatakan kepadanya, ‘Jadilah’, ia pun akan terjadi.” (Sahih, HR. at-Tirmidzi dari sahabat Abu Dzar radhiallahu anhu, “Kitab Shifatul Qiyamah” bab 48 no. hadits 2495. Lihat takhrij-nya dalam kitab al-Mathlabul Asna min Asma`illahil Husna hlm. 50, karya Isham al-Murri)
Arti Nama Allah Al-Jawwad
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
Dialah Yang Mahadermawan,
meliputi seluruh alam dengan keutamaan dan kebaikan-Nya
Dialah Yang Mahadermawan,
tidak akan menelantarkan siapa yang memohon-Nya, sekalipun dari umat yang kafir
Syaikh Muhammad Khalil Harras rahimahullah menerangkan,
“(Arti nama Allah) al-Jawwad adalah Yang memiliki sifat kedermawanan yang tinggi, yaitu memiliki kebaikan dan keutamaan yang banyak. Kedermawanan Allah subhanahu wa ta’ala itu ada dua macam:
-
Kedermawanan yang mutlak, mencakup seluruh makhluk.
Tidak ada satu makhluk pun kecuali mendapatkan kedermanawan-Nya. Semuanya Allah subhanahu wa ta’ala beri karunia dan kebaikan dari-Nya.
-
Kedermawanan yang khusus untuk mereka yang memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Kedermawanan ini tanpa memandang apakah mereka meminta secara terus terang dengan ucapan ataukah dengan kondisi mereka yang mengharapkan kebaikan-Nya, apakah yang meminta tersebut seorang mukmin ataukah seorang kafir, apakah seorang yang baik ataukah orang yang jahat.
Barang siapa meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan sungguh-sungguh, benar-benar mengharapkan karunia-Nya, dengan menghadirkan rasa hina dan butuh di hadapan-Nya, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan apa yang ia minta. Allah subhanahu wa ta’ala juga akan menyampaikan dirinya menuju hal yang dia cari. Sebab, Dia Mahabanyak kebaikan-Nya dan Maha Pengasih Penyayang….” (Syarh Nuniyyah, 2/95—96)
Baca juga: Arti Nama Allah: Al-Akram dan Al-Karim
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan,
“Arti al-Jawwad adalah bahwa Allah subhanahu wa ta’ala merupakan Dzat Yang Mahadermawan secara mutlak. Kedermawanan-Nya meliputi seluruh makhluk-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala memenuhi alam dengan keutamaan dan kedermawanan-Nya serta nikmat-Nya yang beraneka ragam. Allah subhanahu wa ta’ala juga memberikan kedermawanan-Nya yang lebih khusus kepada orang-orang yang memohon kepada-Nya, baik secara langsung dengan kata-kata maupun (secara tidak langsung) dengan keadaannya. Sama saja, apakah dia orang yang baik atau yang jahat, muslim atau kafir. Barang siapa memohon kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Dia akan memberikan hal yang dimohon dan menyampaikannya kepada apa yang dia minta. Sebab, Dia Maha Pemurah dan Maha Pengasih….” (Taisir al-Karim ar-Rahman, pada penjelasan surah an-Nahl: 53)
Di antara kedermawanan-Nya yang luas adalah apa yang Allah subhanahu wa ta’ala sediakan untuk para wali-Nya di negeri kenikmatan. Sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terbayangkan oleh pikiran manusia.
Baca juga: Surga, Kenikmatan Abadi yang Telah Ada
Dzat Yang Mahadermawan ialah yang meratakan kedermawanan-Nya kepada seluruh penduduk langit dan bumi. Tidak ada satu nikmat pun pada seorang hamba melainkan berasal dari-Nya. Apabila kecelakaan menimpa manusia, kepada-Nyalah mereka kembali, kepada-Nya pula mereka berdoa. Tidak satu makhluk pun yang lepas dari kebaikan-Nya walau sekejap mata.
Akan tetapi, hamba-hamba-Nya berbeda dalam memperoleh kedermawanan-Nya. Yang mereka dapatkan adalah seukuran dengan karunia Allah subhanahu wa ta’ala kepada mereka yang berupa sebab-sebab yang mendatangkan kedermawanan dan kemurahan-Nya. Sebab yang terbesar adalah kesempurnaan beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala secara lahiriah dan amal batin. Demikian juga amal yang berupa ucapan dan perbuatan, serta amal dengan harta benda. Untuk mewujudkannya adalah dengan mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dalam berbuat atau diam.” (Tafsir Asma`illah al-Husna)
Buah Mengimani Nama Allah Al-Jawwad
Di antara buah mengimani nama Allah al-Jawwad adalah mengetahui keluasan karunia-Nya di dunia ini. Tidak ada sesuatu pun yang tidak mendapatkan bagian karunia-Nya. Dengan mengimaninya, kita mengetahui kewajiban kita untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya dan memuji-Nya.
(Ustadz Qomar Z.A., Lc.)